CASUARINA

By Haikkyuuuu

15.8K 2.4K 792

[ON GOING] DON'T PLAGIARIZE ‼️‼️❌❌ Hanya tentang keluarga Bapak Abisatya yang cemara dan selalu dibumbui dram... More

PROLOG
01. SALING MERUSAK 🦬
03. DIAM-DIAM🦣
04. SEBUAH PERBEDAAN 🦣
05. TAKUT KEHILANGAN 🦣
06. 24/7 BERSAMA ABANG 🦣
07. SALING MELINDUNGI 🦣
08. MERASA BERSALAH 🦣
09. MENJAGA 🦣
10. INTRO SEMPURNA 🦣
11. SISI LAIN ABANG 🦣
12. ADIK 🦣
13. TAKUT DALAM KETENANGAN 🦣
14. TUMPUAN ABANG 🦣
15. ADIK AWAN DAN PELINDUGNYA 🦣
16. TAUTAN YANG TERLEPAS 🦣
17. PENAWARAN 🦣
18. RUMAH YANG SESUNGGUHNYA 🦣
19. BERJUANG LAGI 🦣
20. NAMA AWAN 🦣
21. MERELAKAN 🦣

02. CARA MEMINTA MAAF 🦣

937 145 32
By Haikkyuuuu

[CARA MEMINTA MAAF]

▪️▪️▪️

Mata sayu dan belum terbuka sempurna tidak menghalangi Gema untuk berbangun pagi ini. Setelah merasa tidak ada ayah atau ibunya di sisinya, ia langsung bangun dan keluar dari kamarnya.

"Yahh.." panggil Gema dengan suara kecilnya saat melihat sang ayah sedang duduk di meja makan sambil menemani sang ibu memasak.

"Wahh jagoan ayah pintar sekali bisa bangun sendiri, sini Sayang" Abi merentangkan tangannya agar sang putra masuk ke dalam pelukannya.

Ibu yang sedang memasak pun tersenyum melihat pemandangan manis antara ayah dan anak ini.

"Dik ayi na?" -Adik bayi mana?- tanya Gema saat menyadari tidak ada adiknya di sekitar ayah mau pun ibunya.

Ayah dan ibu tidak heran lagi, karena memang sedari Gema membuka mata pastilah sang adik yang akan ditanyakan lebih dulu, definisi kakak yang membucin adik.

"Adik bayi masih tidur, Gema di sini saja bersama ayah" jawab Abi yang terus saja menciumi pipi gempal sang putra.

"Was Yah, ma mu dik ayi" -Awas Ayah, Gema mau adik bayi-

Dengan sekuat tenaga Gema berusaha melepaskan diri dari kungkuhan ayahnya.

"Was Yaahhh" sepertinya Gema memang sudah sangat merindukan adiknya hingga membuatnya ingin menangis saat sang ayah tidak juga ingin melepaskan dirinya.

"Mas, masih pagi.." mendengar suara lembut mengalun dari sang istri, membuat Abi menghentikan aksinya. Ia pun perlahan menurunkan Gema dari pangkuannya.

Merasa memiliki kesempatan, Gema langsung berlari cepat dengan kaki-kaki kecilnya untuk menghampiri sang adik tersayangnya.

Abi hanya tersenyum melihat anaknya berlari, baginya lucu sekali melihatnya, tubuhnya ikut tersentak-sentak saat Gema berusaha mengayunkan kaki kecilnya dengan cepat.

Saat sudah berada di depan kamar sang adik, Gema dengan sangat pelan membuka pintunya karena takut membangunkan adiknya yang kata ayahnya masih tertidur.

"Dik ayi.." gumam Gema saat melihat adiknya masih terlelap di box bayinya.

Gema langsung tersenyum saat melihat pipi adiknya yang begitu berisi, semakin gemas saat melihat kedua pipi itu berwarna semu merah. Rasanya ingin sekali ia memakannya, namun ia masih mengingat adiknya pernah menangis keras saat ia menggigit pipinya, sejak itu tidak pernah lagi Gema mengigit sang adik.

Gema cemberut karena mulai bosan, adiknya belum juga ada tanda-tanda ingin bangun, padahal ia sudah tidak sabar untuk bermain bersama. Namun ia juga tidak bisa membangunkannya, ia sangat paham jika adiknya pasti akan menangis keras jika ia bangunkan. Alhasil, ia hanya memperhatikan adik mungilnya ini, setidaknya itu sudah menjadi hiburan untuknya.

Saat sedang asyik menatap sang adik, tiba-tiba Gema melihat jika tangan adiknya terdapat bintik kemerahan, tak lama terlihat jika ada nyamuk yang menggigit sang adik.

"Ish .. nda oleh muk, ngan didit-didit dik ayi" -Ish .. tidak boleh nyamuk, jangan gigit-gigit adik bayi-

Tangan Awan yang terbungkus sarung tangan pun mulai bergerak gelisah karena merasa gatal di beberapa bagian tubuhnya.

Bibir Gema mulai melengkung ke bawah saat melihat adiknya bergerak gelisah, ia berpikir jika adiknya kesakitan karena digigit nyamuk tadi. Beberapa detik kemudian terdengarnya suara tangisan yang berada dari kamar adik bayi.

Ayah dan ibu yang sedang bercanda pun sontak panik dan langsung berlari untuk menghampiri kedua putranya.

Sang ibu menggendong bayi Awan yang tampak terkejut mendengar tangisan dari sang kakak. Sedangkan sang ayah menggendong tubuh bulat Gema yang masih menangis sesenggukan.

"Ssttt .. Sayang, kenapa hm?" Tanya ayahnya pelan sambil mengusap pelan punggung putranya.

Bayi Awan yang berada di dalam gendongan sang ibu hanya menatap polos ke arah ayah dan kakaknya, ia tidak mengerti apapun. Untung saja ia tidak menangis karena dibangunkan oleh suara yang keras.

Gema menunjuk adiknya, ia masih belum bisa berbicara karena terus saja menangis.

"Adik bayi? Memangnya adik bayinya kenapa?" Tanya ibu lagi sambil memperhatikan sang putra bungsu yang masih dalam gendongannya.

"Muk .. didit dik ayi" -Nyamuk .. gigit adik bayi- ucap Gema dengan terbata dan susah payah.

Mendengar itu, sang ibu langsung memeriksakan seluruh tubuh putranya, dan benar saja terdapat bentol-bentol kecil berwarna merah. Matanya langsung melihat pengusir nyamuk elektrik yang selalu terpasang di kamar ini, ibu menghela nafas pelan saat melihat isinya sepertinya sudah habis.

"Sudah tak apa kok, Nak. Adik bayi tidak kenapa-kenapa hanya digigit nyamuk" ucap sang ibu berusaha menenangkan sang putra, walau ia juga dilanda cemas karena nyamuk yang mengigit putranya tentu tidak bisa dianggap remeh, terlebih sang putra masih bayi.

Merasa Awan yang sudah kembali tertidur, Bila pun mulai memasang kembali pengusir nyamuk elektriknya agar tidak ada nyamuk di dalam kamar ini.

"Sudah ya, adik bayi tidur lagi tuh" sang ayah pun ikut menenangkan karena putra kecilnya ini masih tersedu.

"Mu dik ayi" -mau adik bayi-

Abi pun menurunkan sang putra di dekat box putra bungsunya. Abi terkekeh geli melihatnya, hanya karena melihat adiknya digigit nyamuk bisa membuat putra sulungnya menangis keras. Membuatnya yakin jika sang putra nantinya dapat menjaga adiknya kelak, ia juga yakin putra sulungnya ini dapat melindungi dan tidak akan menyakiti putra bungsunya.

▪️▪️▪️

"Aww .. kenapa lenganku dicubit..??!!" Pekik Awan saat sang kakak mencubit lengannya dengan keras hingga meninggalkan bekas merah di sana.

"Siapa suruh merusak bolaku, siapa suruh sedari tadi mengganggu dan memberantakkan kamarku..!!" Balas Gema dengan sentakan, namun bukan Awan yang bisa takut hanya dengan mendengar sentakan dari Gema.

"Aku..!! Aku sendiri yang menyuruh diriku sendiri untuk melakukan itu, kenapa, ha?" Awan dengan percaya dirinya menantangi sang kakak.

"Dasar bodoh, aku tidak percaya mempunyai adik sebodoh dirimu"

"Aku juga tidak percaya mempunyai kakak sejelek dirimu, bahkan monyet di taman binatang lebih tampan dibanding dirimu..!!" Setelah mengucapkan itu Awan langsung keluar dari kamar sang kakak setelah sebelumnya melempar beberapa buku yang berada di meja belajar Gema.

"Dasar gumpalan awan mendung..!!" Rasanya kesal sekali menjadi Gema.

▪️▪️▪️

Dengan mengendap-ngendap, Gema memasuki kamar Awan. Ia sangat mengetahui jadwal sang adik saat ini sedang tidur siang, dan inilah saatnya untuk ia melancarkan aksi balas dendamnya.

"Dih, setelah merusak bola dan kamarku, akan lebih adil jika beberapa bentukan jelek ini juga ikut rusak" dengan lihai tangan Gema melepaskan balok-balok lego yang sudah tersusun rapi berbentuk.

Menyusun lego memang tidak sulit, terutama Awan yang sudah lihai dan terbiasa akan itu. Namun, tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran untuk menyusunnya kembali. Dan Gema sangat suka jika melihat adiknya kesal apalagi sambil mendumel saat kembali menyusun lego yang sudah ia hancurkan ini.

Gema tidak khawatir adiknya terbangun, karena jika sudah tertidur adiknya itu selayaknya orang mati yang tidak akan terbangun walau terjadi badai sekalipun.

"Adikku, selamat menikmati sore indahmu setelah bangun dari tidurmu nanti" bisik Gema setelah puas menghancurkan beberapa lego milik sang adik.

Dengan senyum kemenangan, Gema pun keluar dari kamar Awan tanpa menyadari jika ia sudah merusak satu lego yang sangat berarti untuk adiknya.

▪️▪️▪️

"Aku pergi dulu, jaga rumah dan anak-anak gorila itu dengan baik"

"Anak gorila itu juga anak kita, berarti kita orang tua gorila" jawab Abi merengut saat mendengar ucapan sang istri.

Walau terkenal lembut dan penyabar, tapi terkadang jika sudah bercanda istrinya itu bisa cukup berlebihan.

"Bercanda, Mas Abi. Anak-anak kita adalah anak yang manis dan sangat tampan mirip sekali dengan ayahnya" sedikit merasa bersalah juga Bila setelah mengatakan anaknya adalah anak gorila. Karena memang baginya anak-anaknya cukup menyeramkan saat bertengkar.

"Dan manisnya sangat mirip dengan ibunya" balas Abi sambil mencium kening sang istri.

"Sudahlah, aku pergi dulu, nanti jika ada yang ingin dititip telfon saja" ujar Bila lagi yang sudah bersiap untuk berbelanja bulanan.

"Heum .. jangan lama-lama, nanti suamimu rindu, tidak ada obat rindu yang paling ampuh selain bertemu"

"Jangan kebanyakan gombal, Mas. Nanti syarafnya kejepit" balas Bila dan langsung mencium punggung tangan suaminya.

"Dih, tidak sadar diri, dulu yang lebih dulu mengejar diriku juga kamu" Abi menarik tangan Bila dan memasukkannya ke dalam pelukannya.

"Karena Mas Abi tampan" jawab Bila dan langsung pamit pergi, karena jika tidak begitu dirinya tidak akan bisa pergi sedari tadi.

Abi pun langsung kembali masuk ke rumah setelah istrinya pergi. Ia ingin mengistirahatkan dirinya barang sebentar setelah kemarin lembur di rumah sakit.

▪️▪️▪️

"GEMA JELEK..!!" Sepertinya keinginan Abi harus tertunda sejenak setelah mendengar teriakan dari putra bungsunya. Namun, ia tidak ingin langsung beranjak, biarkan saja keduanya bertengkar sejenak.

Lain halnya Abi yang tampak lelah, Gema langsung tersenyum cerah saat mendengar teriakan sang adik. Ia pun mulai menghitung sembari menunggu pintu kamarnya terbuka oleh sang adik.

"Satu .. dua .. ti-"

Brak..!!

"..ga" bahkan belum selesai Gema berhitung, pintu kamarnya sudah terbuka keras, dan tentu pelakunya adalah sang adik tersayangnya.

"Kau kan yang merusak legoku..??!!" Pekik Awan di hadapan Gema dengan nafas yang naik turun menahan emosi yang hampir meluap-luap.

Gema memandang remeh sang adik, lalu ia mengangkat kedua tangannya.

"Tanganku sedang ingin bermain" jawab Gema tanpa peduli jika adiknya sudah ingin menangis meratapi lego sudah tidak berbentuk lagi.

"Tapi kenapa lego bolanya yang dirusak..??!!"

"Memangnya aku peduli, kau juga, kenapa harus bolaku yang kau rusak?"

"Dasar Gema goa air..!!" Pekik Awan lalu menggigit tangan Gema dengan kuat.

"Yakk .. sakit bodoh..!!" Sentak Gema sambil mendorong adiknya dengan keras hingga membuat Awan hampir terjungkal jika tidak ada sang ayah yang menahannya.

"Hei-hei, kenapa ini?" Tanya Abi basa basi walau ia sudah tahu jika kedua putranya sedang bertengkar.

Awan yang menyadari ada sang ayah di sisinya pun langsung memeluk tubuh tegap ayahnya. Ia terisak pelan, dan air matanya langsung mengalir begitu saja.

"Sstt .. Awan kenapa menangis, hm?" Abi langsung membalas pelukan sang putra saat merasa anaknya mulai terisak.

"Cihh .. dasar cengeng" gumam Gema dengan nada tidak sukanya sambil mengusap tangannya yang tadi digigit oleh Awan, cukup perih bahkan terdapat bercak darah di bekas gigitannya.

"Sebenarnya ini ada apa, Abang?" Tanya pelan Abi tanpa ingin emosi.

"Tanyakan saja pada anak cengeng kesayangan ayah itu, apa yang sudah dia lakukan"

"A-abang duluan, Ayah.." bisik Awan dengan suara paraunya yang terbata-bata.

"Yak .. kau yang lebih dulu merusak bolaku dan menghancurkan kamarku..!!" Pekik Gema yang tidak terima atas tuduhan sang adik.

Abi masih ingat insiden kemarin, dan ia juga melihat kamar putra sulungnya memang sedikit berantakan. Sudah tidak heran lagi ia, sangat paham jika ini ulah putranya.

"Lalu apa yang Abang lakukan hingga adik menangis?" Tanya Abi lagi sambil memberi kode agar putra sulungnya lebih tenang.

"Hanya bermain dengan lego miliknya" jawab Gema dengan santainya tanpa rasa bersalah.

Abi mengerutkan keningnya, bukankah sudah biasa Gema merusak lego milik Awan, lalu kenapa bungsunya ini sampai menangis menyedihkan seperti itu?

"Heung..!!" Awan semakin mengeratkan pelukannya karena tidak suka jawaban sang kakak, seakan meremehkan lego yang baru saja dirusaknya.

"Sstt .. sudah-sudah, Awan jangan menangis terus, Nak. Nanti nafasnya sesak, kita kembali ke kamar ya, Sayang" sepertinya Abi harus memisahkan keduanya lebih dulu sebelum terjadi pertumpahan darah.

"Abang, Ayah ke adik dulu ya, nanti Ayah kembali lagi ke sini" ujar Abi sambil mengusap pelan kepala putra sulungnya.

"Heum .." gumam Gema untuk menjawab ucapan ayahnya, sebenarnya ia juga sedikit merasa heran, biasanya ia juga merusak lego milik Awan tapi adiknya itu tidak sampai menangis. Namun, tentu saja perasaan itu langsung ia tepis, mungkin adiknya sedang ingin menangis.

▪️▪️▪️

"Sstt .. sudah Sayang, jangan menangis lagi ya, nanti nafasnya sesak. Ayah sedih kalo bungsu Ayah ini sakit" kepala Awan mendongak setelah mendengar suara sendu sang ayah.

Kepalanya langsung menggeleng pelan, ia tidak ingin ayahnya sedih. Tangisannya langsung berhenti seketika. Ternyata ancaman itu masih berlaku.

"Sudah tenang?" Tanya Abi lagi sambil menatap wajah sendu anaknya yang masih sembab.

"Heum" Awan mengangguk pelan.

"Kalo begitu, ayah sudah boleh bertanya, kenapa Awan sampai menangis seperti ini? Padahal abang sering merusak lego milik Awan, tapi Awan tidak menangis?" Tanya Abi dengan sangat lembut agar putranya tidak merasa tersudutkan.

"Itu lego dari abang, abang yang susun" cicit Awan sambil menunjuk Lego bola yang sudah berantakan, ia pun sudah akan menangis kembali.

Abi pun sadar akan bentuk Lego tersebut karena itu adalah kesayangan sang putra.

Hanya kalimat itu, namun Abi sudah sangat mengerti mengapa bungsunya ini menangis. Awan adalah tipekal anak yang sangat menghargai pemberian dari orang lain, sekecil maupun seremeh apapun, terutama jika itu dari anggota keluarganya. Dan yang pasti membuatnya lebih sedih lagi, karena Gema memang paling tidak suka menyusun lego bahkan saat Awan saat kecil menyusun lego, Gema hanya melihatnya saja tanpa berniat membantu.

Dan masih diingat oleh Awan, kakaknya dengan susah payah menyusun lego itu saat dirinya meraih peringkat pertama sewaktu dirinya kelas 6 SD. Ia sangat menjaga lego itu dengan sangat baik, tak diperbolehkan siapapun menyentuh lego kesayangannya. Jadi, saat kakaknya ternyata melupakan hal itu dan merusak lego tersebut membuat hatinya begitu sakit.

"Sstt .. ya sudah, nanti kita susun bersama, ya" bujuk Abi berusaha menenangkan hati putranya.

"Beda rasanya.." lirih Awan menatap sendu sang ayah, entah kenapa sakit sekali hatinya.

Abi hanya bisa menghela nafas pelan, ia sudah sangat mengerti perangai putranya. Putranya tidak akan tenang, jika bukan bersangkutan yang menenangkannya.

▪️▪️▪️

"Abang.." panggil pelan dari Abi sambil memasuki kamar putra sulungnya yang sedang bermain ponsel.

"Iya, Ayah?" Sahut Gema dan langsung meletakkan ponselnya.

Senyum Abi mengembang, perlahan Abi mendekati, mengusap dan mencium puncak kepala putra sulungnya.

"Dia masih menangis?" Tanya Gema memulai pembicaraan, karena ayahnya hanya diam sambil terus mengusap kepalanya.

"Masih.." jawab Abi yang sudah tahu siapa yang ditanyakan oleh putranya.

"Biasanya Abang sering rusak lego miliknya, tapi adik tidak menangis" sedikit banyak Gema merasa bersalah karena sudah membuat adiknya menangis, padahal seringkali ia mengganggu sang adik namun adiknya tidak menangis.

Abi tersenyum karena ternyata putranya masih tidak menyadarinya.

"Coba ingat-ingat lego mana saja yang Abang rusak tadi.." balas Abi dengan lembut tidak ingin memarahi sang putra.

"Heum.." Gema bergumam sambil mengingat-ingat lego mana saja yang ia rusak.

"Lego biasa saja.." jawab Gema setelah mengingat Lego yang tadi ia rusak.

"Ingat tidak, ada lego yang Abang berikan kepada adik yang Abang susun sendiri?" Abi masih berusaha memancing ingatan sang putra.

"Lego yang Abang susun.." gumam Gema sambil terus mengingat, lalu matanya membelalak saat mengingat ada lego berbentuk bola basket berwarna oren yang ia rusak tadi.

Gema baru mengingat jika itu pemberian darinya beberapa tahun lalu yang ia susun susah payah.

"Ayah.."

"Sudah ingat?"

"Heum" Gema mengangguk pelan.

Gema juga sangat mengerti jika adiknya itu sangat menghargai pemberian dari orang lain. Dan sudah pasti adiknya sangat bersedih karena tahu dirinya merusak hadiah pemberiannya sendiri. Dia yang memberikan, ia pula yang merusak.

"Nanti minta maaf dengan adik ya"

Gema hanya diam saja, selama sering bertengkar ini tidak pernah ada kata maaf terucap. Bahkan jika lebaran saja, mereka meminta maaf dengan ogah-ogahan.

"Caranya meminta maaf bagaimana, Ayah?"

▪️▪️▪️

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak mantemanku tercintaa 😊

Makasih yang udah vote, komen, dan follow mantemanku muah 😘

Maapkeun kalo typo beterbangan 😬

Sampai ketemu di chpt selanjutnya, pay pay 😉

Haikkyuuuu
20.01.2024

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 68.6K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
53.7K 5.4K 25
Tidak ada yang lebih gila dari ini. Bagaimana bisa Leeteuk sekaligus leader Super Junior memiliki anak berusia 15 tahun. Oke itu mungkin tidak terden...
55.7K 4.8K 51
FOLLOW DULU YA SEBELUM DIBACA!
4K 670 37
Kisah yang kembali terulang dengan jalan penyelesaian yang berbeda dari sebelumnya, banyak yang berubah disini. Tidak ada beomgyu yang pemaaf seperti...