ANXI EXTENDED 2

By wins1983

14.1K 3.5K 854

Semua berubah semenjak Ilyasa wafat. Yunan jadi lebih dekat dengan Raesha, jandanya Ilyasa, sekaligus adik an... More

Here we go (again)
1 - Hati-hati
2 - Malam Mencekam
3 - Malam Mencekam
4 - Malam Mencekam
5 - Luka
6 - Tersambung
7 - Berita
8 - Ketetapan
9 - Menghindar
10 - Tempat
11 - Takut
12 - Jangan Lari
13 - Hajat
14 - Husnuzon
15 - Telepon Masuk
16 - Baik-Baik Saja
17 - Korban vs Tersangka
18 - Mulia
19 - Janggal
20 - Surat Panggilan
21 - Berkah
22 - Biarkan
23 - Pengacara
24 - Perbedaan
25 - Kepingan
26 - Kenapa
27 - Kelam
28 - Sakit
29 - Baik
30 - Perdana
31 - Perdana
32 - Perdana
33 - Perdana
34 - Perdana
35 - Sudahlah
36 - Persiapan
37 - Napak Tilas
38 - Emosi
39 - Skenario
41 - Kiriman
42 - Kiriman
43 - Gila?
44 - Gila?
45 - Gila?
46 - Sidang Tanpa Rizal
47 - Jenguk
48 - Gelap
49 - Ayat Kursi
50 - Ruqyah
51 - Kembali
52 - Sadar
53 - Gemuruh
54 - Letusan
55 - Terobos
56 - Mata-mata
57 - Tali
58 - Sidang Kasus Penyusupan
59 - Ganjil
60 - Niat
61 - Alot
62 - Bohong
63 - Tanya
64 - Tolong
65 - Simpan
66 - Tepi Sungai
67 - Siap-siap

40 - Hanif

176 48 8
By wins1983

.

.

Terkadang kita memandang seseorang itu baik perbuatannya, tapi ternyata hingga wafat tidak diberkahi iman.

Dan sebaliknya, kadang kita temukan orang yang masih fasik, tapi beriman.

Jangan bingung. Allah Maha Tahu siapa saja dari hamba-Nya yang pantas mendapat hidayah.

.

.

***

"Saudara penasehat hukum terdakwa, anda punya saksi?" tanya hakim ketua pada Theo.

"Ada, Yang Mulia," jawab Theo singkat.

Raesha menarik napas panjang dan menghelanya. Dia terlihat lebih tenang setelah beristirahat kemarin di kamar. Keluar kamar hanya saat makan bersama saja. Selebihnya, Raesha memilih main di kamar bersama duo I, mendengarkan kajian ulama secara online, dan menonton siaran ulang dakwah televisi yang semestinya diisi olehnya. Malik sekarang didampingi oleh pengganti dirinya yang bernama Amelia, biasa dipanggil Ustadzah Lia.

Berusaha untuk tidak membaca komentar netizen, tapi tentunya hal itu tak terelakkan.

Kapan Ustadzah Raesha balik lagi ke acara ini? Kangen, euy.

Ustaz Malik cocokan sama Ustadzah Raesha, deh. Kayak klop gitu.

Semoga sidang Ustadzah Raesha segera berakhir, supaya Ustadzah Raesha bisa kembali lagi ke acara ini.

Raesha menghela napas. Dia juga ingin urusan sidang ini segera berakhir. Baru beberapa kali padahal, tapi rasanya sungguh menguras perasaan.

"Saksi dipersilakan memasuki ruang sidang."

Seorang pria bertubuh kurus dan berkacamata bening, memasuki ruang sidang dengan kikuk. Mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam.

Raesha mengernyit dahinya saat menyadari dirinya mengenal pria ini.

"Siapa, Rae? Kamu kenal?" tanya Yunan yang duduk di samping Raesha.

"Iya, Kak. Dia ... aku lupa namanya. Tapi dia dulu ikut dipecat bareng Sobri dari madrasah," jawab Raesha.

Saksi diminta hakim untuk duduk di kursi pemeriksaan.

"Nama anda Muhammad Hanif Baihaqi?" hakim ketua mulai mengecek biodata saksi.

"Benar, Yang Mulia," jawab Hanif mengangguk.

"Usia 30 tahun. Pekerjaan wirausaha," hakim terus membacakan data diri Hanif.

Pria itu tidak menjadi guru lagi sekarang. Wajar, batin Raesha. Pasti akan sulit mencari pekerjaan sebagai guru, setelah kasus pemecatan secara tidak hormat itu.

Hanif kemudian disumpah dengan Al Qur'an, sebelum duduk kembali di kursi pemeriksaan.

"Apakah saudara saksi mengenal terdakwa?" pertanyaan pertama hakim setelah pembacaan sumpah.

"Kenal, Yang Mulia."

"Saudara saksi punya hubungan darah atau kekerabatan dengan terdakwa?"

"Tidak, Yang Mulia."

"Di mana saudara saksi mengenal terdakwa?"

"Di madrasah Nurul Hasanah, sebagai sesama pengajar. Dulu," imbuh Hanif. Pengajar, sebelum dipecat.

Hakim dan penuntut umum juga bertanya kemudian, masih membahas keseharian Hanif dan Sobri saat dulu masih sama-sama mengajar di madrasah.

Giliran Rizal bertanya. "Saudara saksi, kesan apa yang anda dapatkan dari seorang Sobri, selama anda mengenalnya dulu?"

Bibir Hanif gelagapan bergerak. Sesekali matanya bertemu pandang dengan Sobri, membuatnya gugup.
"S-Saat itu, saya merasa dia adalah orang yang baik," jawab Hanif sebelum menelan ludah. Bagaimana mungkin dia menjelek-jelekkan Sobri di depan Sobri dan orang banyak seperti sekarang ini?

"Anda bisa lebih spesifik? Baik seperti apa yang anda maksud? Apakah dia suka memberikan anda barang-barang atau menolong anda?" desak Rizal.

"E-Ehm. Iya. Kadang kalau saya ingin bertanya tentang kitab tertentu, Sobri tidak keberatan menjelaskannya pada saya."

Jawaban yang membuat Raesha dan Yunan merasa miris mendengarnya. Mengerikan. Terkadang orang yang diberikan kecerdasan untuk memahami isi kitab, belum tentu bisa mengamalkan isi kitab tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

"Lalu setelah sekarang melihat Sobri sebagai terdakwa, apakah anda menyangka bahwa Sobri mampu meracuni Ustaz Ilyasa yang telah memberikan Sobri pekerjaan sebagai pengajar di madrasah miliknya?"

"Keberatan, Yang Mulia!" seru Theo. Rizal menoleh ke arah Theo. Keberatan pertama dari lawannya.

"Saudara Rizal mengatakan opini yang seolah-olah fakta. Padahal terdakwa belum terbukti melakukan kejahatan itu!" ujar Theo tegas.

Rizal memberi tatapan malas. Theo menuduhnya mengatakan opini dan membuatnya terdengar seperti fakta. Padahal di sidang sebelumnya, yang dilakukan Theo sama saja. Theo membuat opini seolah-olah Raesha yang telah membunuh suaminya sendiri.

"Keberatan diterima. Saudara Rizal, harap gunakan pertanyaan yang sifatnya tidak menggiring opini. Proses hukum masih berlangsung. Terdakwa belum dinyatakan bersalah oleh pengadilan," kata hakim.

Rizal menghela napas. Theo masih menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Baiklah. Saya akan perbaiki pertanyaan saya. Saudara saksi, melihat Sobri sekarang ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus pembunuhan terhadap Ustaz Ilyasa, apa pendapat anda?" Rizal bertanya ulang.

Lagi, Hanif nampak ragu menjawab.
"Em ... saya terkejut saat melihat beritanya di televisi. Maksud saya, saya tidak pernah mengira kalau Sobri bisa melakukan tindakan kriminal seperti itu," jawab Hanif hati-hati, sembari melirik ke arah Theo, seolah khawatir dirinya akan dimarahi Theo jika salah menjawab.

"Dulu saat masih sering berinteraksi dengan Sobri, apakah Sobri pernah menyampaikan rasa tidak sukanya pada Ustaz Ilyasa?"

"Keberatan, Yang Mulia! Pertanyaan itu dimaksudkan saudara Rizal untuk menyudutkan terdakwa! Sekalipun jawabannya adalah 'iya', menyatakan rasa tidak suka pada seseorang, bukan berarti dia mampu membunuh orang tersebut!" protes Theo.

Rizal melengos. Apa Theo akan terus-menerus memotong pertanyaannya?

"Keberatan ditolak. Pertanyaan dinilai masih relevan. Silakan dilanjutkan, saudara Rizal," sahut hakim.

Rizal mendelik kesal ke arah Theo, sebelum melanjutkan pertanyaannya.

"Saya ulang pertanyaannya. Dulu saat masih sering berinteraksi dengan Sobri, apakah Sobri pernah menyampaikan rasa tidak sukanya pada Ustaz Ilyasa?"

Hanif kembali gamang. Rizal melihat ekor mata Hanif melirik takut ke arah Theo.

"Mohon diingat, saudara saksi. Anda sudah disumpah dengan Al Qur'an," kata Rizal memberi tekanan.

Theo untuk pertama kalinya, nampak emosi. Urat nadinya keluar di kening. Ah. Ternyata dia manusia juga. Kirain robot, seloroh Rizal membatin.

"P-Pernah," jawab Hanif sambil menyipitkan mata dan menundukkan pandangan.

"Pertanyaan saya sudah cukup, Yang Mulia," kata Rizal segera, hendak mematikan mikrofon.

"T-Tapi, yang bilang begitu bukan cuma Sobri! S-Saya juga! Saya juga dulu tidak suka pada Ustaz Ilyasa! T-Tapi itu dulu! S-Sekarang tidak!!" imbuh Hanif segera.

Hadirin riuh.

"Harap tenang!" Hakim terpaksa mengetuk palu agar hadirin persidangan tidak berisik.

Theo mengepalkan tangan, nampak berusaha mengatur emosinya.

"Saya ada tambahan satu pertanyaan lagi, Yang Mulia," kata Elena tiba-tiba.

"Silakan," sahut hakim ketua.

"Saudara saksi, anda dan terdakwa, dipecat dari madrasah salah satu alasannya adalah karena Ustaz Ilyasa mendengar dari staf pengajar yang lain, dan akhirnya pernah melihat langsung ketika anda dan terdakwa mengintip Ustadzah Raesha yang sedang mengajar. Apa itu benar anda lakukan? Anda dan Sobri beberapa kali mengintip Ustadzah Raesha yang sedang mengajar karena tertarik dengan fisik Ustadzah Raesha?"

Hanif tertunduk sambil memainkan jemarinya. Malu pada masa lalunya. Ini mungkin adalah hukuman di dunia untuk perbuatannya.

"Iya, benar. Saya dan Sobri memang melakukan itu. Kami berdua tertarik pada Ustadzah Raesha, meskipun tahu itu sebenarnya tidak pantas untuk dilakukan. Terlebih, karena kami berdua saat itu berstatus pengajar ilmu agama!"

Pengakuan itu kembali membuat hadirin bising suaranya.

Raesha menghela napas. Setidaknya, pria bernama Hanif ini jujur mengakui kesalahannya.

Yunan melirik adik angkatnya. Jadi, tragedi pembunuhan terhadap Ilyasa, sebenarnya dimulai dari wanita. Tapi perihal Sobri dan Hanif yang terpesona dengan kecantikan Raesha, Yunan sama sekali tidak heran. Dulu pun, jika bukan karena Yunan menolak permintaan agensi-agensi modelling dan pencari bakat yang mendatangi Raesha, bisa jadi sekarang Raesha sudah menjadi artis dan bukan seorang ustadzah.

"Hadirin harap tenang!" Palu hakim kembali diketuk.

Elena dan Rizal tersenyum senang. Entah apa maksud Theo mendatangkan saksi bernama Hanif ini. Tapi saksi yang Theo datangkan justru menguntungkan bagi mereka.

Sebaliknya Theo nampak berusaha menahan diri agar tidak meledak.

"Saudara penasehat hukum terdakwa, silakan bertanya pada saksi," kata hakim setelah hadirin kembali tenang.

"Saudara saksi, salah satu alasan pemecatan anda dan Sobri, adalah karena viralnya postingan video singkat saudari Raesha yang sedang mengajar. Klien saya Sobri, tidak merasa menyebarkan video itu. Menurut klien saya, anda yang merekam video itu. Apa itu benar?" tanya Theo.

"Iya. Memang saya yang merekam dan saya juga yang menyebarkannya di medsos, menggunakan akun anonim. Saya memang tidak mengaku pada Ustaz Ilyasa waktu itu, karena malu," aku Hanif, masih sambil menundukkan pandangan. Setelah ini, reputasinya di lingkungan yang baru, akan hancur lebur, padahal ia sudah susah payah pindah rumah demi menghilangkan jejak. Bagaimana pengacara Sobri bisa menemukan keberadaannya?

"Untuk alasan apa anda melakukan itu?" tanya Theo lagi.

"Saya ... hanya iseng. Saya pikir, kalau video wanita secantik Ustadzah Raesha di-post ke medsos, pasti akan ramai orang yang suka. Tapi karena sadar sebenarnya saya tidak pantas melakukan itu sebagai pengajar, maka saya buat akun anonim.

Setelah pemecatan itu, awalnya saya sempat sakit hati dengan Ustaz Ilyasa, karena langsung memecat bahkan tanpa memberikan SP1. Tapi lama-kelamaan saya sadar kalau saya salah telah merekam dan menyebarkan video Ustadzah Raesha tanpa izin. Saya sangat pantas dipecat. Orang seperti saya, tidak pantas menjadi pengajar ilmu agama," jawab Hanif dengan suara bergetar di akhir kalimatnya.

Mata Raesha berkaca-kaca. Barulah ia tersadar kalau semua tragedi ini dimulai karena dirinya. Gara-gara dia, Ilyasa --

"Pertanyaan saya sudah cukup, Yang Mulia," kata Theo.

Elena dan Rizal terdiam. Paham kenapa Theo memanggil saksi ini. Demi menegaskan bahwa Sobri sebenarnya diperlakukan tidak adil dengan ikut dipecat padahal bukan Sobri yang merekam dan menyebarkan video Raesha.

Sidang tak lama kemudian ditutup dan akan dilanjutkan beberapa hari lagi. Tiga kali ketukan palu, menandakan berakhirnya sesi sidang kali ini.

Orang-orang keluar ruangan. Sobri dikawal untuk kembali ditahan. Elena buru-buru pamit, malas jika berpapasan dengan Theo saat menuju keluar gedung.

Yunan, Arisa, Raesha dan Erika, berjalan di koridor menuju lobi.

"Ustadzah Raesha!"

Panggilan itu membuat mereka menoleh ke belakang. Rupanya saksi yang dihadirkan Theo, yang memanggil Raesha. Hanif.

Yunan spontan berdiri di depan Raesha.

"Ada apa, Pak Hanif?" tanya Yunan.

"A--em ... maaf. Saya cuma mau minta maaf pada Ustadzah Raesha. T-Tolong maafin saya, Ustadzah! Saya minta ridhonya! Tolong! Saya takut kalau Ustadzah tidak ridho dengan saya. Bagaimana nanti pertanggungjawaban saya di akhirat?"

Semua terkejut melihat Hanif kini menangis terisak.

"Saya maafkan, Pak Hanif. Tolong maafkan almarhum suami saya juga," kata Raesha tersenyum. Hanif berterima kasih berkali-kali. Terlihat lega dirinya dimaafkan.

Mereka tersentuh melihat pemandangan itu. Hanif memang adalah yang merekam dan memviralkan video Raesha waktu itu. Bukan Sobri. Tapi rupanya pintu taubat dibukakan oleh Allah, justru kepada Hanif.

Terkadang kita memandang seseorang itu baik perbuatannya, tapi ternyata hingga wafat tidak diberkahi iman. Dan sebaliknya, kadang kita temukan orang yang masih fasik, tapi beriman. Jangan bingung. Allah Maha Tahu siapa saja dari hamba-Nya yang pantas mendapat hidayah.

Keluarga Danadyaksa melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan Theo yang sedang bicara dengan Rizal di koridor.

"Dih. Males banget liat orang itu. Ayo kita cepetan keluar," kata Erika memicingkan mata. Yang dimaksud Erika adalah Theo, tentu saja. Si manusia juara satu lomba menyebalkan sedunia.

Yunan menatap kedua pria itu heran. Jelas percakapan di antara Theo dan Rizal kelihatannya hawanya tidak bersahabat.

"Jangan menekan saksiku dengan membawa-bawa sumpah Al Qur'an segala," kata Theo meski samar masih terdengar di telinga Yunan.

"Apa ada yang salah dari ucapanku? Semua saksi memang disumpah dengan kitab suci masing-masing. Saya hanya mengingatkan mereka," balas Rizal.

Yunan dan keluarganya sudah melewati Theo dan Rizal. Namun Yunan masih bisa mendengar suara perselisihan keduanya. Hingga suara teriakan singkat dari Rizal membuat Yunan spontan menoleh.

"Kamu ngapain??" teriak Rizal sambil memegang poni rambutnya.

"Maaf. Ada serangga di rambutmu tadi," jawab Theo santai sebelum ngeloyor pergi.

Rizal menatap punggung Theo dengan kesal. "Orang aneh," misuhnya pelan.

"Kenapa, sayang?" tanya Arisa pada suaminya yang tertinggal dua langkah di belakang.

"Kamu dengar pertikaian mereka tadi?" tanya Yunan.

"Mana bisa. Jauh begitu. Gak kedengaran apa-apa," jawab Arisa.

Yunan terdiam. Hanya dirinya kah yang mendengarnya?

Theo berjalan melewati Yunan.

Pria itu tersenyum saat memasukkan beberapa helai rambut ke dalam kantung jasnya.

.

.

***

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 486 10
Spin Off 'Menjadi Orang Ketiga' Adhi terpaksa menikahi Rena karena kepergok sedang bermesraan. Pernikahan terpaksa ini pun berjalan tersendat. Dari t...
343 65 13
" Bagaimana bisa kamu mengejarnya dengan mencari kesempurnaan, kamu ga lihat aku yang berusaha menjadi sempurna untuk kamu." Ucap Shezi dengan derai...
35.4K 561 17
Kumpulan puisi tentang cinta
384K 32.8K 37
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...