(S)He's Mine

Від oikaquinas

362K 18.8K 1.5K

Більше

My Guardian Angel
He's Back
Our Story (1)
Our Story (2)
Fight With Aquinas
Aquinas is Real
The Trouble Maker
I Miss You, Raya
I Know I'm Not The Only One
I CAn't do this anymoRE
Ready To Let You Go
It's Over
Don't Leave Me (Kyuhyun POV)
Punishment
He's Mine!
Oika blablablabla...
I Love You Too~
She's Mine
MINE (End)

It's All About Me!

14.4K 867 44
Від oikaquinas

HELLOOOOOWW~~~

ini udah buka puasa kan ya? kalo kalian buka FF ini saat masih puasa, mending di skip saja dan nanti baca kalau udah buka! hahahaha...

Maaf jika tidak terlalu panjang, maaf utk TYPO, maaf utk NC yang nanggung... wkwkwkwkwk

18+

AUTHOR POV

Jira menyeruakan wajahnya pada leher Kyuhyun saat merasakan matanya semakin memberat dan menuntut untuk beristirahat. Rasa kantuknya semakin menjadi-jadi saat tangan Kyuhyun bergerak naik-turun di punggung telanjangnya, menciptakan rasa nyaman yang nyaris menyedot seluruh kesadarannya hingga suara Kyuhyun kembali membuatnya terjaga.

"Maaf untuk perkataanku saat di ruang makan." Ucap Kyuhyun lirih "aku tidak bermaksud seperti itu."

Jira menutup matanya rapat-rapat, enggan mendengar ucapan Kyuhyun. Tidak sadarkah dia bahwa semua penjelasan yang diutarakannya justru menyatakan bahwa pria itu masih mencintai Junhyun? Sesuatu yang dikatakan secara tidak sadar biasanya merupakan sebuah kebenaran.

"Raya~" Kyuhyun menyentuh rambut panjang gadis yang saat ini sedang terbaring di atas tubuhnya.

Ia tahu bahwa tidak benar membicarakan hal ini di saat dirinya dan Jira masih dalam keadaan seperti ini. Bahkan kejantanannya yang berada di bawah sana masih terbenam di dalam milik gadis itu, tapi rasa bersalah dalam hatinya benar-benar mengganggunya. Dan ia ingin terbebas dari perasaan yang menyiksanya itu.

"Aku tahu kau belum tidur. Ku mohon katakan sesuatu."

Jira membuka matanya perlahan, meletakan kedua tangannya di dada Kyuhyun untuk menopang tubuhnya. Ia menjauhkan tubuhnya dan menatap tepat di manic mata Kyuhyun.

"Aku tidak ingin membahas hal itu, Kyu."

Jira tersenyum tipis dan mengecup sekilas bibir Kyuhyun sebelum akhirnya ia menegakan tubuhnya, membuat Kyuhyun yang berada di bawahnya mengeram tertahan karena pergerakan Jira tersebut membuat kejantanan pria itu masuk semakin dalam ke tubuh Jira.

"Raya~ kau mau... aaaahhh~ shit!"

Jira tetawa kecil mendengar umpatan Kyuhyun karena ia beranjak dari tubuh pria itu dengan gerakan cepat, membuat tubuh mereka sedikit bergesekan dan menciptakan sensasi kenikmatan yang benar-benar jauh dari kata kepuasan.

"Kau mau ke mana???" ucap Kyuhyun melanjutkan kalimatnya yang terputus tadi. Matanya nyalang melihat gadis itu yang dengan cueknya berkeliaran di depannya tanpa benang sehelaipun di tubuh gadis itu. Membuat sesuatu di bawah sana berdenyut dan mulai terusik "kembali ke sini!"

"Tidak mau. Aku ingin mandi dan kali ini kau tidak boleh menggangguku, Kyu."

"Kau berniat membalas dendam padaku dengan membangunkannya dan meninggalkannya dalam keadaan tegang seperti ini?" gerutu Kyuhyun sambil melirik pada tubuh bagian bawahnya. "kembali ke sini kataku!" ucap Kyuhyun mulai kesal melihat Jira sudah melangkah menuju kamar mandi.

Jira memutar tubuhnya menghadap Kyuhyun dan tersenyum polos melihat bahwa sesuatu ditubuh pria itu terlihat mulai terjaga dan menggoda dirinya untuk kembali ke dalam pelukan pria seksi itu.

Tapi tidak. Jira sedang merasa sakit hati pada Kyuhyun. Pria itu secara tidak langsung telah menyakiti dirinya dan Aquinas, jadi tidak masalah jika ia ingin balas dendam pada Kyuhyun.

"Well, kau masih memiliki tangan untuk dapat membuatnya rileks."

"Apa??!!! Kau tahu aku tidak sudi melakukan hal itu... RAYA!!!" pekik Kyuhyun dengan suara menggema di ruangan kamar Jira. Ia mengeram kesal melihat Jira kembali masuk ke dalam kamar mandi dan mengabaikan dirinya dengan penderitaan yang diciptakan oleh gadis itu.

Langkah Jira terhenti saat mendapati Kyuhyun masih berada di atas ranjangnya setelah nyaris setengah jam gadis itu membersihkan diri di dalam kamar mandi.

"Kau masih di sini?" Tanya Jira berusaha mengacuhkan pemandangan menggiurkan yang terpampang di depan matanya. Kyuhyun bersandar di kepala ranjang dengan dada dan perut yang terekspos, sementara bagian bawahnya tertutupi oleh selimut. "apa kau mengikuti saranku?"

Kyuhyun mendengus mendengar nada geli terselip pada ucapan terakhir Jira. Mata pria itu liar menatap tubuh Jira yang terbalut bathrobe yang sebenarnya tidak mampu menutupi lekukan tubuh gadis itu.

Ia jelas menolak saran yang diberikan oleh Jira beberapa saat yang lalu. Yang benar saja, mengapa ia harus bercinta dengan tangannya sendiri jika gadis yang diinginkannya ada di depannya??

"Jangan main-main denganku, Raya." Suara serak dan sarat akan penderitaan tidak bisa dicegah oleh Kyuhyun saat mengatakan hal itu. Ya, benar. Ia merasa sangat tersiksa dengan hasratnya sendiri. Benar-benar sialan.

Jira menggerakan bahunya tidak peduli dan membuka lemarinya. Meraih sebuah dress dan dalaman untuk dikenakannya. Tannpa ada rasa risih, gadis itu membuka bathrobenya dan mengenakan pakaiannya di depan Kyuhyun.

Diam-diam menyeringai karena beberapa kali Kyuhyun mengumpat di belakangnya. Oh, dia sangat suka melihat pria itu tersiksa.

"Kau mau ke mana sebenarnya, Raya? Kenapa kau mengenakan dress?" Kyuhyun akhirnya menyerah untuk memaksa Jira. Sepertinya ia memang akan bercinta dengan tangannya kali ini.

"Aku memiliki janji dengan seseorang." Jira mengumpulkan rambut panjangnya, menariknya ke atas dan mengikatnya dengan asal-asalan, membuat beberapa helaian halus dari rambutnya terlihat mencuat ke luar. Berantakan, namun ia tidak peduli.

"Pria atau wanita?"

"Pria." Jawab Jira cepat, tanpa berpikir, tanpa peduli bahwa Kyuhyun-lah yang melontarkan pertanyaan tersebut. Pria yang saat mendengar jawaban Jira merubah tatapan bernafsunya menjadi dingin dan tajam dalam hitungan sepersekian detik.

"Siapa?"

"Street Monster?" ucap Jira dengan dahi mengernyit. "entahlah, aku lupa nama lengkapnya. Dia bilang bahwa dia mengenal-ku, ehmm... aku rasa yang dia maksud adalah Aquinas, karena dia memanggilku dengan nama itu."

"Jangan menemuinya." Kyuhyun bangkit dari ranjang. Berjalan ke arah Jira yang masih sibuk merapikan penampilannya di depan maja rias. "dia mengincar tubuh-mu, Raya."

"Dan aku tidak akan memberikan tubuhku padanya," Jawab Jira dengan menatap Kyuhyun melalui pantulan kaca. Menelan ludah dengan susah payah melihat tubuh polos Kyuhyun yang sangat mengundang sisi liar dalam dirinya, padahal pria itu sudah mengenakan boxer, tapi tetap saja tonjolan ditengah paha pria itu tercetak dengan jelas di sana.

Kyuhyun menghela nafas dan menarik tubuh Jira dalam pelukannya, menyeruakan wajahnya di leher gadis itu, menghirup dengan rakus bau harum gadis itu yang memabukannya.

"Tidak boleh."

"Kenapa? Apa dia sangat tampan? Atau dia pernah menjadi pasangan one night stand Aquinas? Well, jika yang terakhir jawabannya mungkin aku akan sedikit bernostalgia dengannya... Kyu!!"

Jira memekik saat Kyuhyun menggigit gemas kulit lehernya hingga terasa sedikit perih. Kyuhyun mendongak dan menatap Jira tajam dari kaca besar dihadapan mereka.

"Cukup balas dendamnya. Aku hanya melakukan satu kesalahan yang tidak disengaja, tapi kau membalasku sebanyak ini," Kyuhyun meletakan dagunya di pundak gadis itu. Ia tahu bahwa Jira sedang berusaha membuatnya marah. Dan jujur saja, saat ini dia memang sudah terpancing dengan umpan yang dilemparkan oleh Jira. "turuti perkataanku dan jangan mencoba untuk membantah, Raya."

Jira mengerjap dan terdiam untuk sesaat. Dirinya dan Kyuhyun masih saling berpandangan dari pantulan kaca rias hingga beberapa detik berlalu dan akhirnya Jira menyerah.

"Apa ini yang kau lakukan pada Aquinas? Membentaknya? Menggunakan nada dingin saat bicara dengannya? Memberikannya perintah? Seperti inikah?" Jira berbalik dan membingkai wajah Kyuhyun yang terlihat menegang.

Ada rasa perih seakan hatinya teriris mendengar penuturan dari Jira. Kyuhyun seakan baru saja tersadar akan sikap kasarnya saat bersama Aquinas. Apakah sikapnya sudah keterlaluan pada alter ego Jira itu? bahkan sikapnya beberapa saat lalu pada Jira tidak ada apa-apanya dibandingkan sikap kasarnya pada Aquinas.

"Tidak," gumam Kyuhyun tanpa berani menatap mata Jira. Ada rasa sesak dalam dadanya jika melihat wajah Jira yang jelas akan mengingatkannya juga pada sosok Aquinas. "yang tadi bahkan tidak bisa dibandingkan dengan sikap kasar-ku padanya."

"Kau benar-benar menyakitinya jika sperti itu."

"Ya. Aku rasa juga seperti itu."

Jira mengangguk seakan mencoba mengerti posisi Kyuhyun. Menghadapi sikap Aquinas memang perlu kesabaran yang ekstra. Meski Kyuhyun akhirnya lepas kendali terhadap gadis itu, tapi sejauh ini Kyuhyun-lah orang yang selalu bertahan untuk tetap berada di samping Aquinas di saat semua orang menunjuknya sebagai seseorang yang patut untuk dibenci.

"Aku ingin kau berpikir tentang semua sikapmu padanya, Kyu. Biar bagaimanapun dia adalah bagian dari hidupku. Menyakitinya sama saja dengan kau menyakitiku."

"Aku tahu." Suara Kyuhyun terdengar sangat lirih. Jelas pria itu merasa sangat amat bersalah saat ini.

"Baiklah. Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir."

Jira mengalihkan pandangan matanya pada kunci mobilnya yang berada di atas meja. Tangannya sudah terulur untuk meraih kunci tersebut saat Kyuhyun dengan tiba-tiba sudah lebih dulu mengambil kunci mobil Jira.

"Jangan coba-coba untuk mengendalikan keadaan, Raya. Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sedang berusaha untuk mengalihkan pikiranku agar kau dapat pergi dan menemui pria brengsek itu??"

Kyuhyun melototkan matanya dengan ganas pada Jira, membuat gadis itu meringis dan berdecak kesal.

"Kau menyebalkan!!!" teriak Jira dan berjalan ke luar dengan menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

"Mau ke mana kau????"

"KE SELENGKANGANMU!!!" jawab Jira geram yang membuat Kyuhyun menganga, terlebih lagi dia dapat mendengar gelak tawa Seohee sesaat sebelum pintu kamar Jira tertutup dengan suara gebrakan yang memekakan telinga.

"Kenapa dia jadi seperti Aquinas??" gerutu Kyuhyun sambil memijat pelipisnya yang terasa menegang. Tanpa sengaja matanya melirik ke arah bawah dan umpatan kembali terucap dari mulutnya menyadari bahwa sesuatu di bawah sana masih setia menunggu pelepasan. "damn you, Raya"

~oOo~

Jira menaikkan salah satu alisnya melihat senyum kecut kakeknya yang tiba-tiba datang ke Rumah Sakit dan memintanya untuk bertemu. Tapi bukan hal itu yang membuat Jira heran, melainkan sosok seorang pria tampan berdarah Eropa yang cukup dikenalinya juga berada di ruangannya, duduk bersama dengan kakeknya.

"Ada apa ini? kenapa Dokter Dyllan berada di sini? Jika Grandpa ada keperluan dengan beliau, aku akan menunggu hingga kalian selesai saja."

Jira berbalik dan hendak pergi saat suara berat yang menenangkannya mencegah langkah kakinya.

"Jira-ya. Duduklah, sayang. Ada yang ingin Grandpa bicarakan denganmu."

Dengan tatapan menilai, Jira akhirnya mengikuti permintaan kakeknya itu. Ia memilih duduk berhadapan dengan kedua pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang membuat Jira merasa risih.

"Mengapa aku berpikir bahwa kehadiran Dokter Dyllan di sini ada hubungannya dengan-ku?" ucap Jira jujur. Enggan untuk menutupi kecurigaannya pada kedua lelaki itu. Ia menatap lurus ke arah kakeknya, seakan menuntut jawaban dari pria tua itu.

"Aquinas membuat banyak masalah, sayang."

"Aku tahu itu, Grandpa. Bukankah dia memang selalu membuat masalah? Kenapa sekarang kalian baru berkomentar tentang hal itu?"

Jira menatap kakeknya dengan tatapan lelah. Merasa mulai kesal karena beberapa hari ini terlalu banyak orang-orang yang menyudutkan Aquinas, dan Jira sama sekali tidak menyukai hal itu.

"Tahukah kau bahwa dia melukai Nara?"

"Aku tahu. Tapi wanita itu memang pantas mendapatkannya." Ucap Jira dengan nada terkesan tidak peduli.

"Dia membuat para pengawal juga terluka."

"Well, mereka pasti melakukan sesuatu yang membuat Aquinas marah." Jira masih berusaha bersikap tenang, meski jujur ia cukup terkejut dengan fakta yang satu ini. Para pengawal seharusnya tidak disentuh oleh Aquinas.

Jira tersenyum tipis melihat kakeknya menghela nafas frustasi. Dia akan menang kali ini. Dalam soal keberanian dan keangkuhan, Aquinas adalah yang terhebat. Tapi jika bicara tentang perdebatan dan keegoisan, jelas Jira jauh unggul dari alter egonya.

Meski dengan cara yang tenang, gadis itu pasti akan selalu mendapatkan keinginannya. Siapapun akan bertekuk lutut di bawah kakinya, kecuali Cho Kyuhyun. Khusus untuk pria satu itu, entah Jira atau Aquinas, keduannya akan tetap bisa dikendalikan oleh Kyuhyun.

"Aku rasa apa yang akan aku katakan ini, kau belum mengetahuinya, Dokter Choi." Jira mengalihkan tatapan matanya pada Dyllan. Pria itu tersenyum dengan tatapan penuh penilaian. "Apakah kau tahu bahwa Aquinas nyaris membuat Cho Kyuhyun terbunuh?"

Tubuh Jira menegang kaku di tempatnya. Matanya sontak menjadi tajam, membuat kakeknya segera menegakan tubuhnya.

"Tenang saja, Tuan Choi. Dia masih Choi Jira." gumam Dyllan yang menyadari bahwa atasannya berpikir bahwa Aquinas telah mengambil alih tubuh Jira.

"Aquinas tidak akan melakukan hal itu." desis Jira dingin.

"Ya. Kau benar, Aquinas memang tidak akan melakukan hal itu," Dyllan memiringkan kepalanya, masih nyaman beradu mata dengan Jira. "dia tidak akan pernah melakuka hal itu, tapi dia akan menjadi pemicunya."

Jira mengernyit. Tidak mengerti dengan perkataan Dyllan.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Dokter Dyllan? Langsung saja, tidak perlu berputar-putar."

"Pertama, Kyuhyun pernah mencari Aquinas dalam keadaan sakit. Dan kau tahu? Dia nyaris kecelakaan saat itu karena memaksakan dirinya untuk menyetir. Kedua, Aquinas berada di pergaulan yang jauh berbeda denganmu. Dengan pergaulannya yang dipenuhi oleh begitu banyak orang-orang penting dan berbahaya, membuat Kyuhyun harus rela bermasalah dengan mereka, membuat orang-orang itu menempatkan nama Kyuhyun dalam daftar orang yang harus mereka singkirkan."

Dyllan memberi jeda sesaat agar Jira dapat meresapi maksud dari perkataannya. Kedua tangan pria itu disilngkan di depan dada dan menatap Jira dengan serius.

"Bukan hanya diri Kyuhyun yang saat ini menjadi sasaran mereka, tapi juga perusahaan Cho Corp. Dan semua itu karena Aquinas. Dia yang membuat Kyuhyun berurusan dengan mereka dan...."

Ucapan Dyllan terhenti karena Jira tertawa geli entah karena apa, membuat pria blasteran itu salimg bertatapan dengan kakek Jira.

"Jangan mengada-ada, Dokter Dyllan," Jira tersenyum manis, namun tatapan matanya sarat akan peringatan. "pertama, Kyuhyun sangat ahli dalam menyetir, jadi dia tidak akan dengan bodohnya mencelakai dirinya sendiri. Kedua, aku tidak yakin bahwa orang-orang itu dapat menyentuh Kyuhyun seujung kukupun apa lagi mengusik keberhasilan Chp Corp. Dan yang ketiga dan paling penting adalah..."

Jira memajukan tubuhnya, menatap secara bergantian pada kedua pria yang dihormatinya itu dengan tatapan tajam.

"aku tidak tahu apa yang kalian berdua rencanakan, tapi aku pikir kalian hanya akan membuang tenaga, waktu dan pikiran kalian secara percuma hanya untuk membuatku membenci Aquinas. Kuperingatkan pada kalian, sampai kapanpun Aquinas akan tetap ada entah kalian suka atau tidak dengan hal itu,"

Jira mengangkat tangannya ke arah Kakeknya saat pria tua itu hendak membuka mulutnya. Ia tahu bahwa tindakannya ini lancang dan tidak beretika, apa lagi saat ini dia sedang berhadapan dengan pria yang paling dihormatinya di muka bumi. Tapi dirinya sudah tidak tahan dengan segala pandangan miring orang-orang terdekatnya tentang Aquinas.

"Jangan pernah berpikir untuk membunuh kharakter Aquinas. Karena saat Aquinas terbunuh, itu artinya kalian juga harus bersiap untuk kehilangan Choi Jira," Jira bangkit dari duduknya, sedikit merapikan jas putih bersihnya.

"Maaf jika aku terlalu lancang, tapi kumohon jangan mencoba melakukannya. Itu peringatanku untukmu, Dokter Dyllan. Aku tahu kau sorang Psikiater yang hebat, tapi aku tidak memerlukan pertolonganmu. Dan Grandpa," Jira beralih menatap Kakeknya dengan lembut. "jika Aquinas membuatmu tidak nyaman, aku akan segera pindah dari rumah utama."

"Tidak, Jira-ya. Bukan seperti itu maksudku. Tolong mengerti." Pria itu segera berdiri dari duduknya dan menarik Jira ke dalam pelukannya. Sama sekali menolak mentah-mentah keinginan Jira itu. "baiklah. Aku tidak akan membahas hal ini lagi. Kita anggap saja pembicaraan ini tidak pernah terjadi."

"Ya. Lebih baik seperti itu, Grandpa." Gumam Jira dengan tatapan yang mengarah pada Dyllan yang dengan berani dibalas oleh pria itu tanpa ada rasa takut sedikitpun. "kalau begitu aku harus kembali bekerja."

"Ya. Kembalilah, sayang."

Jira menundukan sedikit kepalanya dan bergegas pergi dari tempat itu. meninggalkan kedua pria yang masih terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Pernahkah terbesit dikepalamu bahwa Choi Jira jauh lebih berbahaya dari Aquinas Constantin, Presdir?" gumam Dyllan dengan mata menerawang.

"Bagaimana bisa hal itu terjadi? Jelas Aquinas lebih berbahaya karena dia adalah alter ego dari Jira."

"Ya kau benar, tapi jangan lupa bahwa Jira-lah yang menciptakan kharakter menakutkan itu."

"Ucapanmu membuatku bingung, Dyllan."

Dyllan mendongak dan tersenyum menenangkan ke arah atasannya. "tidak perlu dipikirkan. Aku yakin Jira tidak akan melakukan hal itu, karena rasa sayangnya terhadap kalian jauh lebih besar dari rasa marah dan traumanya karena kematian kedua orangtuanya dan permusuhannya dengan para sepupunya itu."

~oOo~

TBC

Продовжити читання

Вам також сподобається

November (COMPLETED) Від Arunika

Підліткова література

4.3K 1.9K 25
Kubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku...
104K 9K 38
[ONLY 30 CHAPTERS LEFT] Cho Kyuhyun, pria sederhana yang baik dan penyayang. Mahasiswa yang mendapatkan beasiswa kerena kepintarannya itu, untuk pert...
369K 25.8K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
5K 225 28
NB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Bagi seorang yang menempatkan keluarga dalam prioritas utama, apa yang terjad...