Rewrite The Stars

By Phinku

2.1K 307 41

"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta perta... More

Prolog
1. Bertemu Lagi
2. Dari Jendela Bus
3. Boleh Temenanan?
4. Di Bawah Pohon Flamboyan
5. Jangan Bicara
7. Matahari
8. The One, ya?
9. Pohon Harapan dan Orang Lama
10. Aku Suka Sama Shakira
11. BMKG, katanya
12. Planet Shaka
13. Tanpa Alasan
14. Pangeran Kodok
15. Jelous Nih, Ye
16. Neptunus
17. Kamera Lama
18. The Smiths
19. Dua Shakira
20. I Don't Wanna Kiss You
21. Mimpi?
22. Jeriko
23. Thank You, Shaka
24. Double Date?
25. Impian Shakira
26. Penyesalan

6. Origami Bangau

85 18 1
By Phinku

Pemandangan pertama yang Shakira dapat setelah membuka mata adalah Shaka yang tengah duduk di sampingnya sambil sibuk melipat-lipat kertas. Pergerkan Shakira yang berusaha duduk membuat Shaka beralihkan fokus.

"Shakira udah bangun? Ada yang sakit?" Shaka membantunya duduk.

Matahari tak seterik pagi dan siang, cahayanya mulai berubah ke-orange terpantul dari kaca jendela UKS. "Ini jam berapa?" Shakira balas bertanya.

"Udah mau jam lima sore, Shakira nggak papa? Pusing?"

"Jam lima?" Shakira sedikit terkejut. "Haus," ucapnya sambil menggaruk kepal, dan Shakira juga lapar.

Shaka langsung merogoh botol minum miliknya di dalam tas. "Punya Shaka, abisin aja." Shaka memberikan itu, dan langsung ditandas habis oleh Shakira. 

"Shakira kalo sakit bilang, jangan maksa. Tadi pagi Shaka udah curiga mukanya gak secerah kemarin."

"Jadi maksud lo hari ini muka gue gelap?"

"Eh?" Shaka gelagapan. "Nggak gitu maksudnya." Perempuan itu rumit.

"Lo nungguin gue dari tadi?" tanya Shakira yang dibalas anggukan oleh Shaka. 

"Bolos?" tanya Shakira, dan Shaka mengangguk diakhiri cengiran.

Sejauh ini tidak ada yang pernah memperlakukan Shakira seperti itu sebelumnya. "Lo buat apa?" Padangan Shakira beralih pada kertas di tangan Shaka.

"Oh, ini bangau. Liat." Shaka melanjutkan lipatan kertasnya. Setelaah bangau itu selesai dengan rapi, Shaka menggerakan sayapnya kemudian meletakan bangau itu di atas nakas. Ada lebih dari sepuluh bangau di sana. 

"Shaka tungguin Shakira sadar sampai bangaunya beranak banyak," kata Shaka.

Terjadi jeda beberapa detik dengan tatapan Shakira yang terus memandangi Shaka.

"Kenapa? Shakira gak suka ditungguin? Maaf kal—"

Kalimat Shaka terputus dan menggantung di udara. Ia dibuat sedikit terkejut oleh sikap Shakira yang tiba-tiba memeluknya. Tubuh Shaka mematung sejenak, menikmati desiran candu yang seperti ia rasakan saat di lampu merah tadi pagi. Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, membuat Shaka merasa terpaku dengan aliran darah yang berdesir hangat. Lamat-lamat Shaka perlahan membalas pelukan itu. Shaka mengelus halus kepala Shakira. Ada kedamaian dan rasa tenang yang sulit untuk Shaka definisikan.

Shaka belum pernah merasakan ini semua.

Shakira orang pertama yang membuat Shaka tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Shakira mau gak jadi temannya Shaka?" Suara Shaka memecah keheningan yang hanya berisikan detak jarum jam dalam UKS sore itu.

Shakira mengangguk. "Mau," sahutnya dengan kepala yang masih terbenam.

"Jadi kita temenan sekarang?"

Shakira melepas peluknya, menarik tubuhnya dengan dua sudut bibir mengukir senyum tipis, sangat tipis. "Iya, Shaka."

Menangkap ekspresi itu, Shaka tidak bisa menyembunyikan bahagianya. "YES!!" Shaka berdiri berseleberasi ria. "Akhirnya Shakira mau temenan sama Shaka!" 

Shakira tertawa kecil melihat itu. "Jangan seneng dulu, gue gak se-worth it itu buat dijadiin temen."

Shaka berhenti berseleberasi, ia kembali duduk. "Shakira adalah Shakira, aku gak peduli sisanya."

"Mau Shaka ajarin buat bangau?" Shaka menunjukan kertas di tangannya. 

"Boleh."

Shaka memberikan satu kertas untuk Shakira, mengajarinya mulai dari melipat-lipat bagian dasar, sampai bagian yang rumit sampai kertas Shakira lecek karena banyaknya kesalahan dan pengulangan.

"Shaka, jangan kasih tau nyokap gue tentang kejadian gue hari ini," kata Shakira.

***

Matahari sudah semakin berlarut ke ufuk barat, guratan senjanya terlihat indah di atas langit Bandung di jalan Asia Afrika. Shakira menikmati semilir angin sore itu sambil mengamati bangunan-bangunan di kedua sisinya dengan Shaka yang mengendarai motor dengan kecepatan sedang. 

"Seneng banget kelihatannya." Shaka mengintip gadis di belakangnya melalui spion. Shakira nyaris tersenyum sepanjang jalan.

"Sewot deh."

"Shaka, Shakira, dan senja di kota Bandung di hari ini," kata Shaka yang masih bisa Shakira dengar jelas. "Indah banget."

"Ka," panggil Shakira. 

"Iyaaa Shakiraaaa, kenapaaaa?" shautnya diakhiri tawa lucu meskipun tidak ada yang lucu. Entahlah, intinya Shaka teramat sangat bahagia hari ini.

"Laper nggak?"

Setelah pertanyaan Shakira, motor yang dikendarai Shaka berberelok, berhenti tepat di depan restoran seafood. "Makan yuk! Aku laper, Shakira suka seafood, gak?"

"That's my favorite."

"Noted." Shaka melepaskan helm Shakira.

"Lebay!" Shakira menabok lengan Shaka. "Gue bisa sendiri."

"Biarin, wleee!! Yuk!!"

Shaka membukakan pintu untuk masuk, baru selangkah Shakira dari pintu, tiba-tiba tubuhnya mematung. Tangannya mengepal kuat. Bukan karena restorannya, tetapi salah seorang di dalamnya. Untuk sekedar menelan saliva saja rasanya begitu sulit, Shakira merasa napasnya tercekat.

"Shakira? Hallo?" Shaka melambaikan tangan di depan wajah Shakira.

"Shakira?"

Tepat pandangan mereka bertemu dengan orang di dalam sana, Shakira langsung memutar arah. Langkahnya berjalan ke luar menuju parkiran. Shaka yang kebingungan lantas mengejarnya.

"Heyy, kenapa?" Shaka menahan lengannya. "Shakira gak suka restonya?"

"Pulang! Mau pulang!"

"Kamu kenapa? Shakira lapar, kan?"

Shakira sudah kehilangan nafsu makannya. "Nggak! Lo ngerti gak sih? Gue mau pulang! Kalo lo gak ngerti, gue bisa pulang sendiri!" Shakira menyentak tangan Shaka yang menahan lengannya.

"Shakira." Shaka mengejar langkah Shakira, ia kembali menahan pergelangan tangan gadis itu.

"Heyy, aku gak bakal biarin kamu pulang sendiri." Shaka langsung sigap menahannya. "Ayo aku anter pulang, rumah kita sebelahan."

Shakira memejamkan mata, napasnya memburu dengan dada yang naik turun. 

"Shaka minta maaf, ya." Shaka memperhatikannya lekat-lekat. "Ayo Shaka anter pulang." Shaka merangkul Shakira, gadis iti tidak menolak. Ia mengikuti kemana Shaka menuntunnya.

"Maaf yaa kalau ada kata-kata aku yang buat kamu tersinggung," kata Shaka memasangkan helm Shakira. "Gimana kalau diganti sama eskrim?"

Shakira diam, raut wajahnya masih tak berubah dengan aura penuh amarah.

"Kalau diem berarti 'iya'?" tanya Shaka. "Oke, berarti iya. Shaka akan mengantarkan tuan putri Shakira untuk beli eskrimmm!!"

***

Malam sudah larut, tapi Shakira masih berkutik dengan kertas origami di meja belajarnya. Sudah berapa kertas yang menggumpal menjadi bola dan berkali-kali juga video tutorial membuat bangau itu terulang. Tak membuahkan hasil, Shakira masih tidak bisa membuat bangau seperti yang Shaka ajarkan tadi saat di UKS.

"Gimana sih buat sayapnya?!" Shakira menggumpalkan origami itu, membuangnya ke sembarang arah. Ia mengambil ponsel di atas meja, lalu mengetikka nama Shaka di kontaknya.

Menghubungi Shaka hanya untuk menanyakan tentang cara membuat bangau kertas? Shakira mengiming-iming kembali idenya. Pikirannya tiba-tiba terlempar saat mereka berada di restoran tadi. Jujur, sekarang Shakira merasa tak enak dan bersalah karena sudah marah-marah pada Shaka  yang nyatanya kalau cowok itu tak tahu apa-apa dan tidak ada salah. Tapi justru Shakira malah meluapkan emosinya pada Shaka. Shaka bahkan tidak marah, malah dia yang meminta maaf dan mengajaknya beli eskrim untuk mengembalikan mood-nya. Shaka juga tetap mengoceh di sepanjang jalan seperti biasanya walaupun Shakira tak menanggapi.

Dengan cara sederhananya, Shaka selalu bisa membuat Shakira merasa lebih baik.

Dan itu membuat Shakira merasa bersalah.

"Shakaaa!!" Shakira mengacak rambutnya frustasi. "Gua jadi merasa bersalah!!"

"Tapi gue kan gak salah, dia aja yang terus gencar ada di sekitar gue." Shakira meletakan ponselnya.

"Gue gak akan chat dia!" Kedua tangannya bersedekap.

"Aaaaa! Masa bodo!" Shakira langsung menyambar ponselnya dan membuka room chat-nya dengan Shaka. Jari-jarinya mengetikan pesan di sana.

Shakira: Sorry udh marah2 tadi

Shakira melompat ke kasur dan menjauhkan ponsel itu darinya. Itu adalah risky chatt yang membuat wajah Shakira memerah dan terasa panas. Tak sampai semenit, suara notifikasi dari ponselnya membuat Shakira berteriak histeris. Ia langsung buru-buru mengambil ponselnya.

Notif dari Shaka.

"Shaka lo cowok aneh, ngeselinnn!!" Shakira langsung duduk bersila.

Shaka: Iya Shakira, gak papa kok santai aja, Shakira gak salah

Shaka: Makasih buat hari ini, indah bangettt!

Shaka: Makasih udah mau nerima pertemanan Shaka, hehe

Shaka: Boleh gak nanti kalau Shaka suka sama Shakira?

"Shaka tai! Emang tai!" Shakira melempar ponselnya di atas kasur, tiba-tiba merasa panas di gempuran dinginnya AC

Namun, aksi tantrum Shakira diinterupsi oleh ketukan pintu dengan panggilan khas dari bunda.

"Shakira.." Baiklah, bunda sudah pulang. Shakira yakin bunda pasti kecapean karena sudah beberapa hari ini orderan full. 

"Iya, bund." Shakira bangkit, membukakan pintu untuk bunda. Wajah wanita itu terlihat jelas lelahnya. Shakira merasa tidak tega kalau sudah melihat bunda kecapean begini sampai kantung matanya terlihat jelas.

"Shakira ada beliin makanan tadi buat bunda."

"Kenapa bolos check-up, sayang?" Suara bunda terdengar lelah di wajah sayunya.

Shakira hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kita udah sepakat, kan? Bunda udah izinin Shakira ikut ice skating lagi, Shakira jangan bolos minum obat sama ke dokter. Udah deal, kan?"

Shakira menampilkan cengeriannya. "Hehehe, iya bund janji gak ngulangin."

"Kamu minum obat, kan?"

Shakira terdiam sejenak. "Pasti dong, bunda." Sejujurnya Shakira bohong. Tolong demi apapun Shakira benci rutinitas membosankan yang menurutnya tak terlalu membuahkan hasil, melelahkan. Shakira tidak suka aturan ini itu, Shakira mau bebas, tapi takdir tak berpihak atas kebebasannya.

"Pinter." Bunda mengecup keningnya singkat. "Bunda ke kamar dulu, maaf ya bunda gak bisa jemput kamu. Bunda juga udah minta maaf sama Shaka karena ngerepotin dia."

"Aku tadi liat Ayah di restoran sama perempuan itu." Kalimat Shakira langsung membuat langkah bunda terhenti.

"Shakira sapa?" Wanita itu bertanya tanpa membalikan badan untuk menatap Shakira. 

Shakira menggeleng. "Ngapain juga, dia udah jahat sama bunda, udah ninggalin aku juga." 

Shakira sering berpikir dan merenungi dimana kurangnya bunda dibanding dengan selingkuhan papa yang jauh dibawah bunda. Bunda cantik, berpendidikan, cerdas, jago memasak, punya toko kue, pekerja keras, apa itu masih kurang? Sedangkan selingkuhannya hanya bermodalkan lipstik merah tebal dengan lekukan badan yang seperti ular.

"Jangan terlalu benci, dia sayang kok sama Shakira."

"Kalo sayang, kenapa ayah ninggalin aku sama bunda? Waktu aku drop di rumah sakit ayah mana? Ayah gak jenguk aku. Ayah juga gak datang di ulang tahun aku yang ke 11 waktu itu. Ayah janji mau jemput aku pulang latihan, aku nungguin sampe hujan deres yang berujung aku sakit, ayah gak pernah jenguk. Aku pengen disayang ayah tapi ayah gak mau sayang aku lagi."

"Good night, bunda." Setelah mengucapkan itu Shakira masuk ke dalam kamarnya dengan mata yang berair.

***

.

.

.

Semoga terhibur.. jangan lupa bahagia, ya! Semangat!

Continue Reading

You'll Also Like

26K 1K 20
izuku fue abandonado por no tene kosei y maltratado por su amigo bakugo cuando un dia un hombre de cabello amarillo con los ojos cerrado lo encuentra
113K 1.7K 28
It's always a good day in Columbus, Georgia! When Y/n sees M'dear's family visiting she decides to introduce herself. She finds one of them cute, but...
585K 24.7K 31
Alden Joshua Gracio. The Leader of Dankevoort ‒Geng yang dinyatakan sebagai geng paling berbahaya dan paling dihindari. Pria dengan sejuta rahasia ya...