Can You Love Me? (Slow Up)

Autorstwa giyuri_jeon

226K 17.2K 1.6K

Ucapannya sungguh menghancurkan hati Naruto. kebencian yang Sasuke tunjukan membuat hatinya bertambah sakit... Więcej

Prolog Can You Love Me?
Can You Love Me, Sasuke? 1
Can You Love Me, Sasuke? 2
Can You Love Me, Sasuke? 3
Can You Love Me, Sasuke? 4
INFO
Can You Love Me, Sasuke? 5
Can You Love Me, Sasuke? 6
Can You Love Me, Sasuke? 7
Can You Love Me, Sasuke? 8
MAAF
Can You Love me, Sasuke? 9
Can You Love Me, Sasuke? 10
Can You Love Me, Sasuke? 11
Can You Love Me, Sasuke? 12
~I'M BACK~
Can You Love Me, Sasuke? 13
Can You Love Me, Sasuke? 14
Can You Love Me? Sasuke? 15
Can You Love Me, Sasuke? 16
Can You Love Me, Sasuke? 18
Can You Love Me, Sasuke? 19

Can You Love Me, Sasuke? 17

1.1K 109 22
Autorstwa giyuri_jeon

Part 17

Sasuke berlari dengan cepat menyelusuri setiap lorong rumah sakit, menulikan pendengarannya saat beberapa petugas menegurnya untuk tidak berlari di area rumah sakit. Pikirannya saat ini hanyalah keadaan si pirang. Hati dan pikirannya tidak berhenti merapalkan doa agar Naruto baik-baik saja.

"Kaa-san.." Panggil Sasuke saat mendapati Kushina yang tengah duduk sambil menunduk. Sasuke berlutut mensejajarkan posisinya sambil menyentuh bahu Kushina.

"Sasuke-kun, Naruto."

"Ada apa dengan Naruto Kaa-san?" Paniknya mencoba untuk menetralkan deru nafasnya akibat berlari.

Cklek...

Sasuke mengalihkan padangannya saat Fugaku keluar dari ruangan Naruto. Tanpa pikir panjang dirinya langsung berdiri dan menghampiri ayahnya.

"Dad, bagaimana keadaan Naruto?" Tanya Sasuke dan dibalas dengan helaan nafas ayahnya.

"Naruto baru saja sadar namun kondisinya belum stabil jadi biarkan dia membiasakan diri dulu." Ucap Fugaku sambil menepuk bahu Sasuke dan berjalan kearah Kushina.

"Kushina, ikut aku keruanganku." Ucap Fugaku yang dibalas anggukan lemah Kushina. "dan kau Sasuke. Kau boleh masuk ke dalam tapi jangan menekannya. Biarkan dia beristirahat." Tambahnya dan langsung pergi ke ruangannya. Diikuti oleh Kushina.

Sekarang tinggalah Sasuke didepan pintu ruangan Naruto. Ia ragu untuk masuk kedalam. Namun perasaannya bercampur aduk saat ini membuatnya memberanikan diri untuk membuka pintu itu secara perlahan. Pemandangan yang ia dapati sekarang adalah Naruto yang berbaring sambil menatap langit-langit dengan pandangan kosong ditemani dengan suara alat monitor yang berbunyi seakan-akan itu penanda kehidupannya. Sasuke melangkah mendekati tempat tidur Naruto.

"Ss-"

"Diamlah!" Potong Sasuke dengan nada datarnya saat berdiri tepat disamping Naruto. Sasuke memandang kearah Naruto dalam diam. Ia benar benar tidak biasa melihat keadaan lelaki pirang itu sekarang. Naruto nampak pucat lemas dan tanpa kehidupan, itulah yang tergambar saat ini dalam benaknya dan entahlah rasa sakit tiba-tiba menjalar di hatinya. Terlihat Naruto yang melirik kearahnya dan kembali menatap langit-langit.

"M-maaf"

Seketika suasanya menjadi hening, hanya suara monitor yang memenuhi ruangan. Ada rasa bersalah dalam diri Sasuke karena percayalah setiap kata yang keluar dari mulut lelaki pirang itu hanya menambah rasa bersalah didalam hatinya. Ia pun tidak tau kenapa mulutnya sangat tidak bisa dikondisikan. Ia merasa sakit, takut, kecewa, marah, dan berbagai perasaan tidak mengenakan lainnya. Jika ditanya ia pun bingung kenapa. Yang ia tau hanya ia tidak suka melihat kondisi lelaki pirang itu saat ini. Ia lebih suka lelaki itu yang bersikap riang tanpa beban. Hanya itu.

"Maafkan aku."

Naruto terdiam kaget saat setelah beberapa menit kesunyian terjadi, lelaki raven disebelahnya tiba-tiba berucap kalimat yang tidak pernah ia percaya akan diucapkan lelaki itu.

"Sasuke apakah aku akan pergi sekarang?" Ucap Naruto yang nampak memandang kearah langit. "Apa maksud ucapanmu Dobe!" Bentak Sasuke yang kaget mendengar penuturan lelaki pirang itu. "Karena Sasuke mengucapkan kalimat yang bukan Sasuke sekali" Ujar Naruto sedikit terkekeh.

"Kau pasti sudah tau kan tentang penyakit ku?" Yang dibalas anggukan oleh Sasuke walau ia tau pemuda pirang itu tidak melihatnya.

"Ne Sasuke, apa kau ingat hari pertama kita bertemu?" Lirih Naruto sambil melirik sedikit kearah Sasuke. Lelaki itu nampak diam tak bergeming. "Saat itu kau adalah teman pertamaku. Aku pikir aku tidak akan memiliki teman mengingat kondisiku yang lemah. Makanya aku sangat senang saat itu. Tapi rasa senang itu menghilang saat kau menjauhiku secara tiba-tiba. Kau pasti sangat jijik yah padaku saat itu." Lanjut Naruto yang dibalas helaan nafas oleh Sasuke. Entahlah ia bingung harus merespon apa , rasanya sulit sekali untuk menjelaskan apa yang ada dipikirannya saat ini, karena seketika bayangan tingkahnya pada lelaki pirang itu membuatnya menciut seketika. Ia memang patut dijuluki brengsek.

"Aku merasa ini seperti mimpi. Aku selalu berharap bisa berbicara denganmu namun setelah kejadian waktu itu aku merasa bahwa sepertinya sampai mati pun aku tidak akan diberi kesempatan untuk berbicara denganmu". Mendengar itu Sasuke berdecak tidak suka.

"Bisakah kau berhenti mengucapkan kalimat mati? Apa ini caramu membalasku? Dengan pergi tanpa memberitahukan kebenaran? Apa menurutmu seperti itu akan terdengar keren?" Bentak Sasuke yang entahlah ia merasa campur aduk saat ini. ia merutuki mulut sialannya yang tidak bisa dikontrol ini.

"Maaf maksudku, kau tidak akan mati Naruto! Kau harus hidup! Bukan kah kau ingin hidup bersamaku? Apa sekarang kau balas dendam dengan akan pergi meninggalkan ribuan penyesalan padaku?".

"Bukan-" " Maka hiduplah beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Tidak saat kau dalam keadaan begini." Lirih Sasuke sambil menggenggam jemari Naruto. Bisa ia lihat wajah yang biasanya menatapnya penuh benci saat ini menatap penuh rasa sakit. Entahlah hati Naruto terasa sakit saat ini bukan karena penyakitnya tapi karena ucapan lelaki didepannya ini. Apa ia masih punya harapan? Pikirnya yang seketika air mata jatuh membasahi wajahnya. Ia tak kuasa menatap wajah itu.

Cklek..

Suara pintu terbuka menampilkan Fugaku dan Kushina yang berjalan kearah Naruto. Fugaku mengusap surai pirang itu lembut.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Fugaku. Naruto tersenyum lemah "Baik.."

"Kita menemukan pendonor itu Naru. Kemungkinan kita akan melakukan operasinya secepat mungkin. Kau bersedia kan?" Lanjut Fugaku yang mendapatkan tatapan tidak percaya oleh Naruto. Air mata kembali mengalir perlahan dari matanya. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"B-bbenarkah?T-tapi" Fugaku tersenyum sambil mengelus surai pirang Naruto dengan lembut. "Siapa?" lanjut Naruto.

"Maaf aku tidak bisa memberitahumu, yang pasti ia adalah orang yang baik." Ucap Fugaku.

"Tapi bukankah itu artinya.."

"Kau tidak perlu khawatir, saat ini pikirkan lah kesembuhanmu. Karena orang itu mengajukan sendiri akan keputusannya untuk memberikannya padamu tanpa paksaan." Ujar Fugaku mencoba menjelaskan. Karena ia tau Naruto pasti akan menolak jika tau kebenerannya sama seperti yang dilakukan Minato dulu.

"Sekarang kau harus istirahat. Karena besok kau akan dilakukan pengecekan sebelum dilakukan operasi." Lanjut Fugaku lagi sambil berpamitan untuk kembali keruangannya meninggalkan ruangan milik Naruto.

"Dad tunggu!" Panggil Sasuke yang ternyata mengikuti Fugaku keluar. Fugaku menantap anaknya dengan pandangan bertanya.

"Apa operasinya akan berhasil?" Tanya Sasuke dengan suara yang pelan. Mendengar itu Fugaku tersenyum mendapati anak keras kepalanya yang nampak lebih frustasi?

"Kenapa kau bertanya? Bukankah kau tidak peduli?" Ucap Fugaku yang entah mengapa merasa senang melihat wajah frustasi anaknya itu. "Dad! Bisakah kita serius?" Bentak Sasuke yang kesal dengan tingkah ayahnya ya walau ia tidak menyalahkan ucapan ayahnya. Fugaku menghela nafasnya.

"Ikut keruangan daddy" Ucapnya sambil melangkah kembali keruangannya.

Sesampainya diruangan Fugaku. Sasuke mendudukan dirinya dikursi yang berhadapan dengan kursi dan meja Fugaku. Lelaki paruh baya itu nampak mengambil beberapa berkas di lemarinya dan menyimpannya di meja depan Sasuke.

"Bacalah , aku yakin anakku tidak bodoh dan bisa menarik kesimpulan sendiri." Ucap Fugaku sambil mendudukan dirinya di kursi. Mendengar penuturan ayahnya tanpa pikir panjang Sasuke membaca berkas yang ternyata milik Naruto. Sasuke membacanya dengan seksama tanpa disadari peluh mulai bercucuran didahinya. Ia membaca setiap bait tulisan disana dan beberapa berkas yang lainnya.

"A-apa separah itu? Lalu jika tidak cocok.." Sasuke menghentikan ucapannya dan menatap kearah ayahnya.

"Ya, sebenarnya ini adalah kerugiannya, aku tidak tau kau sudah mendengar cerita ini dari Kushina maupun Naruto atau belum. Sebenarnya inilah salah satu alasan ayah Naruto yaitu Minato menolak transplatasi jantung ini karena memang resikonya cukup tinggi. Selain sulit mencari orang yang sukarelawan memberikan jantungnya hal ini juga bisa berdampak buruk jika sampai operasi gagal atau tubuh penerima tidak mau menerima organ milik orang lain, bisa dibilang semacam sia-sia mungkin. karena dari semua pilihannya tetap akan berunjuk ke kematian dan hanya sekian persen kemungkinan semuanya berhasil dan tubuh menerima, disitulah yang sedang kita pertaruhkan saat ini Sasuke." Jelas Fugaku yang membuat Sasuke semakin menatap tidak percaya kearah ayahnya. Ia benar-benar tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"Lalu, siapa pendonor itu? Apakah sudah dipastikan cocok?"

"Entahlah. Besok kita akan melakukan pengecekannya, dan semoga saja cocok dan tubuh Naruto mau menerimanya. kita hanya bisa berdoa yang terbaik."

"Dad, tidak bisakah kau mengecek milikku juga? "

"Uchiha Sasuke! Kau jangan seenaknya bicara! Kalaupun itu cocok aku sebagai ayahmu tidak akan mungkin menyetujuinya!" Bentak Fugaku yang tidak habis pikir dengan anaknya ini.

"Dad! Tapi ini semua salahku Dad. Jika saja aku-"

"Sasuke, apa kau pikir dengan kau melakukan ini Naruto akan senang? Tidak. Kau tau Naruto seperti apa. Jika pun kau mendonorkannya itu hanya akan membuat Naruto semakin bersalah dan membenci dirinya sendiri. KAu pikir bagaimana ia akan menjalani kehidupannya dengan jantung milikmu itu hah?! Kau harusnya tau seberapa sayangnya bocah itu kepadamu! Jangan gegabah Sasuke!" Bentak Fugaku panjang lebar.

Fugaku menghela nafas panjang sambil memijat pelipisnya mencoba menenangkan dirinya. "Dengar ini Sasuke, Kau hanya menyianyiakan hidupmu. Lebih baik kau pikirkan bagaimana caranya mengembalikan semangat dan senyumnya." Jelas Fugaku dengan suara yang lebih tenang. Ia menepuk pundak anaknya itu. Sasuke menundukkan kepalanya tanpa ia sadari air mata mengalir membasahi pipinya. Berbagai pikiran berkecamuk dikepalanya, perasaannya sudah tidak karuan saat ini. Ia hanya bisa berharap semuanya bisa berjalan dengan baik.

'Kumohon Tuhan berikan aku kesempatan.' Rapalnya dalam hati.

TBC

HALLOOOOO MINNAAAAAA~ MAAF KARENA BARU MUNCUL >< MAAF SELALU PHP TAPI SEPERTI YANG AKU JELASKAN MENGENAI KEADAAN YANG MEMBUAT AKU MULAI HILANG FEEL :( TAPI DISISI LAIN AKU TERHARU MASIH BANYAK YANG MENUNGGU KELANJUTANNYA. BAHKAN AKU GASADAR UDAH BERTAHUN-TAHUN DAN CERITA INI BELUM TAMAT TAMAT . SEKALI LAGI MAAF SEMUANYA. AKU BAKAL BERUSAHA SEBISAKU BUAT NAMATIN CERITANYA. JADI MOHON TETAP MENDUKUNG KARYAKU INI YAAAAA

JANGAN SUNGKAN UNTUK SPAM DM DAN PESAN KU KALAU SAMPAI AKU HILANG TANGGUNG JAWAB LAGI. ATAU KALAU KALIAN ADA SARAN FEEL FREE BUAT TEXT AKU YAHH <3 LOVE YOUUUUUUUUU GUYS POKOKNYA ^^

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

282K 11.6K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
413K 45.4K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
1.1M 107K 57
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
398K 40.8K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...