Baby Project (COMPLETED)

By BlackStarofIN

688K 21.2K 2.6K

[21+] Hamil adalah satu-satunya cara untuk keluar dari dunia aneh ini? Adifa dan Zayn tiba-tiba masuk ke dun... More

PROLOGUE
1 Tersesat
2 Bertemu Orang
3 Kampung Kuno
4 Solusi
5 Satu-satunya Jalan
6 Pernikahan
7 First Night (21+)
8 Mulai Bekerja
9 Let It Out
10 Only You
11 Tetap Pada Tempatnya (21+)
13 Stupid
14 No Attitude (21+)
15 Mesum
16 Hamil
17 Ngidam
18 Guilty
19 Tulus
20 Flexing
21 Dicabut (21+)
22 Positive
23 Laporan Zayn
24 Adifa vs Maharani
25 Bercinta di Sungai (21+)
26 Berhenti
27 Everything for You
28 Bisnis Zayn
29 Jengukin Dedek Bayi (21+)
30 Firasat Buruk
31 Pertunjukan
32 Berita
33 Family
34 Melepas Rindu
35 Manja (21+)
36 Gelisah
37 Melahirkan
38 Comeback
39 Remember
40 End : I'm Coming
Extended
Special Offer
PROMO LAGI

12 Bergantung

13K 521 49
By BlackStarofIN

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Siapa yang kangen Zayn dan Adifa???

Sebelum baca jangan lupa VOTE dulu ya. Oh iya satu pertanyaan buat pembaca setia author nih.

Kalo inget BlackStarofIN yg terpikir apa sih? 😆

Setelah jawab, langsung aja kita masuk ke ceritanya, hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading...

*
*
*

Zayn kembali ke rumahnya setelah selesai bekerja di rumah pak Gana. Pemuda itu langsung menutup dan mengunci pintu rumahnya begitu masuk ke dalam.

Pandangan Zayn langsung memindai sudut rumah. Mencari keberadaan sang istri tercinta.

"Dif?" panggil Zayn.

Zayn masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan keberadaan istrinya. Seketika rasa panik langsung menyerangnya.

"Difa? Sayang! Kamu dimana!" panggil Zayn langsung beranjak keluar dan kembali mencari di tempat lain.

Rumah ini hanyalah rumah sederhana yang terdiri dari ruang tamu, ruang makan, dapur dan kamar tidur. Tidak mungkin ia tidak melihat keberadaan istrinya.

"Adifa!" panggil Zayn lagi. Kali ini melangkah dengan cepat ke dapur. Tidak ada Adifa di sana. Napas Zayn sudah mulai tersengal.

"Kenapa sih Zayn? Teriak-teriak gak jelas." sahut Adifa yang baru masuk dari pintu belakang. Memang ada pintu di dekat dapur yang menghubungkan ke kamar mandi di luar. Adifa masih menggunakan kain yang setengah basah karena baru digunakan untuk membalut tubuh basahnya yang baru mandi.

Melihat kedatangan Adifa membuat Zayn langsung menghambur memeluk istrinya dengan erat.

"Kamu kemana sih? Aku kirain kamu pergi." tanya Zayn dengan suara bergetar.

Adifa yang mendengar suara Zayn pun mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Zayn bersuara seperti itu. Zayn selalu tegas dan lembut.

"Pergi kemana sih? Aku baru aja mandi, denger kamu teriak-teriak kirain ada apa." balas Adifa heran.

Adifa pun mendorong tubuh Zayn yang sedang memeluknya. Tapi Zayn tidak mau melepaskan pelukannya.

"Zayn badan aku basah ini. Nanti baju kamu ikut basah." ujar Adifa kembali mendorong Zayn.

"Nggak mau." tolak Zayn. Dia tetap kekeuh memeluk tubuh Adifa dengan erat. Ia sudah panik mengira Adifa pergi meninggalkannya.

Adifa pun menghela napas. Ia membalas pelukan Zayn, mengusap punggung Zayn lembut.

"Aku nggak kemana-mana kok Zayn. Aku di sini aja. Aku nggak mungkin pergi dari kamu sayang. Kita kan udah janji mau pulang sama-sama kan?" ujar Adifa menenangkan.

Setitik air jatuh di sudut mata Zayn. Ia sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri. Berusaha meyakinkan dirinya kalau Adifa tidak akan kemana-mana. Mencari kenyamanan di pelukan istri tercinta.

"Kita janji mau masak sama-sama loh malam ini. Yuk kita mulai. Kamu yang siapin apinya, aku yang masak." bujuk Adifa lembut.

Zayn memejamkan sebentar kedua matanya untuk meresapi pelukan hangat Adifa. Sampai akhirnya pria pun menghapus air matanya dan melepaskan pelukan.

"Yaudah kamu ganti baju dulu. Aku siapin apinya sekarang." ujar Zayn.

Adifa menggeleng. Matanya menatap wajah Zayn yang terlihat sembab. Hatinya tersentuh merasakan kepanikan Zayn yang mengira ia tinggalkan.

"Kamu mandi dulu biar seger. Itu baju kamu udah basah. Nanti masuk angin loh." ujar Adifa.

"Aku nanti aja deh mandinya." tolak Zayn.

"Sayang, nurut yah sama istri. Aku gamau kamu sakit." ucap Adifa lembut. Ia mengecup ujung hidung Zayn yang terlihat memerah.

Zayn meleleh mendengar ucapan istrinya. Ia tersenyum kecil dan menatap penuh damba pada Adifa.

"Yaudah aku mandi dulu. Kamu jangan kemana-mana ya?" pinta Zayn.

"Aku nggak akan kemana-mana sayang. Aku cuma punya kamu di sini, hidupku cuma bergantung sama kamu." ujar Adifa menenangkan Zayn.

Zayn kembali tersenyum. Ia mencium kening Adifa lembut dan segera bergegas untuk mandi. Dalam hati ia membantah ucapan Adifa.

'Kamu salah Dif. Bukan kamu yang bergantung sama aku, tapi aku yang udah bergantung sama kamu.' ucap Zayn dalam hati.

***

Sesuai janji mereka, malam ini Zayn dan Adifa memasak bersama. Zayn menyiapkan api untuk keperluan dapur dan penerangan rumah, sementara Adifa akhirnya bisa memasak untuk Zayn.

Adifa memasak dengan penuh cinta. Ia membuat makanan lezat untuk Zayn. Zayn juga membantu Adifa seperti memotong sayuran atau bumbu-bumbu.

"Cobain." ucap Adifa menghidangkan sepiring makanan.

Zayn pun mencoba makanan itu dengan semangat. Ia tersenyum dan menatap istrinya.

"Enak." ucapnya antusias.

"Beneran?" tanya Adifa senang.

"Iya. Aku nggak tau kamu bisa bikin terong jadi enak gini." jawab Zayn tersenyum.

"Haha ini sih resep dari warteg yang biasa aku datengin sama temen-temen." ucap Adifa terkekeh geli.

"Wah kirain beneran resep Adifa." balas Zayn tertarik.

"Ya bukanlah. Aku mana bisa masak. Ya bisa sih sekedarnya aja. Tapi nggak jago." ucap Adifa tertawa kecil.

Zayn mengangguk mengerti. Adifa memang terlihat seperti gadis manja yang tidak biasa hidup mandiri.

"Jadi kamu sering makan di warteg sama geng kamu?" tanya Zayn lagi.

"Iya, kami suka makan di warteg karna makanannya lebih enak, dan harganya lebih murah juga. Sampe jadi langganan tiap pulang sekolah pasti mampir." jawab Adifa.

"Emang keliatan sih kamu nggak langsung pulang kalo selesai sekolah." balas Zayn.

"Kamu kan tau aku ada banyak les. Kalo pulang nanggung, rumah aku jauh. Jadi suka nongkrong di rumah Nadia. Itu kayak semacam basecamp kami lah." ujar Adifa.

"Temen-temen yang lain suka mampir di sana juga?" tanya Zayn lagi.

"Suka. Kami semua kan rumahnya jauh, nyebar. Cuma rumah Nadia aja yang deket sekolah jadi dijadiin basecamp. Lagian dia tinggal sendiri di situ." jawab Adifa sambil menyiapkan makanan untuk Zayn.

"Oh ya? Orang tuanya kemana?" tanya Zayn menimpali.

"Orang tuanya ada di kota lain. Nadia sekolah di sini jadi tinggal sendiri deh di sini. Aku sering nginep juga kok di rumah dia kalo ada tugas banyak." jawab Adifa.

"Jadi berasa kita ada di kota ya. Padahal kita nggak di sana." ujar Zayn.

"Iya aku main bilang di sini aja. Di sini sih desanya Pak Gana, bukan kota kita." sahut Adifa tertawa.

Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol mengenai kehidupan masing-masing sewaktu sekolah. Ada banyak teman-teman yang mereka bicarakan juga. Ya sejatinya mereka masihlah anak SMA, tentu pembahasannya masih seputar teman-teman, guru, bahkan kenakalan mereka sendiri.

***

Siang ini Adifa berencana untuk mengunjungi Zayn untuk membawakannya makanan. Tentu saja karena ia tidak ingin Maharani mendatangi suaminya lagi seperti kemarin.

Pagi ini Adifa sudah berjuang keras untuk membuat api di tungku rumahnya. Ini bukanlah pekerjaan mudah, apalagi untuk dia yang notabene tidak pernah menyalakan api sebelumnya.

Adifa menatap tangannya yang memerah karena terkena panas. Ia hampir saja terbakar kalau tidak bergerak cepat menghindari api yang menyala-nyala di sekitar tungku. Adifa sudah mengaliri tangannya dengan air. Ia harap itu tidak meninggalkan bekas nantinya.

Gadis itu sudah membungkus makanan yang dibuatnya susah payah dengan daun pisang. Sungguh tidak ada kotak bekal yang bisa dipakai untuk membawa makanan ini kecuali daun pisang dan keranjang kecil. Adifa masih bersyukur setidaknya dia tau beberapa hal tradisional seperti ini.

Adifa memakai baju Zayn seperti permintaan suaminya. Hasilnya ia terlihat seperti orang-orangan sawah karena bajunya kebesaran. Tapi Adifa hanya tertawa dan tidak mempermasalahkannya. Lagipula tidak ada seorangpun yang dikenal akan melihatnya selain Zayn.

Gadis itu berjalan dengan santai menuju rumah pak Gana sambil membawa keranjang kecil berisi makanan yang baru saja matang. Adifa bersenandung di sepanjang jalan memikirkan reaksi Zayn begitu melihatnya datang.

Sesampainya di rumah pak Gana, Adifa segera masuk dan mencari suaminya. Ia bertemu dengan pak Gana yang sedang duduk di ruang tamu.

"Permisi Pak." sapa Adifa.

"Iya Nak Adifa. Silakan masuk." jawab pak Gana.

"Pak, maaf mengganggu. Kedatangan saya ke sini untuk mengantarkan makanan." ujar Adifa sopan.

"Oh tidak masalah. Pasti untuk suamimu ya?" balas pak Gana.

"Iya Pak. Saya memasak khusus untuk Zayn hari ini." jawab Adifa tersenyum senang.

"Baiklah, Nak Adifa bisa masuk ke ruangan yang berada di sana. Suamimu ada di sana." ujar pak Gana.

"Terimakasih Pak." balas Adifa tersenyum sopan dan langsung permisi untuk menemui suaminya.

Adifa memasuki ruangan yanh dimaksud pak Gana. Ia dapat melihat Zayn yang sedang mengerjakan sesuatu di sebuah meja kecil. Adifa langsung mendatanginya.

"Serius banget kayaknya?" goda Adifa memasuki ruangan itu.

Zayn langsung menoleh begitu mendengar suara yang sangat familiar untuknya.

"Difa? Kamu ke sini?" Zayn langsung mendatangi Adifa dengan wajah terkejut.

"Coba tebak, apa yang aku bawa." ucap Adifa dengan wajah antusias.

Zayn melihat keranjang kecil yang dibawa Adifa. "Hmm apa? Pisang?" tanyanya.

"Bukan." jawab Adifa terkikik. Zayn pikir dirinya hanya bisa membawa pisang?

"Hmm.. Ubi rebus yang tadi pagi?" tebak Zayn lagi.

Adifa langsung tertawa mendengar tebakan Zayn. Ia langsung membuka bekal yang ia bawa dan menunjukannya pada Zayn.

"Taraa.. Aku bawain makan siang buat kamu." ucap Adifa senang.

Zayn tentu saja terkejut melihatnya. Ia tidak menduga Adifa akan membawa makanan untuknya.

"Kamu dapat ini darimana? Pak Catur datang ke rumah?" tanya Zayn bingung

"Kok Pak Catur sih. Aku masak sendiri dong." jawab Adifa mengerutkan keningnya.

Zayn kembali menatap Adifa dengan wajah terkejut.

"Masak?" tanya Zayn tak percaya.

"Iya, aku udah buat api susah-susah, masak sendiri, malah dikira dari Pak Catur." keluh Adifa.

"Serius?" tanya Zayn lagi.

"Ih ya serius lah. Liat ni tangan aku aja merah hampir kebakar tadi." jawab Adifa menunjukkan punggung tangan kanannya.

Pandangan Zayn langsung terfokus pada punggung tangan Adifa. Pemuda itu langsung mengambil tangan Adifa dan menatapnya lebih dekat.

"Difa, harusnya kamu gak usah masak segala, aku kan udah siapin makanan buat kamu tadi pagi. Liat sekarang tangan kamu merah gini. Tadi langsung dikasih air mengalir gak?" tanya Zayn dengan wajah khawatir.

"Udah kok. Ini gak papa, udah gak sakit lagi." jawab Adifa menarik tangannya. Tapi Zayn menahannya.

"Nggak ada yang nggak papa. Kita cari obat sekarang, takutnya tangan kamu melepuh nanti." bantah Zayn menatap Adifa tegas.

Adifa masih hendak protes tapi Zayn sudah membawanya keluar ruangan. Namun baru saja mereka keluar dari ruang kerja Zayn, Maharani sudah ada di sana.

"Kang, makanannya udah siap. Ayo ke meja makan." ucap Maharani dengan pandangan menunduk dan senyuman malu.

Adifa melihatnya tak habis pikir. Apa-apaan wanita ini? Kenapa bisa setidaktahu diri itu?

"Maaf Maharani. Saya butuh obat luka bakar, apa kamu punya?" tanya Zayn yang tidak menjawab ajakan Maharani.

Maharani segera mendongak dan pandangannya langsung menemukan Zayn bersama Adifa di sana. Maharani terkejut melihat keberadaan Adifa.

*
*
*

TBC

Gimana ni sama chapter ini?? Suka??

Penasaran?
Kalo penasaran yuk langsung aja pencet VOTE nya dan tinggalkan komentar sebanyak-banyaknya.

Ok. See you in the next chapter...

Continue Reading

You'll Also Like

55.5K 3.7K 19
Sebelum membaca jangan lupa untuk follow dulu akun authornya yaa... Mimpi buruk Kevin Adam O'Leary adalah ketika dia harus menikahi seorang gadis gen...
55K 685 48
Karena kamu adalah kesalahan yang tidak akan pernah aku sesali. -Gabriella Audrey Michael โš Mature Content Start : 05/10/23 End : 04/12/23
Mr.Possesif By Adlsaaaa_

General Fiction

1.6K 98 6
HARAP FOLLOW DULU, KARNA AKAN ADA SEBAGIAN PART YANG DI PRIVAT! Leon Aleseo Maxime tidak habis fikir dengan perjodohan yang di lakukan oleh kedua ora...
469 131 5
"Saya tidak mau tahu, saya mau ganti rugi. Kerugian saya sangat besar hanya karena kelalaian ekspedisi kamu," ucap Delon "Kami sangat mengerti, tapi...