CASUARINA

By Haikkyuuuu

29.9K 4.2K 1.4K

[ON GOING] DON'T PLAGIARIZE ‼️‼️❌❌ Hanya tentang keluarga Bapak Abisatya yang cemara dan selalu dibumbui dram... More

PROLOG
01. SALING MERUSAK 🦬
02. CARA MEMINTA MAAF 🦣
03. DIAM-DIAM🦣
05. TAKUT KEHILANGAN 🦣
06. 24/7 BERSAMA ABANG 🦣
07. SALING MELINDUNGI 🦣
08. MERASA BERSALAH 🦣
09. MENJAGA 🦣
10. INTRO SEMPURNA 🦣
11. SISI LAIN ABANG 🦣
12. ADIK 🦣
13. TAKUT DALAM KETENANGAN 🦣
14. TUMPUAN ABANG 🦣
15. ADIK AWAN DAN PELINDUGNYA 🦣
16. TAUTAN YANG TERLEPAS 🦣
17. PENAWARAN 🦣
18. RUMAH YANG SESUNGGUHNYA 🦣
19. BERJUANG LAGI 🦣
20. NAMA AWAN 🦣
21. MERELAKAN 🦣
22. KEMBALI 🦣
23. USAHAKAN KEBERSAMAAN 🦣
24. MELEGAKAN HATI 🦣
25. SALING BERPERAN 🦣
26. PERIHAL LUKA 🦣
27. TIDAK PANTAS 🦣
28. NAMETAGE ADALAH MAUT 🦣
29. BAGIAN KEHANGATAN 🦣
30. PERTENGKARAN 🦣
31. SAKIT YANG BERBEDA 🦣
32. SEMOGA 🦣
33. OBAT 🦣
34. DRAMA RUMAH KAKEK 🦣

04. SEBUAH PERBEDAAN 🦣

1K 138 24
By Haikkyuuuu

[SEBUAH PERBEDAAN]

▪️▪️▪️

Hembusan angin sore memang begitu menyejukkan saat menerpa wajah. Hamparan langit sore juga tak kalah menenangkan saat dilihat, dengan kuning kemerahan menjadi warna dominannya.

"Awan duyuan yang abis..!!" -Awan duluan yang habis- seru makhluk mungil nan menggemaskan dengan antusias saat berhasil menghabiskan es krimnya lebih dulu ketimbang sang kakak.

"Hebat sekali adiknya Abang" ujar sang kakak sambil mengusap puncak kepala sang adik yang masih berusia 4 tahun itu.

"Api Awan ingin yagi es kyimnya" -Tapi Awan ingin lagi es krimnya- lirih Awan melihat es krim sang kakak yang masih setengah.

Gema pun melihat es krim di tangannya dan kembali menatap sang adik yang sedang menatap es krim miliknya dengan tatapan memelas. Senyum Gema sontak terukir melihat sang adik seperti kucing yang ingin meminta makan. Sungguh menggemaskan.

"Awan ini es krim milik Abang?" Tanya Gema basa basi, padahal ia sudah tahu jika adiknya sudah sangat menginginkan es krim miliknya.

"Apa boyeh?" Tanya kembali Awan dengan tatapan yang berbinar menatap sang kakak.

"Boleh, tapi cium Abang dulu" sahut Gema mencondongkan wajahnya di depan wajah sang adik.

"Belapa kali tium na?" -Berapa kali ciumnya?-

"Berkali-kali" tanpa berucap apapun Awan langsung menghujani wajah Gema dengan ciuman berkali-kali hingga Gema terus tersenyum dan berakhir tertawa kecil karena merasa geli akibat ciuman sang adik yang tak kunjung berhenti.

"Sudah-sudah" ujar Gema sambil terkekeh untuk menghentikan aksi sang adik.

Setelah adiknya berhenti, Gema sekilas mencium pipi gembul adiknya lalu memberikan es krim miliknya tadi.

"Kita mam nya beldua ya" -Kita makannya berdua ya- ucap Awan yang tidak ingin menghabiskan es krim milik kakaknya sendirian, karena ibunya sudah memberikan peraturan jika sudah memiliki bagiannya maka tidak boleh mengambil bagian orang lain. Jadi, Awan hanya ingin merasakan sedikit es krim milik kakaknya tanpa ingin mengambil semua.

"Untuk Adik saja semua"

"No no nanti ibu malah, ini untuk Abang" Awan menyuapi es kirim kepada sang kakak. Dengan senyuman, Gema pun menerima suapan dari adiknya dengan senang hati. Ia sangat suka jika adiknya bersikap manis seperti ini.

"Abang sayang Adik"

"Awan lebih sayang Abang banak-banak" -Awan lebih sayang Abang banyak-banyak-

▪️▪️▪️

"Pelit sekali sih..!!" Setelah keheningan melanda, akhirnya terdengar sentakan dari kedua kakak adik yang merebutkan salad buah buatan sang ibu.

"Kau sudah punya bagian sendiri, jangan meminta bagian orang lain..!!" Balas sang kakak yang tidak ingin bagiannya diambil oleh sang adik barang sedikit saja.

"Kan aku hanya meminta sedikit..!!"

"Sedikit bagimu itu banyak bagiku..!!"

"Kalau begitu suapi aku saja yang menurutmu sedikit"

"Tidak mau aku menyuapi buntelan awan sepertimu"

"Ishh dasar pelit..!!!!" Pekik Awan di depan wajah Gema.

"Astaga, ini ada apa? Perasaan tadi Ibu melihat kalian akur-akur saja" tegur sang ibu saat melihat kedua buah hatinya kembali bertengkar.

"Manusia galak ini pelit sekali, Ibu, padahal Awan hanya meminta saladnya sedikit saja" adu Awan kepada sang ibu.

"Kan Awan sudah memiliki bagian sendiri, Nak. Kenapa masih meminta bagian milik Abang?" Tanya lembut Bila sambil mendekati kedua putranya.

"Sudah habis dan Awan ingin rasa punya abang, sedikit saja" rengek Awan yang entah kenapa ingin sekali merasakan salad milik sang kakak.

Bila pun menghela nafas pelan, ia tidak bisa langsung mengiyakan keinginan si bungsu karena sudah peraturannya mereka sudah memiliki bagian masing-masing. Ia juga tidak ingin Gema merasa tersisihkan jika Bila meminta putra sulungnya mengalah demi keinginan si bungsu.

"Tidak usah rasa punya abang ya, Ibu buatkan saja yang baru untuk Awan jika saladnya tadi masih kurang" Bila berusaha mencari solusi untuk masalah kali ini.

"Punya Ayah saja ini, masih banyak" tawar Abi menghampiri keduanya sambil membawa semangkuk salad miliknya.

"Tapi ingin punya Abang.." lirih Awan melirik-lirik ke arah Gema yang tampak tak peduli akan keinginannya.

Gema masih dengan santainya menikmati salad miliknya tanpa ada keinginan berbagi dengan sang adik. Suara lirih adiknya saja ia abaikan.

"Kan Awan sudah ada bagiannya, dan itu bagian abang, kasihan dong jika dipinta oleh Awan, bagian abang jadinya berkurang" Bila masih terus membujuk si bungsu agar berhenti meminta bagian Gema.

"Heum.." gumam Awan menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena sudah meminta bagian Gema, padahal ia sudah memiliki bagiannya sendiri.

"Kemari." Terdengar suara Gema sambil mengangkat sendok yang berisi strawberry dan fla salad miliknya.

Kepala Awan terangkat saat mendengar suara datar sang kakak, ia langsung menoleh dan mendapati kakaknya sedang menatap tajam ke arahnya. Mungkin saja kakaknya itu muak mendengar rengekan miliknya, itulah yang ada dalam pikiran Awan.

Namun, tanpa rasa malu Awan langsung mendekat ke arah sang kakak sambil membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Gema.

"Heum .. enak, butuh ciuman tidak?" Goda Awan yang mengingat jika dulu Gema sering sekali meminta ciuman darinya.

"Cih, jangan harap kau menciumku..!!" Jawab Gema dan langsung mengalihkan pandangannya, tiba-tiba ia merasa malu akan masa lalu.

"Hihi terima kasih Abang Gema jelek..!!" Ucap Awan dengan antusias, lalu ia berlari menuju kamarnya sebelum mendapat respon apapun dari sang kakak.

"Ekhem .. terdeteksi ada yang salah tingkah di sini" ledek Abi sambil menatap Gema dengan tatapan mengejek.

"Ayah aneh..!!" Sahut Gema tanpa sadar memasukkan sendok yang digunakan untuk menyuapi Awan ke mulutnya, untuk membersihkan fla yang masih menempel di sendok tersebut.

Bila pun hanya tersenyum sambil menepuk pelan lengan suaminya, ia merasa geli karena suaminya itu sering sekali menjahili kedua putranya.

"Mereka lucu sekali" bisik Abi kepada Bila saat mereka beriringan kembali ke dapur.

▪️▪️▪️

"Daah Ayah..!!" Gema dan Awan baru saja diantarkan oleh sang ayah tepat di depan sekolah mereka.

Keduanya saling menatap sejenak lalu langsung berbalik untuk memasuki sekolah mereka yang bersebelahan.

Perbedaan pun sungguh terlihat, jika perjalanan Gema memasuki kelasnya diiringi dengan sahutan-sahutan sapaan hangat dari beberapa siswa lain yang mengenalnya, karena memang nama Gema cukup terkenal di sekolah itu bahkan di kalangan junior sekalipun. Selain cukup pintar, Gema juga termasuk siswa yang aktif dalam berorganisasi.

Namun sungguh berbeda dengan sang kakak, perjalanan Awan memasuki kelasnya diiringi dengan tatapan yang sulit diartikan oleh beberapa siswa yang melihatnya. Bahkan Awan sering sekali melepas alat bantu dengarnya saat berjalan sendiri di koridor kelasnya agar tidak mendengar bisikan-bisikan keras dari beberapa siswa yang tak sengaja bertemu dengannya.

Berbagi julukan sering sekali ia dengar dari siswa lain. Si tuli, si antisosial, si kutu buku, atau julukan aneh lainnya. Sebagian siswa di sana bahkan lebih sering memanggil dirinya tidak dengan namanya namun dengan sebutan adiknya Gema atau sepupunya si kembar. Atau mereka tidak mengetahui nama Awan, dan sebagian lagi mengingat nama Awan karena mengingatkan mereka akan hal yang sering dilihat setiap harinya.

Itulah mengapa Awan tidak memiliki teman lain selain kedua sepupunya di sekolah ini. Baginya semua siswa di sini munafik, mungkin ia tidak dibully secara terang-terangan, namun bisikan-bisikan atau tatapan aneh mereka itu sudah sangat membuat Awan terganggu dan sedikit muak. Toh baginya selagi ia memiliki keluarga yang menyayanginya dan saudara yang terus bersamanya, ia tidak peduli jika semua orang membencinya.

Awan sendiri tidak mengerti mengapa hampir semua orang memandang rendah dirinya, padahal otaknya cukup pintar hampir sama seperti kakaknya, ia juga cukup berprestasi di bidang seni. Hanya saja ia memiliki sedikit kekurangan yang membuatnya berbeda dengan yang lain, namun apakah hal itu pantas membuat orang lain merendahkannya?

Di tengah lamunannya, Awan dikejutkan dengan tepukan di bahunya. Ia langsung tersenyum dan memakai kembali alat bantu pendengarannya saat mengetahui orang tersebut adalah si kembar.

"Mereka membicarakanmu lagi?"

"Heum .. tidak, aku hanya ingin melepaskannya karena tadi sedikit tidak nyaman" Awan tidak sepenuhnya berbohong karena nyatanya ia tidak tahu siswa lain membicarakannya atau tidak karena ia tidak bisa mendengar. Sejak memasuki gerbang hingga ke kelas, Awan sudah melepas alat bantu pendengarannya.

"Jika mereka membicarakanmu lagi, katakan saja akan aku sentil ginjal mereka dengan sharingan" celetuk Arka sambil memeragakan gerakan menyerang seseorang.

Awan pun terkekeh melihatnya, ia merasa bersyukur memiliki sahabat sekaligus sepupu yang cukup mengerti dirinya.

"Tidak usah khawatir, aku bisa menjaga diri sendiri" Awan tidak ingin merepotkan orang lain. Bahkan ia tidak pernah membicarakan ini kepada sang kakak, biarlah kakaknya tidak mengetahuinya.

Namun, tanpa Awan ketahui sang kakak sudah lebih dulu mengetahui apa yang adiknya alami. Dan sering kali Gema meminta Juna maupun Arka untuk menjaga Awan di saat Awan tidak terjangkau dari pandangannya. Bukankah Gema begitu manis, walau tidak terlihat?

▪️▪️▪️

"Liburanku sudah selesai, dan besok sudah mulai untuk bekerja, tapi bagaimana dengan anak-anak jika Mas Abi juga harus dinas luar?" Suara merdu menyiratkan kekhawatiran terdengar di telinga Abi dari istrinya.

Jika berpikir Bila adalah seorang ibu rumah tangga, jawabannya adalah salah. Karena pada nyatanya Bila adalah seorang pramugari dari sebuah maskapai penerbangan. Selama dua minggu ini ia libur untuk mengambil jatah cutinya yang sudah tidak terpakai beberapa waktu, dan itu ia manfaatkan untuk menemani suami dan kedua putranya di rumah setelah sekitar satu bulan ia terbang ke berbagai negara.

Sedangkan Abi adalah seorang dokter dari sebuah rumah sakit yang cukup ternama. Dan saat ini Abi beserta rekan dokter yang lain akan menjadi dokter relawan yang akan pergi di suatu daerah cukup terpencil yang baru saja terkena musibah bencana alam.

Dan sudah pasti mereka harus meninggalkan kedua putra mereka di rumah. Meninggalkan tikus dan kucing hanya berdua saja bukankah sebuah masalah besar? Itulah yang menjadi beban pikiran mereka sedari kemarin. Karena ini pertama kalinya kegiatan mereka bersamaan seperti ini. Sebelumnya jika Bila bekerja, maka Abi berusaha tidak mengambil pekerjaan yang mengharuskan ia meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama, ataupun sebaliknya.

"Sayang, mereka sudah besar sepertinya tidak masalah jika meninggalkan mereka berdua di rumah selama kurang lebih satu bulan penuh" ujar Abi berusaha menenangkan sang istri.

"Tapi Mas Abi tahu sendiri bagaimana pola mereka berdua, kan? Aku tidak tenang jika membiarkan mereka berdua saja"

"Ya sudah ya sudah, nanti aku akan bicarakan dengan yang lain untuk tidak ikut kegiatan relawan kali ini"

"Mas.." Bila juga tidak rela jika suaminya tidak ikut kegiatan ini, karena ia tahu sang suami sangat dibutuhkan dalam kegiatan relawan ini.

"Ayah, Ibu.." panggil Gema yang sekarang sedang berdiri di belakang orang tuanya berdampingan dengan sang adik.

"Hei, anak-anak Ayah" sapa sang ayah sambil menepuk tempat duduk kosong di sampingnya.

Keduanya pun langsung menghampiri kedua orang tua mereka, Gema duduk di sebelah sang ibu dan Awan duduk di sebelah ayahnya.

"Maaf, kita tadi mendengar pembicaraan Ayah dan Ibu" ucap Awan memulai pembicaraan.

"Ayah dan Ibu tidak usah khawatir, kita bisa menjaga diri kita sendiri kok, lagipula terkadang nenek kan datang berkunjung" sahut Gema yang tidak ingin ayah dan ibunya melepaskan kegiatan mereka berdua. Dan nenek yang dimaksud adalah nenek dari jalur ayah, karena orang tua dari jalur ibu sudah meninggal keduanya.

"Ibu kalian berat meninggalkan kalian berdua karena kalian sering bertengkar, bagaimana jika sewaktu kami pergi kalian bertengkar hebat, hm?" Jawab Abi sambil mengusap kepala belakang Awan.

"Jika Awan tidak memancing, Abang tidak akan jahil juga" jawab Gema melirik ke arah sang adik.

"Memangnya aku memancing apa, aku tidak pernah memancing kok" sanggah Awan yang tidak terima akan ucapan Gema.

"Nah kan, baru saja ayah jelaskan tadi" celetuk Bila sambil menghela nafas lelah.

"Hihi tidak kok Ibu, Awan janji tidak akan membuat si galak itu marah jika dia tidak memulai pertengkaran"

"Padahal Adik yang sering memancing emosi Abang, Bu" adu Gema sambil memeluk sang ibu dari samping.

"Ish .. jika bersama ibu saja mau memeluk, bersama Ayah tidak mau" ujar Abi saat melihat sulungnya tanpa segan bermanja kepada Bila.

"Kan ada Awan yang memeluk Ayah" sahut Awan yang merasa lucu melihat ayahnya cemburu karena tingkah sang kakak.

"Iya, hanya Adik yang sayang Ayah" balas Abi sambil memeluk si bungsu.

"Adik juga begitu, inginnya bersama ayah saja, tidak ingin bersama Ibu" kali ini Bila yang bersuara.

"Sudah-sudah mengapa saling cemburu begini, kan tadi kita sedang membicarakan tentang Ayah dan Ibu yang akan pergi" lerai Gema yang merasa tidak enak dengan ucapan sang ayah dan ibu walau ia tahu keduanya hanya bercanda.

"Iya, Ayah dan Ibu tidak usah khawatir, kita akan saling menjaga jika Ayah dan Ibu pergi" ucap Awan walau ia tidak yakin akan ucapannya sendiri.

Abi dan Bila saling melirik, terbesit keraguan dalam hati keduanya. Namun, apa salahnya untuk mempercayai putra-putranya saat ini?

"Baiklah, Ayah dan Ibu mempercayai kalian berdua saat ini. Jangan bertengkar selama kami pergi dan jangan membuat Ibu khawatir, oke anak-anak baik Ayah" tegas sang ayah kepada kedua putranya.

"Siap..!!"

Abi dan Bila tersenyum tipis melihat keduanya yang cukup akur saat ini.

"Semoga memang benar tidak akan terjadi apapun"

▪️▪️▪️

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak mantemanku tercintaa 😊

Makasih yang udah vote, komen, dan follow mantemanku muah 😘

Maapkeun kalo typo beterbangan 😬

Sampai ketemu di chpt selanjutnya, pay pay 😉

Haikkyuuuu
04.02.2024

Continue Reading

You'll Also Like

151K 10K 14
katanya musuh tapi kok posesif? -- ya, ini yang sedang dialami oleh 𝗥𝗶𝗰𝗸𝘆 𝗱𝗶𝗽𝘁𝗮 𝗮𝗱𝗵𝗶𝘁𝗮𝗺𝗮 yang harus berurusan dengan musuh sejatin...
17K 1.8K 28
Shaka shankara anak laki-laki yang mengidap penyakit autis sejak kecil dan ia selalu berusaha untuk membuktikan kepada semua orang bahwa dia normal d...
3.1M 50.1K 35
⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah i...
347K 1.2K 16
story about pregnancy and birth