Rewrite The Stars

By Phinku

1.2K 202 34

"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta perta... More

Prolog
1. Bertemu Lagi
2. Dari Jendela Bus
3. Boleh Temenanan?
4. Di Bawah Pohon Flamboyan
5. Jangan Bicara
6. Origami Bangau
7. Matahari
8. The One, ya?
10. Aku Suka Sama Shakira
11. BMKG, katanya
12. Planet Shaka
13. Tanpa Alasan
14. Pangeran Kodok
15. Jelous Nih, Ye

9. Pohon Harapan dan Orang Lama

54 10 0
By Phinku

Siapin popcorn bro, jangan siapin orang baru kalo masih gamon sama masa lalu—aga panjang soalnya bab ini hehe

.

.

"Assalamualaikum, tante."

Pintu rumah itu dibuka, wanita itu menyambut Shaka dengan senyum hangat. Setelah berucap salam, Shaka mencium singkat punggung tangan bundanya Shakira. 

"Waalaikumussalam. Ganteng sekali, mau ke mana ini?"

Shaka mengusap tengkuknya sambil tersenyum canggung. "Mau jalan sama Shakira. Boleh, tante?"

"Panggil bunda aja." Wanita itu tertawa ramah sambil menepuk-nepuk bahu Shaka. "Masuk dulu, bunda panggilin Shakira dulu."

Sedangkan di dalam kamar, Shakira baru selesai memoles sedikit warna merah muda di bibirnya agar terlihat lebih fresh seperti buah cherry di musim semi. Gadis itu siap dengan dres bunga-bunga selutut, kedua bahunya yang terekpos dibaluti dengan cardigan pink muda yang senada dengan dress pastelnya. Terakhir, ia memberikan jepit kecil di bagian sisi kiri rambutnya yang tergerai.

Shakira melihat dirinya di pantulan cermin, melihat sisi kiri, sisi kanan tubuhnya, merapikan poni tipisnya. "Kok gue segininya banget?" Shakira beralih pada baju-baju berhamburan di atas kasur, untuk memilih pakaian saja ia harus mengeluarkan nyaris seluruh isi lemarinya.

"Lagian kan cuman keluar sama Shaka, dia juga gak bilang mau ke mana. Ngapain juga gue harus segaya ini cuma buat keluar sama dia?"

"Shakira." Suara mama yang dibarengi ketukan pintu, menyela monolog Shakira. "Shakira dicariin Shaka."

Mendengar nama Shaka disebut, dia buru-buru menyemprotkan parfum di kedua lengannya dan satu kali di leher. "Iya, bunda."

"Mau nge-date ceritanya?" tanya Bunda memperhatikan penampilan Shakira dari atas sampai bawah.

"Bunda ngaco." Shakira bergedik geli, lalu menuruni tangga ke bawah.

Shaka, cowok itu tengah duduk sambil memainkan ponsel. Ada sesuatu yang berbeda dari penampilannya. Cowok itu terlihat rapi dengan t-shirt putih yang dibaluti dengan kemeja ivory sebagai outer, dibuat senada dengan celana coklat. Baru kali ini Shakira melihat Shaka memakai kaca mata yang mendekorasi wajah tampannya, eh? Jujur saja Shakira menyukai cowok berkaca mata. Tapi, Shakira juga tidak bisa mengelak kalau Shaka terlihat semakin tampan saat serius, seperti dia serius melihat sesuatu di ponselnya sekarang.

Suara dehaman bunda akhirnya menyadarkan Shaka kalau Shakira kini sudah siap. Shaka berdiri, memandangi Shakira tak berkedip dengan tatapan terpukau. Shakira terlihat anggun sekali dengan balutan dress-nya.

"Cantik, bunda," kata Shaka.

"Bunda kan emang cantik," sahut Bunda.

"Maksud Shaka, Shakira-nya cantik, bunda." Shaka mengoreksi kalimatnya.

"Ohh, jadi bundanya nggak cantik, gitu?" 

"Eh, nggak gitu, bund. Kecantikan Shakira pasti dari bunda," koreksinya.

Bunda terkekeh. "Yaudah, jangan sampe larut malam, ya."

"Iya, bunda. Makasih udah izinin Shaka jalan sama anak bunda yang cantik ini." Shaka mencium punggung tangan bunda untuk berpamintan.

"Modus!" Shakira mendelik ke arahnya. "Kok panggilnya 'bunda' juga?" tanya.

"Biar menandakan kalau aku sudah diterima sebagai calon menantu bunda," kata Shaka membuat Shakira sialnya malah merasa sedikit tersipu atas modus kardus murahnya. "Iya 'kan, bunda?" Shaka meminta validasi.

"Udah lampu ijo," kata bunda.

Mereka sepertinya sudah bersekongkol untuk menjadi mertua dan menantu tanpa persetujuan Shakira.

"Berangkat ya, bunda," Shaka berucap, berpamitan lagi.

"Shakira pamit, dah bundaa.." Shakira mecium tangan bunda.

Jujur saja, berada di dekat Shaka sekarang membuat Shakira merasa sedikit grogi. Cowok dengan wangi mint itu baru saja membukakan pintu mobil untuknya. Selain keberadaannya yang ajaib, Shaka juga memperlakukan Shakira seperti tuan putri sejak pertama kali mereka bertemu. Mungkin kalau sekarang naik motor, Shaka akan memasangkannya helm seperti biasa mereka ke sekolah. 

"Asyik banget ngelamunnya, lagi mikirin aku, ya?" suara Shaka memecah lamunan Shakira, pasalnya gadis itu hanya menatap pintu mobil yang sudah Shaka bukakan.

"Geer." Setelah menyahut, Shakira langsung masuk, melihat Shaka lewat di depan mobil dan kini duduk di sebelahnya. 

"Shakira," panggil Shaka.

Shakira menoleh, ia merasa sedikit terkejut saat detik itu juga Shaka memajukan badan ke arahnya. Bodohnya, Shakira malah memejamkan mata saat aroma mint Shaka semakin menyeruak, deru napas Shaka yang hangat menerpa halus leher Shakira membuat jantungnya berdetak tak karuan. Shakira menahan napas.

"Aku cuma mau bilang, kamu cantik banget malam ini." Setelah membisikan kalimat itu di telinga Shakira, Shaka menarik tubuhnya kembali.

"Kok merem? Jangan-jangan kamu mikirnya aku mau cium?" tebak Shaka diakhiri tawa kecil.

"Shaka!" Shakira memukul lengan Shaka cukup keras, justru membuat Shaka semakin tertawa dan yakin atas tebakannya.

"Tuh, salting, kan? Salting." Shaka semakin membuat pipi Shakira memanas digempuran AC yang dingin.

"Kalo gak jalan, aku keluar," ancam Shakira.

"Tuh, jadi make 'aku, aku' kayak Shaka, cieee!"

"Shaka!" Shakira membuka pintu mobil.

"Iya-iya, bercanda kok. Tapi kalo cantiknya gak bercanda, Shakira beneran cantik malam ini, bulan juga tau itu." kata Shaka menunjuk bulan di langit yang terlihat, kemudian mulai menjalankan mobilnya.

***

Sebelumnya, Shakira memang tidak tahu ke mana Shaka membawanya. Walaupun Shakira bertanya, Shaka juga pasti tidak akan memberitahu dan malah berbicara ke topik lain seolah tempat yang mereka tuju adalah kamp para agen bulan yang tengah mengerjakan misi rahasia di bumi, sehingga patut untuk tidak diberi tahu. Yang pastinya, Shaka tidak mungkin membawanya ke tempat yang sepatutnya tidak perlu untuk didatangi.

Setelah memarkirkan mobilnya, Shakira akhirnya tahu ke mana Shaka membawanya. Bianglala yang berputar pelan terlihat dari kaca jendela, menandakan kalau mereka berada di pasar malam. Shakira baru melepas seat belt, sedangkan Shaka dengan gerak kilatnya sudah segera membukakan pintu untuknya. 

"Boleh pegang tangan kamu?" tanya Shaka "Takut kamu hilang," sambungnya lagi.

"Gue bukan anak kecil, gak bakal hilang."

"Yaudah, kalo gitu boleh pegang tangan kamu? Biar gak ada yang godain kamu."

Shakira tidak menjawab, pura-pura tidak mendengar sambil mengedarkan penglihatannya ke sekelililing.

"Kalau gak jawab berarti, iya?" Shaka mengulum senyum. "Kebiasaan." Setelah mengucapkan itu Shaka mengamit pergelangan tangan Shakira.

"Yuk." Shaka membawanya masuk ke dalam pasar malam, tanpa Shaka ketahui kalau Shakira mati-matian menahan senyum di wajahnya agar tidak merekah.

"Rame banget, kan? Pasar malamnya baru buka malam ini," kata Shaka yang suaranya berusaha menerobos gemuruh suasana pasar malam.

Tempat itu ramai sekali dengan berbagai permainan, ada bianglala yang tinggi sekali, komidi putar dengan kuda poni yang cantik seperti di kotak musik, kora-kora, permainan lempar berhadiah, boneka capit, pertunjukan badut, kereta api putar, panah cinta, lempar cincin, tembakan bintang, dan banyak lagi. 

Sedari tadi hingga sekarang, Shaka masih setia memegang tangan Shakira, sepertinya Shaka benar takut kalau Shakira yang mungil ini hilang di tengah keramaian.  Menjauhi area wahana permainan, Shaka membawanya ke perkumpulan stan-stan yang beraneka ragam, ada yang berjualan, ada yang membuka live akustik meskipun musiknya bercampur dengan stan lain, ada yang memamerkan kerajinan dan seni, jualan boneka, pameran tembikar, makanan khas, dodol, dan masih banyak sekali sampai ada pameran kura-kura juga.

"Yang sana stan aku sama temen-temen." Shaka menunjuk ke arah satu stan yang masih sepi pengunjung, hanya ada tiga orang cowok yang sibuk mondar-mandir menata dalam pameran mereka.

"Kok tulisannya closed?" tanya Shakira. Terdapat sebuah pohon beranting banyak yang tak berdaun di depan stan mereka, lalu menggantung tulisan closed di sana. 

"Yuk." Shaka membawa Shakira ke stan mereka.

Di depan pohon beranting itu terdapat tumpukan origami dan gelas yang berisikan banyak spidol. Shaka mengambil satu kertas origami, dan memberikan satu kertas untuk Shakira. 

"Ini namanya pohon harapan," kata Shaka. "Kamu tulis apa harapan kamu, nanti kalau sudah selesai, gulung, terus diikat di ranting pohonnya," jelas Shaka yang mendapat anggukan-anggukan dan gumaman 'ooo' dari Shakira.

Shakira melihat banyak benang wol yang menggantung di ranting-ranting pohon. Ia mengambil satu spidol dan menuliskan sesuatu di kertasnya. 

"Harapan Shakira, apa?" tanya Shaka hendak mengintip.

"Gak boleh ngintip, Shakaaa." Shakira mendorong jidat Shaka dengan pantat spidol.

"Kalau harapan Shaka, Shaka mau ke sini lagi sama Shakira tahun depan."

"Emang tahun depan pasti dibuka lagi stannya?"

"Pasti dan harus, biar harapan Shaka terkabul," kata Shaka. Sebenarnya tidak hanya itu, Shaka menambahkan lagi kalimat harapannya, dengan keadaan manusia yang saling jatuh cinta sehingga kami bersama selamanya. 

"Selesai." Shakira sudah menggulung kertasnya dan menggantung harapannya di ranting pohon harapan.

"Selesai juga," kata Shaka, kertasnya dilipat membentuk bangau lalu diikat di sebelah harapan milik Shakira.

"Buruan Ka, biar dibuka stannya. Pada banyak yang nanyain tadi tuh." Kai menghampiri Shaka. "Eh? Hai, Shakira."

"Kita belum sempat kenalan," kata Kai. "Gue Kaizen, panggil aja Kai." Kai mengulurkan tangannya.

"Itu tadi udah tau nama gue," shaut Shakira mengabaikan uluran tangan Kai. "Shakira," balasnya menerima jabatan tangan Kai.

"Join, join." Raja ikut menghampiri bersama Delvin. "Raja, sahabat Shaka dari kecil." Raja mengulurkan tangannya.

"Delvin, sahabatnya Shaka dari janin." Delvin juga ikut setelah Raja.

"Kenapa cuma stan kalian yang belum buka?" tanya Shakira melihat sekeliling yang sudah ramai pengunjung.

"Kata Shaka, pamerannya harus dibuka sama tuan putri sebagai tamu pertamanya," sahut Raja.

"Tuan putri?" Kening Shakira memunculkan gelombang kecil.

Shaka tidak mengkaidahkan perkataan Raja, ia memegang pergelangan Shakira dan membawa gadis itu masuk. "Shakira isi buku tamunya." Shaka membawanya ke meja pengisian buku tamu.

Tidak ada satupun nama pengunjung di buku tamu itu, Shakira jadi terpikir perkataan Raja tadi. Ia mengisi buku tamu tersebut, Shaka bertepuk tangan setelahnya. "Pameran empat kunang-kunang resmi dibuka!!"

Kai, Raja dan Delvin ikut bertepuk tangan. "Yuhuuuu!!" Kai mengubah closed tadi menjadi open.

"Selamat datang di pameran empat kunang-kunang, pengunjung pertama, Shakira Audya," ucap Shaka. "Selamat menikmati stan kami, dan terima kasih karena sudah membuka acara kami secara resmi," sambungnya lagi.

Shakira tidak bisa menahan senyum di wajahnya, "Makasih, Shaka."

Lagu A Teenager in Love yang diputar melalui gramofon mulai mengisi stan. Shakira berjalan, melihat satu persatu lukisan yang bertuliskan nama Shaka sebagai pembuat karya. Ada lukisan abstrak yang membuat Shakira merasa hampa saat memandanginya.

"Kalau mau menikmati lukisan, jangan terlalu deket." Shaka memegang kedua pundak Shakira, menuntun gadis itu untuk mundur tiga langkah. "Gini, lebih indah kalau dinikmatin dari jauh. Tapi, jangan kejauhan."

"Keren!" kata Shakira spontan, mengalihkan sedikit salah tingkahnya.

"Apanya yang keren?" tanya Shaka. "Aku atau lukisannya?"

"Lukisannya dong."

"Lukisannya kan aku yang buat, berarti aku yang keren," kata Shaka, menatap Shakira sambil tersenyum.

Shakira memutuskan kontak mata sebelum jantungnya berdetak semakin cepat. "Ini lukisannya familiar." Ada sebuah lukisan seorang perempuan yang tengah duduk di ayunan bawah pohon sambil tersenyum dengan flower crown di kepalanya. 

"Lukisan itu terinspirasi dari kamu, di bawah pohon flamboyan depan danau waktu itu." Shaka menjelaskan. "Makanya familiar."

Shakira melihat judul lukisannya, The Art of Shaa

"Kira," sambung Shaka seolah mengetahui kalau Shakira tengah membacanya.

Shakira mengalihkan topik itu cepat, sebelum pipinya terlihat bersemu. "Kalo itu? Lukisan foto siapa?" tanya Shakira ke arah lukisan yang paling jelas detail wajahnya. 

"Almarhum ayah Raja. Pameran ini diadain tiap tahun. Shakira tau? Aku pengen banget punya pameran lukisanku sendiri. Jadi, aku coba buka kecil-kecilan lewat event tahunan kayak gini, sekaligus buat mengenang ayahnya Raja, ulang tahun beliau besok. Banyak barang antik, lampu camprong, televisi jadul, gramofon yang dipamerin di sini semuanya punya almarhum. So, tahun depan pasti ada pameran lagi, Shakira. Kamu harus dateng ke sini, ya. Ke pameran kecil-kecilannya Shaka."

"Shaka, bantu jagain pohon harapan bentar, banyak banget ni yang mau masuk stan." Kai menyeru dari tempatnya menjaga buku tamu.

"Aku tinggal bentar, ya. Kamu nikmatin aja dulu di sini." Setelah berucap itu, Shaka pamit pergi.

Shakira mengangguk, setelah kepergian Shaka barulah senyumnya bisa mengembang sempurna. "Shaka lo!" Shakira menjerit tertahan. "Lo gemesin!"

Shakira merasa bahagia sekali dengan hal-hal kecil sederhana dari Shaka. Apalagi tentang pohon harapan tadi, harapan Shaka terdengar menggemaskan. Banyak nilai sederhana namun bermakna besar untuk Shakira malam ini, dan itu semua karena Shaka dan dari Shaka. 

Ia mengambil ponsel dari dalam sling bag, mengambil foto lukisan Shaka satu persatu dengan penuh semangat. "Semoga nanti bisa buka pammeran yang gede, Shaka."

"Shakira?" Panggilan itu membuat Shakira menurunkan ponselnya dari lukisan Shaka yang terakhir. Suara familiar itu ... adalah suara yang sudah Shakira hapus dari ingatannya. Hatinya langsung mencelos ketika berbalik badan, mendapati seorang laki-laki berpostur tegap yang khas dengan jaket denimnya.

"Hai! Apa kabar?"

Suaranya masih sama, bahkan senyumnya.

Jeriko, mantannya. Setelah perpisahan di bandara waktu itu, Shakira tidak pernah lagi melihatnya. Bahkan hubungan mereka diputuskan sepihak oleh Jeriko saat cowok itu tertangkap mendua untuk yang ke tiga kalinya.

"Baik," Shakira menjawab singkat.

"Udah sembuh?"

"Buat apa tanya?" Setelah mengucapkan itu Shakira hendak pergi, namun Jeriko menahan pergelangan tangannya.

"Kamu gak mau tanya kabar ku, Ra?"

"Nggak penting juga," sahut Shakira, hendak melepaskan cengkraman Jeriko namun tenaga cowok itu lebih besar. "Apasih lo?! Lepasin!"

"Aku lagi liburan di Indo, aku mau kita perbaikin semuanya, Ra."

Shakira berdecih. "Perbaikin apa lagi, Jer? Gue udah muak liat muka lo! Cowok kalo udah selingkuh, dikasih kesempatan buat berubah bakal tetap selingkuh. Perbaikin? Nggak ada yang perlu diperbaikin. Semua luka ini, udah berdamai walapun nyisain rasa trauma ke cowok. Ayah yang gue anggap cinta pertama juga nyakitin. Lo? Gak ada bedanya sama ayah, suka selingkuh. Lo egois." Shakira meluapkan perasaan yang sudah terkubur setahun lebih untuk Jeriko.

"Sakit, Jer. Sakit banget! Disaat gue butuh lo, lo gak ada, atau parahnya lo lagi sama cewek lain. Gue kasih kesempatan, lo ulangin. Gue emang sebodoh itu buat pernah cinta buta sama orang kayak lo! Gak ada yang harus diperbaikin, Jeriko."

"Ya maaf, Ra. Aku mau kita perbaikin lagi, aku masih terlalu kekanakan kemarin."

"Sakit dibayar maaf tuh gak adil, Jer. Gue udah bisa lepasin lo, gue udah berdamai kalau nyatanya gue harus kehilangan lo juga waktu itu. Please, jangan paksa gue lagi." Shakira tidak mau berada dalam hubungan toxic yang membuatnya switch gender berperan menjadi sosok laki-laki dalam hubungan mereka.

"Lepasin Jer, sakit." Shakira merintih sakit saat berusaha lepas dari cengkraman Jeriko. Pergelangan tangannya memerah. "Jer, lepasin sakit!"

"Gue mau kita perbaiki!" Jeriko mengangkat suara, membuat atensi dalam stan itu semakin tersorot ke arah mereka. 

Shakira tersenyum tak habis pikir. "Lo emang gak pernah berubah, Jer. Kasar." 

Dan, Shakira juga yakin kalau Jeriko adalah Jeriko yang sama, yang selalu mendiamkannya setiap ada masalah, lalu kembali seolah semuanya baik-baik saja tanpa perlu dibicarakan. Jeriko yang selalu balik marah ketika Shakira marah. Jeriko yang suka membentak dan berkata kasar. Jeriko yang suka berbohong. Jeriko yang membuat Shakira harus mengemis kabar. Jeriko yang egois. Jeriko yang medua. Jeriko yang banyak berjanji namun semuanya dusta. Shakira pernah jadi manusia bodoh karena menangisi laki-laki seperti itu.

"Sshh, aww.. sakit, Jer!" Shakira semakin mengaduh saat Jeriko memperkuat cekalannya.

"Jer, aww.. Sshh, sakit! Lepasin, Jer!"

"Kamu gak denger apa dia bilang sakit!" Jeriko menoleh ke asal suara yang berasal dari belakangnya. 

Tanpa aba-aba, sebuah pukulan melayang di rahang kanan Jeriko. Cowok yang tak mengira akan ada serangan itu langsung terhuyung ke depan, membentur lukisan Shaka sampai lukisan itu terjatuh, mengundang histeris pengunjung dalam stan itu.

"Saya nggak suka liat Shakira kesakitan," kata Shaka. Tatapan yang biasanya teduh kini berubah berubah tajam, membuat ekspresi wajahnya terlihat dingin. Kedua tangannya mengepal kuat, menandakan kalau dia marah. 

Shakira ikut terkejut, tidak pernah melihat Shaka sampai semarah itu hingga untuk menatap matanya saja Shakira tidak berani. 

"Shakira nggak papa?" suara Shaka berubah lebut, tatapnya melunak menjadi teduh saat menatap Shakira. 

Shakira yang masih kelu tak mampu berkata, hanya bisa menggelengkan kepala atas momen yang baru saja terjadi.

"Sakit, ya?" Shaka memegang pelan pergelangan tangan Shakira yang memerah. Pandangan Shaka beralih ke arah Jeriko yang bangkit dengan sudut bibir terluka. Kilat manta Shaka yang teduh, kembali berubah tajam.

"How dare you?!" Shaka melangkah maju.

"Shaka." Shakira menahan cowok itu dengan mencekal ujung kemejanya. Shakira menggeleng dengan tatapan memelas, membuat Shaka mundur dan mengurungkan niatnya untuk memberikan pukulan lainnya pada laki-laki yang sudah menyakiti Shakira.

"Ikut aku." Shaka memegang sebelah pergelangan tangan tangan Shakira, meinggalkan stan, meninggalkan Jeriko yang mengumpat kesakitan.

...

.

.

.

kata Shakira lebih cakep pake kacamata

yang bener aje? rugi dong

cakevv banget 

yakali ga vote, rugi dong!


see you next bab

..

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 40.3K 7
UPLOAD FULL PINDAH KE MANGATOON -- Aku tidak suka jalan cerita cintaku di samakan oleh fiksi-fiksi romantis atau film-film yang berujung bahagia. Nya...
7.7K 1.1K 31
Bagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan soso...
681K 93.4K 42
Bagi Khayana, remaja perempuan yang kehilangan minat hidupnya karena dihantui trauma masa lalu, Enand adalah pahlawan. Bagi Enand, si bocah serampan...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...