AL JENDRA

By fiirsyoona

1.6K 371 242

Al Jendra Malsa Raharja, ketua geng Victor yang sama sekali tidak tertarik dengan namanya perempuan. Namun, s... More

PROLOG
πŸ–€ 1; DRUNKS
πŸ–€ 2; MEET YOU AGAIN
πŸ–€ 3; WHO'S THE SENDER OF MASSAGE?
πŸ–€ 4; CAST
πŸ–€ 5 ; SOMEBODY SPECIAL
πŸ–€ 6; LETTER
πŸ–€ 7; HOME?
πŸ–€ 8; SHE'S LOVE
πŸ–€ 9; THE WAR
πŸ–€ 10; MISS OUR MOMENT
πŸ–€ 11; PAST AND REASON
πŸ–€ 12; I WANT YOU
πŸ–€ 13; CRAZY GIRLS
πŸ–€ 14; WHAT'S WRONG WITH HIM?
πŸ–€ 15; DEEP TALK
πŸ–€ 16; HE'S DEVIL
πŸ–€ 17; ALL NIGHT A LONG
πŸ–€ 19; MINE
πŸ–€ 20; JEALOUS
πŸ–€ 21; SECRET PLACE
πŸ–€ 22; THE TERROR

πŸ–€ 18; CONFESSION

42 10 27
By fiirsyoona

“Mungkin gue enggak tahu sisi lain di dalam diri lo. Tapi gue percaya, lo enggak akan nyakitin gue.”—Lovela Angelina Cheryl.

_____________

“Mau kemana lo, Jen? Main-main dulu lah kita!” seru Galangga yang menghentikan motornya di belakang motor Jendra. Mereka masih berada di lampu merah.

Jendra menggeram, ia memegang erat setang motornya. Air hujan masih turun mengguyur tubuhnya dan juga Lovela. Hari juga sudah semakin malam. Namun kini keduanya harus di hadapkan dengan presensi Galangga dan beberapa anak buahnya yang cukup banyak. Mengapa hari ini masalah yang menimpa mereka banyak sekali? Belum lagi mereka harus mencari dalang dibalik postingan foto Lovela di akun instagram @portalberitasmagal.

Lima detik kemudian lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau. Semua para pengendara pun kembali melajukan kendaraannya ke tujuan masing-masing, begitu pula dengan Jendra dan Galangga beserta anak buahnya. Jendra meningkatkan kecepatan motornya di atas rata-rata, membuat Lovela semakin mengeratkan pelukannya kepada tubuh lelaki itu.

“WOI BERHENTI LO BERDUA!” teriak Galangga yang duduk di belakang temannya diatas motor.

Jendra terus melajukan motornya kencang, ia menatap ke arah kaca spion sebentar. Saat ini mereka berada di jalanan yang cukup sepi, karena sisi kanan dan kiri jalan adalah hutan. Entah bagaimana ceritanya, tetapi Jendra malah mengendarai motornya menuju ke hutan yang terletak di pinggir kota.

“Jen, lo mau bawa gue kemana? Kita udah di hutan nih!” seru Lovela panik.

Jendra menghembuskan napas kasar. “Lo tenang aja, kita bakal aman!”

Jalanan yang mereka lalui makin menanjak. Hal itu membuat mereka mengurangi kecepatan laju motornya. Namun, walaupun begitu, Anak-anak ZEUSAGOS tidak menyerah untuk mengejar Jendra dan Lovela. Membuat Jendra kesal setengah mati. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di sana kecuali mereka. Ketika sampai di jalanan yang menurun, Galangga dan teman-temannya berhasil meyalip motor Jendra dan menghadang keduanya.

Shit!” umpat Jendra seraya mengerem motornya dadakan. Untung saja ia sudah handal dalam mengendalikan motornya, jadi tidak akan terjadi hal buruk kepada dirinya maupun Lovela.

Galangga turun dari motor sportnya, yang disusul pula oleh semua anak buahnya.

“Turun lo, anjing!” seru Galangga sambil berjalan menghampiri Jendra.

Rahang Jendra mengeras. Kedua tangannya mencengkeram setang motornya kuat-kuat. Rautnya merah padam, dan tatapan elangnya menghujam wajah Galangga. Ia pun menyuruh Lovela untuk turun dari motornya, lalu ia langsung beranjak dari motor dan memberikan tendangan keras ke bagian perut Galangga.

Membuat sang ketua geng ZEUSAGOS itu mundur beberapa langkah dan mengaduh kesakitan.

“Sialan!” decak Galangga.

Ia pun kembali mendekati Jendra dan memberikan pukulan keras ke bagian sisi kiri wajah Jendra. Namun, pukulannya meleset karena Jendra berhasil menghindarinya. Merasa geram, ia pun kembali melayangkan bogeman-bogeman mentahnya kepada Jendra, tetapi lagi dan lagi Jendra berhasil menangkisnya.

“Serang dia!” titah Galangga kepada lima anak buahnya.

“Anjing! Pengecut lo!” seloroh Jendra seraya menghindari serangan dari anak buahnya Galangga.

Melihat Jendra kewalahan dalam menghadapi serangan anak-anak ZEUSAGOS, Lovela pun memutuskan untuk ikut membantu lelaki itu. Lovela menendang dada Arsean, hingga lelaki itu oleng tetapi tidak jatuh. Lalu ia menempeleng leher Haikal menggunakan kakinya sampai lelaki itu tumbang di atas tanah.

“Cemen lo, banci!” ejek Lovela kepada Haikal, lalu tersenyum miring.

Jendra yang melihat aksi Lovela pun sempat terpana, tetapi pukulan keras Galangga di rahangnya membuat kesadarannya kembali. Jendra mendesis geram, kemudian ia membalas pukulan lelaki itu dengan beringas. Namun, karena lawannya ada tiga, membuatnya sedikit kesulitan. Apalagi anak-anak ZEUSAGOS juga tak kalah ahli bela dirinya dari anak-anak VICTOR. Bisa dibilang perbandingannya tidak terlalu jauh.

“Apa alasan lo ngusik gue dan anak-anak VICTOR, hah?” tanya Jendra di sela-sela ia memiting leher Dion dan menendang perut Dimas yang merupakan anak buah Galangga.

Galangga terkekeh sinis. “Itu karena lo udah bunuh seseorang yang berarti di hidup sepupu gue! Gue engga terima, sialan!”

Lovela menendang kuat bagian junior Arsean, sampai-sampai lelaki itu jatuh terlentang di atas tanah merintih kesakitan seraya memegang bagian juniornya itu.

“Anjing, lo! Cewek sialan!” umpat Arsean.

Lovela tertawa keras melihat Arsean yang kesakitan karena ulahnya. “Itu jurus gue yang paling ampuh! Gimana? Enak kan?”

Lovela menatap tajam Haikal yang hendak melayangkan bogemannya kepadanya. “Apa lo? Mau gue buat junior lo itu hilang? Kalau mau, sini lawan gue!”

Haikal meneguk ludahnya susah payah. Ia memandang Arsean yang masih mengadu kesakitan sambil memegang juniornya. Pasti rasanya sangat ngilu. Tiba-tiba nyalinya terhadap Lovela jadi menciut. Ia tidak mau sampai juniornya juga menjadi sasaran empuk tendangan gadis itu.

“Enggak berani kan lo? Bagus! Selamatin dulu masa depan lo itu!” ujar Lovela, lalu tertawa mengejek membuat raut Haikal memerah karena malu.

Jendra memikirkan perkataan Galangga tadi sambil terus membalas serangan-serangan mereka. Ketika ia berhasil menumbangkan Dion, dan Dimas, ia melayangkan pukulan keras ke rahang Galangga. Sebelum lelaki itu membalasnya, ia sudah lebih dulu memberikan bogeman mentah lainnya ke beberapa tubuh bagian lelaki itu. Terakhir ia membanting tubuh Galangga ke atas tanah, lalu ia menginjak dada lelaki itu.

“Siapa sepupu lo?” tanya Jendra dengan nada yang ditekan dalam setiap katanya.

“Lo enggak perlu tahu dia itu siapa. Yang jelas, orang berharga bagi sepupu gue itu udah lo bunuh!” sahut Galangga dengan raut serius, “pikirin aja, siapa aja yang udah lo bunuh!”

Mendengar itu membuat emosi Jendra memuncak. Ia kembali menendang rahang Galangga hingga lelaki itu mengeluarkan darah dari dalam mulutnya. Lalu terbatuk-batuk keras.

“Gue enggak pernah bunuh siapapun, anjing!” tegas Jendra, lalu kakinya ia  turunkan dari atas dada Galangga. Merubah posisinya menjadi berjongkok di sisi tubuh lelaki itu.

“Gue enggak tahu siapa sepupu lo. Tapi, gue enggak pernah bunuh siapapun! Termasuk orang berharga bagi sepupu lo itu!” tandas Jendra.

Galangga menatap sinis kepada Jendra. “Mana ada pembunuh yang mau ngaku?”

“Sialan! Cari mati lo?!” seru Jendra penuh emosi.

Lovela yang mendengar bentakan Jendra segera menatap lelaki itu. Sepertinya lelaki itu sudah dikuasai oleh emosi. Bahaya jika ia tidak menghentikan aksi lelaki itu. Bisa-bisa lelaki itu hilang kendali dan melakukan tindakan di luar nalar. Buru-buru kedua kakinya melangkah cepat mendekati Jendra.

Namun, kurang lima langkah lagi, Lovela mendapati Dion yang bangkit berdiri sambil memegang balok kayu ditangannya untuk memukul tubuh bagian belakang Jendra yang masih berseteru dengan Galangga. Hal itu membuat kedua mata Lovela melotot sempurna. Dengan segera Lovela berlari ke arah Dion, dan menghajarnya sebelum lelaki itu sempat melancarkan aksinya.

Serangan Lovela membuat Jendra terkejut, dan lelaki itu pun mengalihkan atensinya kepada gadis itu.

“Aman, Jen!” ujar Lovela setelah berhasil membuat Dion KO.

Jendra mengangguk samar seraya menampilkan senyum tipisnya. Ia bangkit berdiri. Lalu menatap datar kepada Galangga. “Pergi lo dari sini! Jangan pernah ganggu gue dan anak-anak VICTOR lagi. Khususnya cewek yang lagi sama gue!”

Lovela berjalan menghampiri Jendra. Ia berdiri di samping lelaki itu. “Gue enggak tahu siapa kalian, tapi kelakuan kalian tuh benar-benar pengecut! Masa iya, geng motor yang katanya terkenal di Jakarta ngeroyok dua orang? Ada ceweknya lagi!”

Jendra tertawa geli mendengar ucapan Lovela. “Pergi lo semua!”

Semua anak-anak ZEUSAGOS pun berdiri dengan susah payah, lalu berjalan menghampiri Galangga yang sudah tak berdaya di atas tanah. Arsean yang mamapah tubuh Galangga menatap tajam ke arah Jendra dan Lovela. Lalu berkata, “Urusan kita masih belum selesai!”

Usai mengatakan itu, mereka pun pergi menjauh dari Jendra dan Lovela. Meninggalkan keduanya di jalanan yang sangat sepi itu.
Jendra menghela napas panjang. Lalu beralih menatap kepada Lovela yang kini berdiri di sampingnya. “Lo enggak apa-apa?”

Lovela mendongak, menatap wajah tampan Jendra yang kedua matanya menampakkan sorot khawatir terhadapnya. “Gue enggak apa-apa. Cuma memar-memar doang. Enggak ada apa-apanya ini mah!”

Jendra mengulas senyum tipis. Ia mengelus pelan puncak kepala Lovela. “Sorry ya, gue malah bikin lo jadi ikutan bonyok.”

It’s oke, Jendra. Enggak usah minta maaf. Lagian hal kaya gini udah biasa buat gue!” ujar Lovela merasa gemas kepada lelaki tinggi nan tampan di sampingnya itu.

“Tapi kan tetap aja—”

“Udah ah! Mending kita balik aja, udah mau subuh nih!” Lovela berjalan menuju ke motor Jendra yang terparkir tidak jauh dari posisi mereka. Mau tak mau, Jendra pun mengikuti langkah gadis itu.

“Kita ke suatu tempat dulu, ya?” tawar Jendra membuat kening Lovela mengkerut bingung. “Gue masih capek. Pengin istirahat dulu.”

“Oke, deh. Gue juga capek!” sahut Lovela setuju.

“Gue bakal bawa lo ke tempat bagus!” kata Jendra yang dibalas anggukan singkat oleh Lovela.

“Gue iyain aja, deh! Asal beneran bagus ya? Kalau enggak, gue tinggal lo!” ucap Lovela, membuat Jendra tertawa geli.

🖤🖤🖤

Matahari menyembul keluar dari persembunyiannya setelah rembulan pergi. Sinar emasnya menerangi bumi yang masih diselimuti awan gelap. Pemandangan indah dan menakjubkan itu tertangkap oleh dua pasang mata seorang lelaki dan perempuan yang sedang duduk berdua di atas bukit yang ditumbuhi rerumputan liar.

“Woah... cantik banget!” pekik Lovela terpana dengan pemandangan sunset di depannya.

Jendra memerhatikan raut gembira gadis yang duduk di sampingnya itu. Lovela masih memasang senyum manis dengan mata berbinar yang terus menyorot ke arah langit berwarna merah bercampur jingga, hitam, dan sedikit warna ungu. Ia menarik sudut bibirnya tipis, merasa puas dengan keputusannya mengajak gadis itu ke sini setelah berkelahi melawan anak-anak ZEUSAGOS.

Sebenarnya bisa saja mereka langsung pulang ke kota, tetapi Jendra tidak tega kepada Lovela. Mereka membawa motor, dan keadaan gadis itu cukup buruk. Ia tak ingin Lovela sakit karena harus menahan lelah, dan luka ditubuhnya. Maka dari itu, ia membawa gadis itu ke bukit ini, untuk beristirahat sejenak sampai langit terang.

“Jen?” Lovela mengalihkan pandangannya kepada Jendra yang masih diam menatapnya datar. Entah mengapa ia merasa momen saat ini sangat pas untuk mengungkapkan perasaannya kepada lelaki itu yang selama ini ia tahan mati-matian.

“Apa?” sahut Jendra sambil menaikan sebelah alisnya.

Lovela tersenyum kikuk, ia menyelipkan poninya yang sudah panjang melebihi hidungnya ke belakang telinga. Tiba-tiba tenggorokannya terasa kering, dan jantungnya berdebar cepat. Ia membasahi bibir tipisnya dan berdeham pelan sebelum mulai menyampaikan niatnya.

“Gue... gue suka sama lo, Jen,” kata Lovela, lalu menatap dalam iris hitam legam Jendra. Ia dapat merasakan kedua pipinya merona merah seperti kepiting rebus. Namun, ia menahan diri untuk tidak memalingkan wajahnya dari lelaki itu.

“Gue tahu,” jawab Jendra.

HAH? Lovela syok dengan jawaban singkat lelaki itu. Dia memalingkan wajahnya dari Jendra, menatap hamparan langit di depannya yang sudah berubah warna menjadi biru. Perasaannya kini campur aduk. Ia merasa malu, gugup, dan takut.

Jendra menggeser tubuhnya ke samping kanan, mendekatkan dirinya dengan Lovela. Lalu mengubah posisi duduknya menjadi serong, menghadap Lovela sepenuhnya.

“Mau pacaran sama gue?”

Lovela memelototkan matanya lebar setelah mendengar ajakan Jendra yang terkesan seperti mengajaknya pergi jalan-jalan daripada pacaran. Namun pada akhirnya ia memaklumi, karena saat ini orang yang mengatakan hal itu adalah Jendra, bukan Roman Picisan atau pun Dylan.

Lovela menganggukkan kepalanya samar. “Mau.”

“Lo udah tahu siapa gue?” Jendra menatap serius netra kecoklatan Lovela.

Lovela merasa pertanyaan Jendra sangat lah konyol. Tanpa lelaki itu bertanya, tentu saja ia tahu. Siapa juga yang tidak mengetahui lelaki itu? Lovela jadi terheran-heran dengannya.

Lovela terkekeh geli. “Lo ada-ada aja deh, Jen! Ya pasti gue tahu lo siapa! Lo itu Al Jendra Malsa Raharja, ketua geng—”

“Gue lebih berbahaya dari yang lo tahu, Vela. Lo belum tahu sisi lain dalam diri gue,” sela Jendra. “Dunia gue terlalu gelap. Kepala gue berisik. Keluarga gue berantakan. Gue punya banyak musuh. Terkadang gue suka susah untuk mengendalikan diri sendiri. Lo masih mau sama gue?”

Lovela mengerjapkan matanya, otaknya masih memproses semua perkataan Jendra. Kedua netranya masih menatap wajah tampan lelaki itu. Beberapa menit setelahnya, ia memahami semua perkataan Jendra.

“Perasaan gue ke lo enggak main-main Jendra. Gue tulus sayang sama lo. Mungkin gue belum terlalu kenal sama lo, tapi gue yakin lo memiliki hati yang lembut dan hangat. Gue enggak peduli dengan segala problematika dalam diri lo dan kehidupan lo. Gue menerima lo apa adanya, Jendra. Walaupun nanti gue terseret dalam bahaya karena bersama lo, gue enggak apa-apa. Gue sayang banget sama lo, Jendra!” balas Lovela dengan tulus.

“Lo yakin mau masuk ke dalam hidup gue?” tanya Jendra.

Tanpa berpikir panjang Lovela mengiyakan pertanyaan Jendra. Ia sangat yakin dengan perasaannya kepada lelaki itu. “Yakin banget! Gue enggak akan bikin lo merasa sendirian lagi, Jendra, dan gue juga akan tunjukin ke lo kalau dunia lo enggak segelap itu.”

“Lo sendiri yang memilih masuk ke dalam hidup gue tanpa paksaan. Setelah ini, gue enggak akan melepaskan lo, Vela. Sampai kapan pun, bahkan kalau suatu hari nanti lo minta lepas dari gue, gue enggak akan lepasin lo. Kecuali saat gue yang melepaskan lo dengan keinginan gue sendiri. Lo ngerti kan?” Jendra menyorot dalam wajah Lovela yang terdapat beberapa goresan, tetapi tak berhasil menyamarkan kecantikan gadis itu.

Lovela menelan salivanya susah payah, membalas tatapan Jendra yang membuat perasaannya porak poranda. Jujur setelah mendengarkan penuturan Jendra tadi, ia merasa sedikit takut. Bagaimana jika kelak lelaki itu menyakitinya dan ia tak bisa lepas darinya?

“Vela, gimana? Lo masih bisa nolak sekarang sebelum lo nanti menyesal,” ujar Jendra membuat Lovela tersentak dari lamunannya.

Lovela menghela napasnya, mungkin ia belum mengetahui sisi lain dari Jendra. Namun ia yakin, lelaki itu tidak akan menyakiti dirinya, karena ia tahu jika lelaki itu sangat menyayangi ibunya.

“Gue mau jadi pacar lo, Jendra!” ucap Lovela, tanpa ragu.

Jendra tersenyum tipis, ia tidak menduga bahwa Lovela tetap kekeuh dengan keputusannya untuk menjadi kekasihnya. Padahal ia sudah memberitahukan tentang dirinya yang sebenarnya. Tentu perasannya sangat bahagia. Ia juga sangat menyayangi Lovela, dan ia berjanji tidak akan menyakiti gadis itu.

Jendra mendekap tubuh mungil Lovela, membawa gadis itu ke masuk dalam rengkuhannya. Kemudian ia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.

“Lo resmi jadi milik gue, Vela. Mulai sekarang gue enggak akan biarin siapa pun mendekati lo, menyakiti lo, apalagi merebut lo dari gue. Lo, Cuma punya gue, Lovela Angelina Cheryl!” bisik Jendra membuat bulu kuduk Lovela meremang.

🖤🖤🖤

Lanjut???

Bagaimana dengan part kali ini, J Girls??

Mau cepetan next enggak? Pliss komen setiap part ya😖💓

Jangan lupa vote juga💖💖

10+ komentar for next part!!! 🔥

Kalau udah tembus 10+ komentar, aku bakal langsung update!😻

Hayuk, J Girls! Semangat komentarnya ya! ❤

See u cewenya Al Jendra!💋

Continue Reading

You'll Also Like

678K 78.8K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

952K 51.6K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
792K 57.8K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
831K 43.8K 76
The endβœ“ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] β€’β€’β€’ Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...