Rewrite The Stars

By Phinku

1.2K 202 34

"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta perta... More

Prolog
1. Bertemu Lagi
2. Dari Jendela Bus
3. Boleh Temenanan?
4. Di Bawah Pohon Flamboyan
6. Origami Bangau
7. Matahari
8. The One, ya?
9. Pohon Harapan dan Orang Lama
10. Aku Suka Sama Shakira
11. BMKG, katanya
12. Planet Shaka
13. Tanpa Alasan
14. Pangeran Kodok
15. Jelous Nih, Ye

5. Jangan Bicara

60 14 5
By Phinku

Persoalan matematika di depannya membuat Shakira mengantuk. Sudah pukul 9 malam, tapi buku di atas meja belajarnya masih putih bersih. Ia menghela napas, menyandarkan punggung di sandaran kursi belajar. Tangannya mengetukan pena di atas meja, matanya beralih fokus tertuju pada selembar kertas dengan siluet seorang perempuan yang duduk di bangku di bawah pohon flamboyan merah, jarinya membentuk peace dengan ukiran senyum di bibirnya. Itu adalah gambaran Shaka tadi sore, setelah selesai cowok itu langung memberikan gambaran itu untuk Shakira. 

Terkadang Shakira kebingungan dari mana Shaka bisa muncul. Shaka itu seperti mahkluk halus, kedatangannya tiba-tiba dan tak terduga. Shaka itu sulit ditebak. Seperti kehadiran Shaka saat di koridor dalam aksi menghindarnya tadi, kehadiran Shaka dalam gendung latihan yang bertepatan dengan perasaannya yang camuh, dan ide Shaka tentang makan eskrim di tepian danau sore tadi. Semenjak perkatan Shaka di mobil saat ia ingin menjadi teman Shakira, cowok itu menjadi semakin gencar untuk merobohkan pertahanan Shakira.

Shakira menghela napas, menyimpan gambaran itu ke dalam laci belajarnya. Ia merasa suntuk, Shakira membutuhkan angin segar malam meskipun hanya sekedar berdiri di balkon kamar sambil memandangi langit malam yang tak berbintang. 

Pintu yang mengarah ke balkon kamar itu dibuka dari dalam, seketika dinginnya malam menyapa permukaan kulit. Shakira menikmati itu dengan mata yang terpejam tenang. Semakin lama dinikmati, rasa dinginnya semakin menusuk kulit. Dua menit berlalu hingga akhirnya Shakira membuka mata. Pemandangan pertama yang ia temukan adalah Shaka di seberang sana yang tengah melambai ke arahnya.

Benar kan, Shaka itu gak bisa ditebak.

Keberadaan Shaka itu gak bisa diprediksi.

Shaka itu ajaib.

"Shakairaaaa!!"

Cowok itu mengangkat kuas lukis di tangannya, melambai menggunakan benda itu. Shaka tengah duduk di bangku, ditemani lentera di atas balkon dengan sebuah kanvas lukis.

"Apaa!"

"Shakira belum tiduuurr?!!"

"Menurut lo?" Shakira memutar mata malas.

"Suaraaa Shakiraa kurang kencenggg!! Shakiraaa ngomong apaaaa?!!!"

Shakira menarik napas panjang. "BELUMMM SHAKAAA!!!" Setelah meneriakan itu Shakira sedikit berdeham-deham merasa gatal di tenggorokan, sepertinya itu terlalu keras, siapa tau suarannya tadi sampai menembus ke rumah tetangga lain.

Mendapat Respon begitu, Shaka bergaya menutup kedua telingannya sambil cecikikan kecil.

"Besok berangkat bareng yaaaa!!" kata Shaka di seberang sana.

"Jangan telat." Shakira membalas dengan suara normal

Mata Shaka membulat lucu. "Apaaa? Shakira bilang apaaa? Shaka gak dengerrrr!!"

"Shakaaa lo aneehhh!!" Setelah mengucapkan itu, Shakira masuk dan menutup pintu kamarnya.

Ia merebahkan diri ke tempat tidur dengan lengan di atas dahi, matanya memandang langit-langit kamar. Lucunya ia menciptakan seulas senyum singkat yang tak berdasar. Shakira menarik selimutnya sampai ke dagu, tubuhnya merasa kedinginan sehabis dari balkon tadi. Selain kedinginan, Shakira juga merasa mual dan kelelahan akibat aktivitas hari ini. Ia memejamkan mata berusaha untuk tidur. Namun, tiga dering notifikasi dari ponsel yang ada di samping bantal membuat matanya kembali terjaga.

Shaka: Good night! Besok berangkat sama Shaka.

Shaka: Tante dini katanya ada orderan lagi, jadi berangkat pagi lagi

Shaka: Jangan lupa baca doa, paipaii

Shaka: Shakira sendirian kan di rumah? Kalau butuh apa-apa telpon Shaka yaa, hp nya gak silent

Shakira membaca pesan itu, tanpa membalas ia letakan kembali ponselnya di samping bantal. Shakira merasa sangat dingin.

***

Hari ini Shakira kembali sarapan sendiri, mendapat note yang sama di gelas susu. Bunda sedang mendapat orderan banyak lagi. Sepulang sekolah nanti ia berniat untuk mampir ke toko kue Bunda. 

Langit hari ini bersinar cerah, tidak menangis seperti kemarin. Di depan pagar sudah ada Shaka yang sudah siap dengan motor hitam kawasaki klasik tengah melambai ke arahnya.

"Shakira sakit? Kok mukanya pucet gitu." Shaka memperhatikan seluruh inci wajah Shakira saat gadis itu sudah berada di dekatnya.

"Nggak, biasa aja."

"Tapi nggak kaya kemarin." Shaka masih menyangkal, namun Shakira tak menjawab dan langsung merebut helm yang Shaka pegang.

"Gue naik." Shakira langsung duduk di jok belakang.

Shaka merasa ada sedikit keanehan, tapi ia tidak mau terlalu menggubris, takut Shakira malah badmood dan berakhir tidak jadi bernagkat ke sekolah bersamanya. Motor itu mulai menyala, dengan Shakira di belakangnya, Shaka akan membawanya membelah jalanan Bandung pagi ini.

Seperti biasa, Shaka terus mengoceh sepanjang jalan. Mendapat respon atau tidak, Shaka akan terus berbicara random. Seperti sekarang, membicarakan novel Jack and Piggy karya J.K Rowling yang baru habis ia baca.

"Petualangannya seru, mereka pergi ke Tanah Terhilangkan buat nyari boneka kesayangan Jack, namanya Piggy. Terus, kalau sampai sang Penghilang di Tanah Terhilang datang sebelum mereka berhasil nemuin Jack, terus Tuan Terhilangkan nangkap mereka, mereka semua bakal hilang buat selama-lamanya loh."

"Aku dulu punya kucing namanya Moly, terus dia hilang nggak tau kemana. Aku udah cari sampai keliling komplek, tetap aja nihil. Jangan-jangan Moly ada di Tanah Terhilang? Shakira mau ikut gak, kita cari Moly ke tanah yang Terhilang."

"Atau Shakira punya mainan kesayangan yang ilang? Nanti Shaka temenin ke Tanah Terhilangkan buat cari mainannya."

Motor yang dikendarai Shaka berhenti di lampu merah. Shakira masih diam, namun Shaka masih bisa mengintip gadis itu lewat kaca spionnya. "Shakira liat deh helm ibu-ibu di depan, motifnya kumbang, ada tanduknya." Shaka terkekeh kecil.

Shaka hendak berusara kembali, namun hal yang tak terduga terjadi.  Shaka sangat terkejut saat tiba-tiba Shakira menyandarkan kepala di punggungnya, kedua tangan mungilnya melingkar di pinggang Shaka. Mata gadis itu terpejam dengan bibir yang sedikit pucat.

"Shakira?" 

"Hm?" Shakira berdeham, masih memejamkan mata. "Shaka jangan bicara."

Shaka menurut, setelah lampu berubah menjadi hijau ia kembali menjalankan motornya. Kali ini tidak ada pembicaraan, hanya di isi oleh suara keramianan jalan. Shaka menghabiskan perjalanannya ke sekolah dengan Shakira yang bersandar dan melingkarkan tangannya di pinggang Shaka. Angin pagi yang biasanya membuat dingin, disulap oleh Shakira menjadi rasa hangat yang nyaman untuk Shaka.

Ada desiran aneh yang baru pertama kali Shaka rasakan. 

***

Cerah sedari pagi membuat matahari pukul 9 pagi terasa lebih terik dan menyengat dari hari sebelumnya. Kelas 11 IPA 2 kebagian jam olahraga sekarang. Kumpulan murid dengan seragam olahraga itu tengah melakukan pemanasan di lapangan outdoor. Setelah pemanasan selesai, guru pria dengan kalung peluit itu datang dengan menggandeng dua bola futsal di masing-masing tangannya. 

"Itu pak Mulyo, guru olahraga kita. Perutnya emang buncit, jadi keliatan kayak bawa tiga bola basket." Alexa berbisik di telinga Shakira. 

"Body shaming lo," balas Shakira, tapi ia juga menertawai apa yang Alexa katakan barusan, benar kalau pak Mulyo perutnya buncit. Selain dua bola di tangannya, perutnya juga terlihat seperti bola.

"Kita hari ini akan bermain futsal." Pak Mulyo buka suara, mengundang misuh-misuh mulut cewek dan seruan hore kubu cowok.

"Gue mending futsal daripada senam lantai atau roll depan." Maurin bersuara yang disetujui, Alexa dan Sandra. 

"Bapak akan membagi kalian menjadi dua tim. Jadi, mau perempuan dulu atau laki-laki dulu yang main?"

Serempak kaum hawa menyeru untuk regu cowok yang main duluan. 

"Cowok aja pak!!"

"Cowokkk!!"

"Baik," sahut pak Mulyo. "Regu cewek akan main duluan." Tentu saja kalimat pak Mulyo spontan mendapat perotes tim hawa. Jelas-jelas kalau suara terbanyak meminta cowok buat main duluan.

"Ya kalo gitu ngapain nanya cit buncit," gerutu Alexa yang masih bisa didengar oleh temannya.

"Gak papa lah, daripada makin siang makin panas," sahut Shakira. "Seru kok main futsal."

"Cuman lo yang keliatan bersemangat di jam ini, Ra," balas Maurin.  

Meskipun tetap diprotes, keputusan final pak Mulyo adalah perempuan yang main duluan. Sedangkan kubu laki-laki sudah duduk manis berjejer di bangku beton yang tersedia di pinggir lapangan. Pak Mulyo membagi acak tim perempuan berdasarkan nama absen, 1 tim sebanyak 5 orang dengan tiga cadangan masing-masing untuk bergantian main. Shakira kali ini berpisah sendiri dari ketiga temannya, Maurin, Sandra dan Alexa. 

"Cewek kalo lari ada gunung yang bergetar, yah."

"Duh, lo liat deh Zea. Spek manhwa banget anjrit depan belakang bahenol."

"Sarah juga, gede njir!"

"Alexa cantik sih, cuma tepos banget kayak papan, sama kayak Shakira."

"Shakira kurus banget, kalo berisi lagi tuh sempurna banget, montok."

"Pak! Liat pak, si Ronal mesumin cewek!" Alexa yang mendengar percakapan Ronal dan Adit langsung mengadu ke pak Mulyo. 

"Apa lo, hah! Mau gue congkel mata lo berdua!" Alexa melotot ke arah Ronal dan Adit.

"Hehehe, Ronal ya, gue gak ikut-ikutan." Adit mendorong Ronal.

Ronal balas mendorong Adit. "Dih, Adit duluan."

Shakira kebagian jadi pemain awal. Di timnya, ada Jodie yang menjaga gawang. Di tim lawan, Maurin bertugas menjaga gawang. Peluit ditiup oleh pak Mulyo, permainan langsung dimulai. Bola pertama dibawa oleh tim Shakira dengan Shakira yang menjadi kapten tim.

"Heran gue, cewek kalok main bola kayak ibu-ibu antri sembako. Bolanya dikerumunin, dikejar sama semuanya. Gak ada gitu niat mau main oper operan." Ziko berkomentar.

"Women," Adit menyahut.

"Lo liat aja, kayak semut ngerumunin gula cok!"

Begitulah kalau perempuan amatiran yang bukan bakatnya disuruh bermain futsal. Semuanya hanya berfokus ke bola. Satu mengejar, semua ikutan. Berbeda dengan anak cowok yang mainnya rapi. Sekarang saja buktinya bsudah berapa kali pak Mulyo meniup peluit karena pelanggaran. Cewek mainnya sambil dorong-dorongan. 

"Shakiraaa! Semangat!!"

Shakira yang tengah menggiring bola jadi menoleh ke asal suara. Shaka di sana tengah membawa tumpukan buku melemparkan seulas senyum ke arahnya, di kedua sisinya ada tiga temannya yang asyik nyemil keripik. Akibat ulah Shaka yang mencuri fokus Shakira, Feli yang badannya lebih berisi menabraknya dari arah lawan, seketika bola itu berpindah tim. Pak Mulyo meniup peluit saat pantat Shakira mendarat sempurna di lapangan dengan kedua sikut yang ikut tergores.

Matahari di pagi itu terasa semakin menyengat bersama dengan keringat yang bercucuran. Shakira merasa telinganya berdenging.

"Lemah amat sih anak baru." Feli mengulurkan tangannya untuk Shakira. "Maaf ya, Ra, gue terlalu bersemangat mainnya hehe."

Shakira menerima uluran tangan Feli. "Hey, lo mimisan!!" Feli memekik panik.

Shakira menghela napas, mengusap hidungnya dengan punggung tangan. 

"Anak cowok tolongin dong!" Feli menyeru, membuat cowok-cowok langsung berlari ke arah Shakira.

Sebenarnya sejak kemarin sore sehabis latihan ice skating Shakira sudah merasa kelelahan dan tidak enak badan malam harinya. Shakira juga tidak minum obat, ia yakin bunda pasti akan memberikannya siraman rohani yang membuat telinganya berbuih sepulannya nanti. Hari ini juga Shakira memaksakan diri untuk sekolah, dan juga memaksa diri untuk ikut bermain futsal padahal dirinya tidak sehat. Ditambah terik matahari yang menyengat lengkap sudah dengan sakit kepala.

Sepertinya Shakira tidak mampu lagi untuk memaksa diri.  Tubuhnya langsung jatuh di atas lapangan yang panas akibat sinar matahari.

Shaka menjatuhkan tumpukan buku yang ia bawa, cowok itu langsung berlari ke tengah lapangan. "Minggir semua!" 

Suara Shaka terdengar samar-samar seperti di dalam air, Shakira masih bisa melihat wajah cemas Shaka. Suara itu semakin lama semakin teredam, lalu semuanya gelap.

***

Adegan klise di atas yang semoga menghibur di bab selanjutnya wahahaha

..

Continue Reading

You'll Also Like

Hope By yussi

Teen Fiction

3M 137K 19
[Sudah Terbit] One day, I hope you can love me. Copyright Β© 2016 By YustikaM 16/08/2016
402K 69.4K 39
❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya...
1.6M 116K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
SHALITTA By virdiari

Teen Fiction

3.5K 767 29
Sebelum baca follow akun author dulu yuk❀ Terimakasih ------------------------------------------- "Ma, HP Litta rusak. Boleh beli HP baru kan?" "Bol...