ZAHRAGA 2

By haniiiifa

6.3K 704 76

COMPLETED✅ HIGHEST RANK🏅 #1 in ceritajadian (23-02-2024) #1 in duniakuliah (24-02-2024) #2 in ldr (24-02-202... More

PROLOG
1 - Hari Pertama OSPEK
2 - Teman Baru
3 - Kelab
4 - Dua Manusia Dakjal
5 - Raga dan 2 Dakjal
6 - Nongki
7 - Si Bucin
8 - Basmi Bibit Pelakor!
9 - UKM dan BEM
10 - Cemburu
11 - Resmi Jadi Anggota Basket
12 - Rencana Michelle
13 - Penerbangan Dadakan
14 - Back to Jakarta
15 - Universitas Indonesia
16 - Lovebird
17 - Basketball in Timezone
18 - Kembali ke Rutinitas
19 - Ikut Tournament
20 - Michelle Tidak Akan Menyerah
21 - Perusak Mood Michelle
22 - Flashback
23 - Rapat Dadakan
24 - Foto
25 - Serangan Tiba-tiba
26 - Khawatir
27 - Amarah Erlan
28 - Hari Kesehatan Nasional
29 - Masih Keras Kepala
30 - Kita Selesai
31 - Menyesal?
32 - Curhat dan Flight Jakarta
33 - Erlan dan Karin
34 - Ketemu Zahra dan Cerita ke Papa
35 - Berjuang Lagi
36 - Last Hug
37 - Berita
38 - Penyakit Papa
39 - Hancur
40 - Kehidupan Baru?
41 - Go Public Pacar Baru
42 - Klarifikasi
43 - Pasangan Bucin
44 - Notifikasi
45 - Pancingan
46 - Bertemu Masa Lalu
47 - Flashback dan Putus
48 - Titik Terang Pelaku
50 - 4 Years Later (ENDING)

49 - Kesaksian

107 8 0
By haniiiifa

Kelas Ardan baru saja usai. Ia merapikan buku-bukunya dan hendak pergi ke kantin karena perutnya sudah berdemo minta diisi. Saat ia akan beranjak, ia melihat Fladisha yang tengah termenung seperti banyak beban pikiran. Ardan langsung mengingat tentang janjinya pada Raga untuk mencari tahu tentang gadis ini. Ardan pun menghampiri Fladisha dan duduk di bangku depan gadis itu.

"Hei? Nggak ke kantin?" tanya Ardan.

Fladisha terkejut saat Ardan menghampirinya. Mereka jarang sekali berinteraksi. Palingan juga saat ada tugas kelompok baru mereka ngobrol.

"Eh? Enggak." jawab Fladisha.

"Kenapa?" tanya Ardan.

"Nggak papa. Nggak laper kok," Namun ternyata ucapan itu hanyalah kebohongan karena terbukti bahwa gadis itu memegangi perutnya yang keroncongan minta diisi.

"Mau ke kantin sama gue?" tawar Ardan. "Yuk," ajaknya.

"Enggak, makasih." balas Fladisha sembari tersenyum.

"Lo tahu kan kalo perut lapar tapi nggak diisi bisa jadi penyakit?" ujar Ardan yang berhasil membuat Fladisha bungkam. "Udah ayo, gue traktir deh!" bujuknya.

Fladisha menghela napas, "Oke," ujarnya.

Sesampainya di kantin, Ardan menyuruh Fladisha untuk menunggu di salah satu bangku yang kosong, sementara ia yang akan memesankan makan untuk mereka berdua.

Tak lama kemudian, Ardan kembali dengan nampan yang berisi dua piring nasi pecel dan es teh diatasnya.

"Yuk makan!" ujar Ardan yang dibalas anggukan oleh Fladisha.

"Thank's, Dan." ujar Fladisha tulus.

"Gue boleh nanya nggak?" tanya Ardan membuka obrolan.

"Boleh. Mau nanya apa?"

"Lo kenal Zahra?" tanya Ardan.

Fladisha kesedak makanannya, ia terbatuk-batuk, hingga Ardan membantu memberikan minuman padanya.

"Sorry-sorry, gue ngagetin lo ya?" tanya Ardan.

Fladisha meletakkan kembali gelas diatas meja, kemudian ia kembali fokus pada Ardan, "Zahra siapa?" tanyanya.

"Azzahra Paramita. Anak univ ini juga tapi dia prodi keperawatan."

"Kenal sih, kenapa emangnya?"

"Nggak papa, dia temen SMA gue soalnya terus kemarin gue lihat ternyata lo saling follow di instagram sama dia." ujar Ardan se-pelan mungkin agar Fladisha tak curiga. "Bye the way, kenal darimana? Lo pernah ketemu sama dia?"

Fladisha mengangguk, "Dia temen pertama gue disini. Dia satu kelompok sama gue waktu ospek univ."

Got it! Ardan menemukan jawaban satu persatu.

Kalian ingat kan dulu ospek Zahra punya teman namanya Fladisha? Nah ini adalah Fladisha yang sama. Kalo lupa baca lagi chapter awal tentang ospek gais.

"Oh, kenal deket ya berarti?" tanya Ardan lagi.

"Nggak juga sih. Gue cuma kenal waktu ospek? selebihnya gue nggak tahu lengkap tentang dia. Yang gue tahu dia punya pacar tapi LDR di Malang kan?"

Ardan mengerutkan keningnya, "Kok tahu?" tanyanya heran.

Fladisha membelalakkan matanya, ia keceplosan!

"Ma—maksud gue, emm, Zahra— maksud gue Zahra bisanya story tentang cowoknya kan? Terus caption nya tentang LDR gitu." ujar Fladisha gugup.

"Setahu gue, Zahra nggak pernah pake caption yang jelasin kalo dia lagi LDR deh sama cowoknya."

"Hah?! E—emang iya ya? Seinget gue sih pernah makanya gue tahu dia LDR-an."

"Meskipun Zahra pake caption dia nggak akan se-detail itu jelasin kalo LDR nya Jakarta-Malang." ujar Ardan mengoreksi.

"Ya gitu deh pokoknya!" Fladisha jadi kesal karena ia tak tahu lagi hrus menjawab apa.

"Lo lagi sembunyiin sesuatu ya?" tanya Ardan yang mulai tak sabar lagi untuk memancing gadis itu.

"Hah?! E—enggak!" elak Fladisha.

Tiba-tiba ada seorang mahasiswi yang menghampiri meja Ardan dan Fladisha.

"Fladisha, lo dipanggil sama kemahasiswaan tuh di ruangan." ujar mahasiswi itu.

"Ah, iya makasih." ujar Fladisha pada gadis itu, kemudian ia menoleh kembali pada Ardan, "Gue kesana dulu ya, bye. Thanks traktirannya, Dan." ucapnya. Kemudian gadis itu langsung lari terburu-buru, sementara Ardan tersenyum smirk. Ia meninggalkan meja nya dan segera membuntuti Fladisha untuk mencari tahu lagi tentangnya.

*****

"Fladisha, ini sudah jatuh tempo untuk kamu melunasi semua biaya kuliah. Kalo tidak, kamu tidak akan bisa ikut ujian. Kamu tahu itu kan?" tanya Bu Sila— kemahasiswaan.

"Iya, Bu, saya paham. Tapi saya belum bisa membayar karena saudara saya belum transfer, Bu. Saya minta keringanan lagi ya." ujar Fladisha memohon.

"Tidak bisa, Fladisha. Terakhir besok dan kamu harus melunasi agar bisa ikut ujian. Kalau tidak, kamu harus menunggu 1 semester lagi untuk bisa ikut ujian. Kamu paham?"

Fladisha mengangguk lemah, "Iya, Bu. Saya paham."

"Baiklah, silahkan kembali ke kelas kamu."

"Iya, terima kasih, Bu." pamit Fladisha. Kemudian gadis itu membuka pintu ruangan dan keluar dari ruangan tersebut.

"Jadi lo belum melunasi tagihan buat ujian?" Suara Ardan membuat Fladisha terlonjak kaget. Cowok itu ternyata membuntutinya hingga ruang kemahasiswaan dan mendengarkan semua pembicarannya dengan petugas.

"Lo—?" kejut Fladisha.

"Oh sorry kalo gue tadi nguping. Gue cuma pengen tahu sebenernya lo ada apa." ujar Ardan menjelaskan. Fladisha tetap diam dan tak merespon. "Gue punya tawaran menarik kalo lo mau." lanjutnya.

Fladisha mengerutkan keningnya, "Sorry, nggak minat. Gue balik du—"

"Gue bisa lunasin tagihan lo saat ini juga kalo lo mau bantu gue." potong Ardan cepat sebelum Fladisha menjauh darinya.

Fladisha terdiam, "Lo mau apa?" tanyanya.

"Saudara yang lo maksud itu Michelle?" tanya Ardan to the point. Ia tak ingin berlama-lama lagi, toh Fladisha juga sudah kepepet jika seperti ini.

"Ngapain lo nanya gitu?" tanya Fladisha.

"Jawab aja. Gue janji lo bakal bisa ikut ujian semester ini. Yang penting lo jawab jujur dan bantu gue setelah ini."

"Lo mau apa sih?!"

Ardan menarik tangan Fladisha untuk dibawa ke taman belakang yang cukup sepi. Ia akan menjalankan rencananya saat ini juga. Lebih cepat lebih baik bukan?

*****

Raga tengah makan siang bersama Michelle di sebuah restaurant yang cukup mewah untuk tingkat mahasiswa seperti mereka. Raga memang selalu mengajak Michelle makan siang bersama akhir-akhir ini dan itu membuat Michelle senang karena ia mengira bahwa Raga perlahan mulai menyukainya.

"Lo setelah ini balik langsung ke rumah apa gimana, Ga?" tanya Michelle di sela-sela kegiatan makan.

"Ke apart Erlan sih kayanya," jawab Raga.

"Kalian bertiga tuh bener-bener deket banget ya keliatannya?"

"Bukan keliatannya lagi. Tapi emang iya. Gue udah anggap mereka keluarga gue. Gue juga nggak punya siapa-siapa kan disini?"

"Iya sih. Lo beruntung." ujar Michelle sembari tersenyum. Kemudian gadis itu minum minuman yang telah ia pesan.

Raga membuka ponselnya karena bergetar dan menunjukkan ada notifikasi chat disana. Ia langsung buru-buru membuka dan membaca pesan itu.

Ardan Rizaldi : Ga, gue udah sama Fladisha. Sekarang bisa?

Raga Pratama : Oke.

Tak lama kemudian, Ardan memanggil video call. Raga pun mengangkatnya, namun ponselnya masih ia letakkan di bawah meja agar Michelle tak mengetahui. Sebelumnya, Ardan juga telah membisukan panggilan agar suara berisik disekitarnya tidak terdengar oleh Raga maupun Michelle.

"Chell, lo mau kenalan sama temen gue nggak?" tanya Raga memancing.

Michelle mengerutkan keningnya, "Ngapain gue kenalan sama temen lo? Temen lo yang mana?"

"Nggak papa sih. Dia sahabat gue di Jakarta. Gue sering ceritain lo ke dia makanya dia mau kenalan sama lo katanya." ujar Raga.

Michelle tersenyum dan pipinya memerah mendengar itu. Michelle berpikir bahwa Raga benar-benar suka padanya sampai-sampai cowok itu sudah menceritakan tentangnya pada sahabatnya.

"Gimana? Boleh kan?" tanya Raga lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari Michelle.

"Boleh." ujar Michelle sambil terus mempertahan-kan senyumannya.

Raga memberikan ponselnya pada Michelle dan terlihat di layar ada Ardan disana.

"Hai, Michelle ya?" tanya Ardan menyapa Michelle.

"Ah iya, nama lo siapa?" tanya Michelle.

Tanpa menjawab, Ardan langsung menggeser ponsel nya hingga menampakkan Fladisha disana. Hal itu tentu membuat Michelle terkejut bukan main. Wajahnya pucat pasi, takut, tegang, semuanya campur aduk jadi satu.

"Hai, Chell," sapa Fladisha. Gadis itu juga sama gugupnya. Namun Fladisha bisa lebih rileks. Ia tak punya pilihan lain selain melakukan hal ini.

"Kenal dia kan?" tanya Ardan. Kini layar ponsel Raga menampakkan Ardan dan Fladisha disana.

"Ini maksudnya apa sih?!" tanya Michelle menatap Ardan kemudian ia menatap Raga meminta penjelasan.

"Hai, Fladisha, gue Raga, kakaknya Raya yang pernah lo teror itu." ujar Raga dengan nada dingin dan tatapan mata seperti ingin menerkam.

"Akuin semua." Suara Ardan membuat Fladisha diam membeku. Ia sangat takut, namun ia butuh bantuan Ardan.

"Raga, gue minta maaf, gue yang selama ini neror adek lo," ujar Fladisha dengan suara bergetar. "Dan juga neror Zahra."

Michelle semakin pucat, ia takut. Ia tak mengira hal ini akan terjadi. Ia tak mau kehilangan Raga lagi. Ia hampir saja mendapatkan Raga, ia tak mau rencananya rusak begitu saja.

"Kenapa lo neror mereka?" tanya Raga memancing.

"G—gue—" Fladisha takut.

"Jawab aja. Nggak perlu takut sama cewek kaya Michelle." ujar Ardan yang membuat Fladisha mengangguk.

"Gue disuruh sama Michelle buat neror Raya dan Zahra. Michelle mau Raga dan Zahrap pisah."

"BOHONG!!" seru Michelle histeris.

"Lo diem!" peringat Raga pada Michelle.

"Dia nuduh gue, Ga. Gue nggak pernah punya pikiran kaya gitu."

"Kalian udah punya bukti-buktinya kan? Gue tadi juga udah ngasih beberapa ss chat ke Ardan." kata Fladisha.

"Lo apaan sih?! Gue aja nggak kenal sama lo!" Michelle masih histeris dan membela diri.

"LO DIEM, MICHELLE!!!" teriak Raga yang membuat Michelle terdiam karena tersentak kaget.

"Lo udah salah masih aja ngelak. Ngaku sekarang atau lo gue bawa ke kantor polisi atas dasar teror dan melanggar privasi orang?!" tantang Raga.

"Gue nggak salah, Raga!!" Michelle semakin histeris. Gadis itu sampai mengeluarkan air matanya. Ia menangis. "Gue nggak salah." ujarnya lagi.

"Bukti-bukti udah jelas, Chel. Lo mau alasan apa lagi?" tanya Raga.

"Ngaku aja, Chel. Tindakan lo selama ini udah keterlaluan." Kini Fladisha kembali berbicara.

"Kenapa lo sampe lakuin kaya gini sih, Chel?" tanya Raga.

"KARENA GUE SUKA SAMA LO, RAGA!! TAPI LO NGGAK PERNAH SEKALIPUN NOLEH KE GUE. GUE UDAH BANTU LO, GUE UDAH NUNJUKIN SUKA KE LO DAN LO MASIH AJA MERTAHANIN CEWEK LO ITU. GUE MARAH DAN GUE NGGAK TERIMA ITU." Emosi Michelle semakin meledak. Sementara Raga hanya tersenyum smirk mendengarnya.

"Oke, semua bukti udah gue pegang. Rekaman aman kan, Lan?" tanya Raga pada seseorang yang bersembunyi di balik tembok. Dan ternyata itu adalah Erlan yang tengah merekam semua kejadian disana.

"BANGSAT!!!" teriak Michelle saat melihat Erlan.

Raga mematikan video call dengan Ardan karena urusan telah usai. Ia akan kembali fokus pada Michelle.

"Gue punya dua pilihan buat lo. Lo minta maaf ke Zahra dan adek gue atau lo gue laporin ke kakak lo dulu deh paling nggak, baru nanti proses di polisi."

Mendengar nama kakaknya disebut, nyali Michelle ciut. Ia paling takut dengan Satya. Ia tak mau jika kakaknya sampai tahu masalah ini.

"Jangan, gue mohon." ujar Michelle memohon pada Raga.

"So, berarti pilih yang pertama?" tanya Raga.

Michelle mengangguk ragu, "Iya gue bakal minta maaf."

"Jangan ngelakuin hal bodoh karena cinta." bisik Raga pada telinga Michelle sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Michelle sendirian disana.

******

TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI❤️❤️

JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA

SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA❤️❤️👋🏻👋🏻

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 258K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.1M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
802K 61K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
313K 23.4K 35
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...