LUKA (On Going)

By LiNaaaboooo

2.1K 1.7K 1.8K

kisah seseorang gadis dan cowok yang mempunyai kenangan buruk dan memberikan luka mendalam bagi keduanya, hin... More

Prolog
Rumah Baru
Selamat Datang
Bertemu lagi
Sama
Tuduhan Menyakitkan
Permulaan
Kesal
Apa yang terjadi?
Misteri
Merasa bersalah
Cast Luka
Mantan
Rindu
Hantu dan Kezo

Dia Kembali

65 48 34
By LiNaaaboooo

"Manusia selalu penasaran dengan urusan orang lain"





Assalamu'alaikum yeorubunnnnn🙌🙌....I'm back


Aku update bab baru nih, Alhamdulillah udah liburan jadi bisa update lagi.

Gimana keadaan kalian?sehat kan?


Cus langsung dibaca aja😚.... Maap ya typo bertebaran, penulis amatir. hehehe.




🌸🌸🌸🌸

Sebuah mobil mewah berhenti tepat depan gerbang sehingga semua orang yang ada disekitar itu atau sekedar melewatinya menatap kagum mobil tersebut yang hanya dimiliki orang kaya. 

(Photo by mbah google)


"Kamu beneran udah sembuh?"

Lelaki berseragam sekolah tersebut yang hendak melepas sabuk pengamannya pun mengurungkan niatnya. Ia menatap mata pria disampingnya sepertinya dia masih mengkhawatirkannya, tapi apa boleh buat dirinya tidak boleh terus-terusan hanya berdiam diri dirumah. Ia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang siswa yang sudah lama terhenti. Lagipula kela
maan mendekam di rumah membuatnya suntuk dan bosan tak ada hiburan sama sekali.

"Iya, Pah. Kakak beneran udah sehat wal afiat."

Memang dirinya telah sembuh total dan sakitnya telah hilang. Pria paruh baya itu tahu anaknya sudah sehat hanya saja dia masih khawatir kenangan menyakitkan yang ada disini membuat anaknya harus menderita lagi.

"I'm okay, Pah." Ia menepuk bahu papanya. Pria tersebut menelisik mata lelaki muda nan tampan yang berada disampingnya. Dia mencoba mencari kebohohongan tetapi dia tidak mendapatkan secercah pun. Apa yang diucapkan oleh anaknya itu benar,  dia menghela napas. Dia harus percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja. 

"Baiklah...kalau nanti penyakit kamu kambuh langsung telfon papa atau mamah."

Ia mengangguk. "Iya, Pah." Ucapnya seraya melepas seal belt. "Kakak masuk dulu."

"Iya, nanti yang jemput pak imar ya."

"Nggak usah, Pah." Sontak, pria paruh baya itu mengangkat alisnya. "Leo bareng sama Gio aja nanti pulangnya." 

Ia mengangguk tanda mengiyakan perkataan anaknya. Leo memberikan hormat dan pria dihadapannya itu terkekeh geli. Dia menepuk bahu anaknya. "Sana masuk."

Leo keluar dari mobil mewah tersebut dimana dengan kehadirannya semua orang yang melewatinya membelalakan mata dan saling berbisik satu sama lain. Sebelum berpisah ia melambaikan tangan kepada papahnya. Baru melewati gerbang, semua orang terkejut melihat kehadirannya. Mereka panik bukan main dan menatap tak percaya dia telah kembali ke sekolah.

"Wah, bukankah dia Leo?" Seru seorang gadis yang menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihat.

"Astaga, lama sekali aku tidak melihatnya. Dia semakin tampan."

"Kau benar... ketampanannya tetap setia menemaninya."

"Tuh anak masuk juga, kirain udah mati."

Semua orang yang melihatnya langsung saling berbisik satu sama lain bahkan saat menuju lorong kelasnya saja, Leo masih bisa mendengar orang yang membicarakan dirinya. Sebenarnya banyak sekali yang mereka bicarakan tetapi ngomongnya bisik-bisik.

Leo terus melangkahkan kakinya, tidak merasa terganggu dengan omongan dan perhatian orang sekitar. Ia mendengarnya kok cuman menganggapnya sebagai angin lalu saja. Kembali lagi ke sekolah ini memberikan perasaan aneh padanya, ia merasa asing dengan hal ini tetapi ia juga merasa sedih karena sesuatu.

"Ya Tuhan. Leo telah kembali."

"Ayang Leoooku. Akhirnya comeback."

"Woah ... aku tidak menyangka dia akan kembali."

"Benar, ku kira dia akan putus sekolah."

Kehadirannya disekolah ini benar-benar menarik perhatian semua orang. Bagaimana tidak, Leo sudah tidak masuk sekolah selama satu tahun. Sangat lama sekali bukan, jika kalian satu sekolah dengan dia pasti berpikiran seperti itu atau memiliki pemikiran lain.

Banyak yang mengira telah putus sekolah atau pindah dari sekolah tersebut bahkan ada yang lebih parah lagi mengira Leo telah meninggal. Padahal aslinya dia sedang berjuang melawan dirinya sendiri dan sakit yang ia alami dalam kurun waktu yang lama.

Leo telah sampai di kelasnya, ia melirik papan nama yang ada di atas pintu "Kelas 11 Mipa 2" perlahan ia mengalihkan tatapannya menuju pintu. Sebelum masuk kelas, Leo mengelus dadanya yang berdebar kencang. Lama tak masuk kelas dan berjumpa temannya membuat dirinya gugup.

"Gue gugup banget. " Dia menetralkan detak jantungnya dengan menghembuskan nafasnya. "Lu bisa Leo, semangat." Sehabis menyakinkan dirinya, dia melangkahkan kakinya msuk ke dalam dan menyapa teman kelasnya. Reflek,semua orang melebarkan mata dan berdiam seperti patung.

"Hai, semuanya." Sapanya. Tetapi tidak ada yang menjawab malah semua orang melihatnya seperti seorang setan. Leo sudah mengira ekspresi ini bakalan ditunjukkan oleh semua orang. 

Leo menurunkan tangannya. "Kok pada diem?" ia menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan rasa canggungnya.

Kemudian seorang lelaki berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju ke arahnya.  "Lu Leo?"

Leo mengkerutkan alisnya semakin dalam, bisa-bisanya ia diberi pertanyaan tidak masuk akal seperti itu. Tentu saja dirinya Leo bukan setan, ada wujudnya, kakinya nampak lagi dan dia juga menyapa masa dikira setan. Memang ada setan yang setampan dirinya. Bisa-bisanya temannya sendiri melontarkan pertanyaan seperti itu seenaknya seolah dirinya habis bangkit dari kubur.

"Iyalah gue Leo. Gue bukan setan anjirr," sentaknya.

"Nah ini, gue baru percaya kalau lu Leo." Serunya sambil melihat  Leo dari bawah sampai atas. "Soalnya setan nggak ada yang bisa ngomong anjir."  

Mana bisa dia percaya cuman karena Leo ngomong anjir, otak sahabatnya ini masih konslet saja. 

"Leooo.."

Tiba-tiba pria yang menanyai pertanyaan kepadanya ini memeluknya, semua menghampirinya. Bahkan Haga yang biasanya cuek pun ikut memeluk sahabatnya itu yang akhirnya kembali lagi ke sekolah. Leo sampai mau terjatuh karena pelukan mereka. Tetapi untung saja ia bisa mengimbanginya. Suasana menjadi rusuh. 

Perlahan mereka mengendurkan pelukannya dan semua orang berdiri mengelilinginya. Ada juga yang hanya stay dibangku tidak ingin ikutan. 

"Akhirnya lu balik juga ke sekolah. Gue kira lu udah mati." Ujar Han kelewat jujur dan batas asal main ngomong saja. Dimana dia langsung mendapat tabokan dari Haga hingga meringis kesakitan.

"Heh?ngomongan lu."

"Lah dia nggak masuk sampai 1 tahun, kan pikiran gue jadi mikir yang aneh-aneh." Katanya sambil mengusap bahunya habis ditabok Haga.

"Lu beneran udah sehat?" tanya Haga.

Leo mengangguk. "Lah ini lu nggak liat gue gimana."

Cindy dan gengnya baru masuk kelas sudah disuguhi oleh kerumunan. Entah siapakah yang membuat kerusuhan disini.

"Ada apa nih kok ramai?" Lia membuka mulutnya, dia heran melihat semua orang berkerumun di depan. 

"Kok kayak Leo." tambah Hesa yang tak sengaja mendapati perawakan orang seperti Leo disitu.

"Leo?" Cindy menoleh padanya dengan alis terangkat. 

"Gue cuman lihat sekilas aja sih kayak Leo gitu." 

Cindy pun mencoba untuk melihat kerumunan kembali tapi dia kesulitan melihatnya karena banyak orang. Lalu dia bisa melihat dengan jelas siapa yang dikerumuni orang. Cindy kaget buka main.

(Photo by Pinterest)


Sontak, dia segera berlari untuk menghampiri Leo seraya meneriakan namanya. 

"Leoo..."

Sebelum Cindy berhasil memeluk cowok itu, Han terlebih dahulu mencegahnya sehingga Cindy refleks berhenti dengan raut muka kesal.

"Kok lu halangin gue sih," kesalnya.

"Bukan muhrim, nggak boleh pelukan." Han memundurkan badan Cindy agar jauh-jauh dari Leo. Tampaknya Leo pun merasa risih dengan kehadiran gadis itu.

"Apaan sih lu minggir nggak, gue tuh mau meluk ayang Leo. Lu nggak tau seberapa kangennya gue sama dia?gue udah lama nggak ketemu."

"Nanti aja pelukannya kasihan Leo capek habis ketemu fansnya." Leo menepuk punggung Han yang asal ngomong saja.

Erika baru sampai di kelasnya. Namun, ia sedikit terkejut dengan teman sekelasnya yang mengerubungi seseorang di depan dan ia mencoba untuk tidak penasaran siapakah orang yang membuat kehebohan itu. Eri mengabaikannya begitu saja kemudian duduk dibangkunya.

"Udah balik woy di tempat kalian. "Seru Han mengusir semua orang agar kembali ke bangkunya "Minggir kalian semua." Bentak Haga pada golongan gadis yang tak mau duduk. Dimana mereka segera duduk dan menggerutu karena bentakan Haga. 

Cindy berjalan dekat Leo dengan raut muka bahagia.

Akhirnya Erika bisa melihat lebih jelas wujud cowok tersebut. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu tetapi Erika memutuskan pandangannya terlebih dahulu. Ia mengerutkan alisnya dalam ketika cowok itu duduk di sebelah Haga. 

"Duduk sini ayang."

Kok dia duduk di sebelah gue. Berarti dia Leo. Batinnya dalam sambil membuka matanya lebar-lebar. Seseorang yang selama ini dia tunggu kehadirannya akhirnya menampakkan diri. 


🌸🌸🌸🌸

"Itu dia yang namanya Leo," ucap Nabila pada Erika yang memperhatikan penjelasan guru di depan. Memang benar ia memperhatikan cuman penjelasannya tidak didengarkan soalnya Erika lagi sibuk memikirkan cowok yang bernama Leo tersebut. Adanya dia disini membuat dirinya tidak fokus sama sekali. 

"Akhirnya dia balik juga kesekolah, pasti dia sedikit takut pas mau balik kesini lagi," celetuk Nabila.

Sontak, Erika menolehkan kepalanya dengan cepat sambil menautkan alisnya ke Nabila. "Takut kenapa?"

"Ya ada lah, gue nggak berhak cerita." 

Apa yang dimaksud takut oleh Nabila, Mengapa Leo harus takut. Erika melirik sebentar untuk melihat Leo. Bagaimana dia bisa tahu ketakutan apa yang dimaksud oleh Nabila. Ia saja dengan teman sekelasnya tidak begitu dekat apalagi dengan cowok itu yang sangat asing baginya. Dekat dengan dia hampir mustahil bagi Erika.

"Cuman gue nggak suka sama Cindy."

"Kenapa?"

"Dia itu cuman dekat aja sama Leo tapi mikirnya pacaran. Sampai semua orang nih nggak boleh deket-deket sama Leo, pernah adek kelas nngobrol sebentar sama Leo. Cindy sama gengnya langsung ngelabrak tuh adik kelas sampai dia nggak masuk besoknya."

Erika kembali menoleh kesamping melihat Cindy yang mencoba untuk menggaet lengan Leo padahal Leo sudah menolak tetapi dia terlihat memaksa. "Sikapnya sama aja kayak dulu."

🌸🌸🌸🌸

Leo melirik ke bangku sebelahnya, ada yang aneh dulu bangku itu kosong tetapi sekarang ada orang yang memakainya. Seorang gadis yang sepertinya baru-baru kesini sebab sebelum ia memutuskan untuk cuti, bangku itu masih tidak ada penghuninya dan wajah orang yang menempati nampak asing baginya. Pasalnya dari kelas 10 semua anak tidak ada yang dipindah dan ia tidak pernah bertemu dengannya waktu itu.

Merasa ada yang memperhatikannya, Erika menolehkan kepalanya ke samping dan tatapan mereka bertemu.

Leo sedikit terkejut lalu untuk mengatasi rasa malunya, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Saat teman sebangkunya telah datang, Leo langsung memberikan pertanyaan tentang gadis di sebelahnya. Sebegitu penasarannya ia sama Erika.

"Haga," mendapat panggilan Haga berdehem. "Kenapa?"

Leo melirik sekilas gadis di sampingnya. "Gadis di sebelah gue ..." Leo menunjuk Erika "Anak baru?" kemudian Haga melihat ke arah Erika dan menganggukan kepalanya.

"Pantesan. Mukanya kok asing." Jawab Leo singkat sambil melirik Erika sekilas. "Dia udah lama disini?"

"Lumayan, 2 mingguan lah." Ia pun manggut-manggut. Akhirnya rasa penasarannya telah terpenuhi, jadi ia tidak penasaran lagi dengan gadis tersebut.

🌸🌸🌸🌸

Setelah kembalinya Leo ke sekolah dan Erika bisa melihat lebih jelas bagaimana wujud dari seseorang lelaki tersebut membuat dirinya kembali ingin mengetahui berita yang dibicarakan oleh Nabila. Sejujurnya, Erika masih kepikiran dengan hal tersebut, maka dia berusaha untuk mengecek lagi. 

"Semoga aja...ada."

Kemudian ia mencari kembali di mbah google tapi hasilnya sama seperti kemarin, tidaka ada berita jelek tentang sekolahnya. "Kok bisa nggak ada sih?masa udah diblacklist beritanya." Erika memandang layar laptopnya dengan perasaan kesal.

Tiba-tiba saja Erika dikagetkan dengan kehadiran adiknya yang ada disebelahnya.

"Nyari apa lu?"

Erika terjengit kaget dengan kehadiran adiknya disebelahnya. "Eh..." Ia menatap Ersan. "Kagetin aja sih lu."Tukasnya sambil menabok lengan Ersan.

Dia malah cengegesan. "Lu cari apa sih?Serius banget."

Erika melihat adiknya sebentar lalu pada layar di depannya. Eh apa gue tanya Ersan aja. Siapa tahu dia ngerti. Batinnya dalam hati.

Awalnya ia tidak ingin menanyakan berita itu kepada adiknya cuman karena rasa penasarannya ini. Erika harus mencobanya  siapa tahu Ersan mengerti secara adiknya itu biasanya update banget kalau ada hal beginian.

Erika menutup layar laptopnya membuat Ersan mengerutkan dahi. "Gue mau tanya sama lu."

"Tanya apaan?" Ersan memilih untuk duduk dipinggir kasur. Erika memutar tubuhnya supaya menghadap ke adiknya. "Lu tahu sesuatu yang aneh nggak dari sekolah gue?"

Ersan semakin mengerutkan dahinya, dimana dia menjadi was-was jika kakaknya tanya begitu. Takut sesuatu yang dulu terulang lagi kepadanya. "Sesuatu apa?"

"Ya kayak semacam berita jelek tentang sekolah gue."

"Berita jelek?" Ersan semakin mengerutkan dahinya lebih dalam. "Kayak sekolah lu sering tawuran..."

"Bukan gitu..." Sela Erika yang bertambah kesal dengan jawaban adiknya. Masa begitu saja dia tidak tahu.

"Terus gimana?lu aja tanya berita jelek. Ya tawuran kan termasuk kejelekan," bela Ersan.

Erika memutar bola matanya malas. "Berita pembullyan atau pembunuhan gitu."

Ersan memasang muka kaget ketika kakaknya berkata seperti itu. "Nggak ada kayaknya. Gue nggak nemuin hal aneh dari sekolah lu." Jelas Ersan. "Emang kenapa?lu dibully disitu?"  Tanyanya karena takut kakaknya mendapatkan hal seperti itu.

"Nggak kok." Sentaknya yang mengandung kebohongan. Ia masih tak berani mengatakan yang sejujurnya pada Bunda dan Ersan tentang dirinya yang satu sekolah dengan pembullnya dulu maupun mendapat perlakuan tak mengenakkan. Erika menunggu waktu yang tepat, tapi entah kapan.

"Cuman gue pernah baca berita sih katanya disitu ada anak yang meninggal."

Sontak, Erika melebarkan matanya. "Seriusan lu?" Ersan mengangguk.

"Lu baca beritanya di mbah google?" Dia kembali mengangguk. "Terus lu nggak tau yang meninggal siapa dan gimana kok bisa meninggal?" Erika bertanya bertubi-tubi, ia sangat mengingkan jawaban mumpung ada titik terang. Akhirnya sehabis mencari berita yang tak ketemu, ia bisa mendapatkan informasi dari adiknya meskipun sedikit. Tapi itu sangat membantu, memang Ersan kalau hal begini sudah tidak diragukan lagi.

"Ya mana gue tau lah hal gitu." Sentaknya sambil berdiri. "Emang kenapa sih lu tanya hal begituan?"

Erika memasang muka jutek. "Kenapa emangnya?nggak boleh." Sewotnya. "Pasalnya gue cari diberita nggak ada."

Ersan memasukkan kedua tangannya dalam saku celana. "Mungkin udah dihapus kali, soalnya gue baca yang meninggal anak komite sekolah," ucapnya. "Lagian tuh berita udah lama, ngapain juga lu ngurusin hal gitu... Udahlah jangan ngurusin orang, demen banget sih lu ngurusin hidup orang dari dulu." Omelnya yang mana dulu penyebab Erika dibully karena mengurus hidup orang.

Sehabis mengatakan hal itu Ersan pergi meninggalkan kamarnya menyisakan kakaknya yang sedang merenung.

"Pantesan beritanya nggak ada, orang anaknya komite," gumamnya.

Satu persatu rasa penasarannya telah terjawab, Erika menyimpulkan bahwa yang meninggal anaknya komite sekolahnya. Karena tak mau memberikan citra yang buruk kepada sekolah, maka berita itu tidak ada lagi diberbagai laman berita. Lalu apa hubungannya Leo dengan dia? Erika masih memikirkan hal tersebut.






Gimana part kali ini?ngefeel atau nggak?nyambung atau nggak?

Boleh komen, saran dan kritiknya ya...

Hayohhh...penasaran nggak kalian siapa yang meninggal? Terus apa sangkut pautnya Leo sama hal itu??

Kalau mau tahu, baca terus ceritaku

Jangan lupa votmen⭐, follow akun aku, mungkin ada yang baik hati mau share cerita ini...hehehe

Continue Reading

You'll Also Like

765K 56K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1.8K 1.3K 17
JEVARA (JEVAN AZURA) Tentang Azura dengan segala rasa sakitnya. Dan tentang Jevan yang selalu menjadi obatnya. Azura dan Jevan adalah sahabat dari ke...
3.5K 2.6K 31
Ini kisah seorang Elvanzo Argan Bumantara dan Amerta Geisha Sandrina Glarenth. Hubungan keduanya berawal dari cinta pandang pertama. Hingga akhirnya...
3.9K 2.2K 14
𝐙𝐞𝐧𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐢𝐛𝐮, 𝐝𝐢 𝐣𝐚𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧-�...