ERLANGGA | END

By pawssieshc

3.4M 103K 1.1K

FOLLOW DULU BARU SECROL ! Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo... More

01. Pertemuan Pertama
02. Pulang Bareng
03. Daren Alpheus Zorion
04. Bohong?
05. Keributan
06. From Someone
07. Wedding
08. Awal yang Baru
09. Nonton Bareng
10. Satu Atap
11. Masuk Tim
12. 5 Menit Cukup?
13. Peliharaan Baru
14. Ungkapan
15. Turnamen
16. Kepergok!
17. Omah Sarah
18. Pindah
19. Perasaan
20. Jebakan
21. Milik Sepenuhnya!
22. Kepergian
23. Sendiri
24. Hari Berikutnya
25. Menang or Kalah?
26. Berita Buruk
27. Siapa Salah
28. Kembali
29. Belum Membaik
30. Muak
31. Rumah Sakit
32. Terpaksa
33. Masih peduli?
34. Kenyataan
35. Berduka
36. Pemakaman
37. Tiba Saatnya
38. Kesedihan
39. Ujian
40. Pisah Rumah
41. Cek up
42. Study Tour
43. Truth or Dare
44. Pantai
45. Papa Muda
46. Aku Kamu Nih?
47. Bersama Mereka
48. Pulang
49. Bukti
50. Takut Kehilangan
52. Pengakuan
53. Kelulusan
54. Marah
55. Anin Birthday's
56. Rese
57. Sate Ayam
58. Kebohongan
59. Yang Katanya Rumah
60. Insiden
61. Akhir dari Kisah
62. Bucin
63. Dubai
64. Welcome baby! [END]
ANNOUNCEMENT
OPEN PO!!
CERITA BARU

51. Gak Terima?

38.1K 1.2K 17
By pawssieshc

"Mau makan apa? Gue pesenin nih."

Agres duduk di tepi kasur milik Anin sembari mengatak atik handphonenya, masih dengan seragam dokter yang terpasang di tubuhnya, pulang dari rumah sakit Agres langsung ke kamar Anin, jadi tidak sempat ganti baju.

"Lagi enggak mood makan, Res. Gue mau tidur aja." Anin menarik selimutnya sampai dada.

Kepulangan Erlan membuat Anin merasa kesepian lagi, dimana dirinya lebih membutuhkan sosok suaminya itu di setiap harinya.

"Udah gue pesenin nasi padang, sebentar lagi nyampe!"

Anin berdecak. "Gue belum bisa makan nasi, Res. Gimana sih! Yang ada di muntahin lagi!"

Di usia kehamilannya yang masih muda ini perutnya masih kesulitan menerima nasi apalagi makanan yang berat berat, di paksakan pun tidak enak, ujung ujungnya di keluarkan lagi.

"Dikit dikit aja Nin, nggak papa. Biar terbiasa, ponakan gue perlu asupan yang banyak biar sehat!"

Anin menghela napas kecil, menaruh tangan kirinya di atas perut. "Maunya di suapin kak Erlan."

"Nanti gue suruh laki lo balik lagi ke sini buat suapin lo, ya? Biar lo bisa makan."

"Jangan." Anin menjeda. "Kak Erlan harus fokus selesain masalahnya dulu sama Syela! Gue mau semuanya selesai Res, biar hidup gue bisa tenang! Gue cape kalo harus kepikiran terus."

"Hm, gue ngerti, tapi seenggaknya lo bisa makan sendiri tanpa dia, Nin. Lo harus jauh lebih sehat! Jangan sakit sakitan lagi! Dokter Nay bilang lo itu lemah, makanya harus banyak makan makanan yang bergizi demi keselamatan kalian berdua!"

Anin mengangguk paham, meskipun dirasa susah tapi harus tetap di jalanin.

°°°°

Di lain sisi, Erlan meremas kepalanya yang sangat pusing mendengarkan ceramahan Papanya yang tak kunjung usai.

Disana ada Syela bersama Papanya juga. Pesta pernikahan sudah ada di depan mata, terlihat delapan puluh persen hampir selesai di rencanakan. Dimana permintaan Syela yang di luar nalar mempercepat tanggal pernikahan. Bagaimana tidak stress? Surat undangan sudah selesai di cetak dan tinggal di sebar.

Memang gila.

"Minggu ini Papa mau kamu ada di rumah terus sama Syela sampai hari H tiba! Jangan kemana mana!"

Sementara Syela tersenyum dan memeluknya. "Aku seneng banget Lan kita mau nikah."

"Jauh jauh lo dari gue!" ketus Erlan dengan suara tinggi.

"Kamu kok gitu sih? Aku ini calon istri kamu, Lan. Kamu harus bersikap baik sama aku." Syela mencebikkan bibirnya kesal.

"Bacot!"

"Kurang lebih ada tiga ribu undangan, kalian tidak keberatan kan?" tanya Arhan.

Erlan mengeram emosi, tidak terima, kenapa pernikahannya sama Anin tidak mengundang orang sebanyak itu?

"Jelas enggak lah om, justru Syela seneng banget kalo pernikahan kita di saksikan sama banyak orang!" antusiasnya.

"Pede amat lo mau nikah sama gue!"

Syela mengangkat bahunya acuh tak peduli atas balasan Erlan barusan, yang ia sadari sekarang, bisa mendapatkan Erlan kembali ke dalam genggamannya tanpa susah payah lagi.

"Mama yakin kok, kalo itu bukan anak kamu, Lan." Resha mengusap rambut putranya dengan sayang.

Erlan tersenyum tipis, tekadnya semakin kuat untuk membenarkan semua masalah yang terjadi.

Di sana Arhan terus saja membahas soal pernikahannya sama Syela yang bahkan tidak ia dengarkan sekalipun.

"Erlan mau nunjukin sesuatu sama kalian semua." Erlan angkat biacara memotong ucapan Papanya, kemudian meminta sahabat sahabatnya untuk masuk ke ruangan yang sekarang di tempati sebagai tempat meeting.

"Permisi om, tan, semuanya."

Devan, Faldo, dan Mahen masuk membawa laptop dan proyektor, membuat semuanya bingung.

"Ada apa ini? Kalian berani sekali masuk tanpa se-izin saya!" tegur Arhan.

"Udah di izinin sama Erlan om, dia yang minta kami masuk, jadi sama aja kan? Rumah om rumah anak om juga," jawab Devan dengan entengnya.

"Ada apa ini Erlan!" Arhan beralih menatap putranya.

"Papa liat aja." Erlan menyadarkan punggungnya pada sofa sambil bersidekap dada, bersiap menerima kebenaran.

Menayangkan salah satu flashdisk yang terpasang di laptop ke layar putih besar hingga video itu terlihat oleh semua orang.

Syela membulatkan matanya tidak percaya, di dalam video itu ada dirinya bersama Shiena dan Diva, terlebih lagi laki laki yang tiba tiba menggodanya.

"Eitss! Lo mau ngapain!" Devan menahan Syela yang hendak mencabut paksa flashdisk dari laptop itu.

"Itu gak bener! Itu pasti editan kan?!" tuduhnya.

"Ya lo liat aja sendiri, siapa yang salah, siapa yang benar disini," balas Devan.

Melihat papa, tante Resha dan om Arhan yang begitu fokus melihat tayangan video cctv tersebut Syela jadi merasa takut, nyawanya terancam saat ini juga.

Prok! Prok! Prok!

Erlan bertepuk tangan dengan puas."Udah jelas kan? Siapa yang salah disini?"

Dan Ander tampak kecewa kepada Syela. "Syela! Apa benar seperti itu kejadiannya? Dan bukan Erlan yang salah! Tapi laki laki lain? Iya?!"

"A-aku gak tau, Pa! Udah jelas jelas Erlan kok yang ngelakuin itu! Papa gak bisa percaya gitu aja dong sama video gak jelas yang di tunjukin sama mereka! Itu pasti settingan! Percaya deh sama aku!"

"Tan! Om!" Syela menatap penuh kekhawatiran pada Resha dan Arhan. "Jangan percaya! Aku mohon! Itu pasti settingan! Erlan cuma mau lari dari tanggung jawab! Makanya bikin video kayak gitu!"

Resha yang sudah malas menanggapi pun menjawab. "Saya lebih percaya anak saya maling motor orang daripada percaya menghamili kamu, Syela!"

"Setelah melihat video ini saya jadi sadar, lebih baik saya kehilangan lima pulug persen keuntungan perusahaan daripada harus percaya sama orang yang sudah memfitnah anak saya!" ucap Arhan.

Syela menggeleng. "Enggak! Jangan kayak gini om! Tan! Aku harus tetap nikah sama Erlan kan? Iya kan? Erlan harus tanggung jawab atas anak ini! Aku gak mau besarin anak ini kalo bukan Erlan yang tanggung jawab! Pliiss!"

"Ya lo miikirlah anjir! Mana mau Erlan tanggung jawab kalo anak itu aja bukan anak dia!" tambah Devan.

"Papa benar benar kecewa sama kamu, Syela! Papa malu punya anak kayak kamu! Papa malu sama om Arhan dan tante Resha! Papa malu Syela!"

"No! Papa jangan kayak gini pah! Papa sendiri kan yang mau Syela nikah sama Erlan? Iya kan? Seharusnya Papa bisa meyankinkan semuanya Pa!"

"Iya Syela! Papa memang ingin melihat kamu sama Erlan nikah! Tapi tidak seperti ini caranya! Papa pikir anak itu memang anak Erlan! Makanya papa mewanti wanti sekali pernikahan ini terjadi! Tapi ternyata semuanya salah! Papa salah meng-iyakan keinginan kamu yang mau dekat lagi sama Erlan dan malah berakhir gini!"

Syela semakin di buat bingung harus berbuat apa, satu satunya harapan harus sirna, anak ini nyatanya bukan anak dari laki laki yang di idam idamkannya. "Mau gimana pun juga aku mau pernikahan ini tetap terjadi, Pa! Kalo enggak! Biar aku yang bunuh diri! Supaya Erlan sadar! Kalo cinta aku gak main main buat dia!"

Brak!

Erlan menggebrak meja."Lo apa apaan hah? Dengan lo bunuh diri lo mau bikin gue bersalah lagi? Iya!?"

Ikut tersulut emosi, dengan air mata yang mengalir Syela berani menghadapi Erlan. "IYA LAN! IYA! AKU MAU KAMU MERASA BERSALAH KALO AKU MATI! AKU GAK RELA KALO ANIN BISA HIDUP BAHAGIA SAMA KAMU! KALO PUN AKU MATI DAN KAMU DI PENJARA! AKU BISA PASTIKAN KALO ANIN GAK AKAN BISA BESARIN ANAKNYA BARENG KAMU!"

"Anak?" tanya Arhan.

Sial. Syela ceroboh, merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia tidak bicara kalo Anin sedang hamil, bisa bisa semua berada di pihak Anin.

"Anin lagi hamil, Lan?" tanya Resha.

"Iya, Ma! Anin lagi hamil dan dia baru bilang. Selama ini Anin selalu menyembunyikan semuanya dari kita, Ma! Dan itu karena, Syela! Gara gara dia tau Syela hamil anak Erlan, Anin jadi gak mau terbuka sama kita!" jelasnya.

"Ya ampun Anin..... kasihan sekali kamu nak." Resha menyentuh dadanya merasa sakit.

"Jadi siapa ayah dari anak yang kamu kandung itu, Syela?" tanya Ander.

"Raksan om, dia yang selama ini suka istri saya, dia ngelakuin itu karena mau membuat rumah tangga saya hancur!"

Ander memijat kepalanya pusing."Saya bingung Lan, saya harus gimana?"

"Bawa anak kamu jauh jauh dari sini, Der! Saya sudah kecewa sama Syela! Saya ikhlas kalo harus kehilangan keuntungan perusahaan dari kamu! Saya rela Der! Saya cuma mau kebahagian anak dan mantu saya kembali kaya dulu lagi!"

"Om..... Aku mohon.... Aku masih mau disini... aku mau sama Erlan terus om...." Syela bersimpuh di kaki Arhan.

"Tidak Syela! Saya terlanjur kecewa sama kamu! Saya sudah salah menganggap kamu orang baik selama ini! Nyatanya kehadiran kamu berpengaruh buruk pada rumah tangga anak saya! Seharusnya kamu yang pergi dari hidup anak saya! Bukan Anin!"

Ander meminta Syela untuk berdiri. "Jangan kaya gini, kamu masih punya harga diri Syela!"

"Enggak, Pa! Aku mau bujuk om Arhan! Aku masih mau nikah sama Erlan!" Syela tetap pada pendiriannya.

"Sudah jelas bukan Erlan yang ngelakuin itu, Syela! Kamu harus sadar! Cari laki laki yang sudah tega berbuat tapi tidak bertanggungjawab itu! Akan Papa cari sampai dapat! Tapi kamu harus relain Erlan! Dia masih punya Anin! Erlan lebih layak jadi milik Anin! Bukan kamu!"

"ENGGAK PA! ENGGAK! AKU MAU NYA ERLAN PA! ERLAN HARUS JADI MILIK AKU ARGHHH!" Syela mengacak rambutnya prustasi seperti orang gila.

"Menurut gue sih ini jiwa nya udah kena," monolog Faldo.

"Biar gue telpon rumah sakit jiwa deh." Mahen membuka handphonenya, menelpon rumah sakit yang layak untuk Syela tempati.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 50.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.8M 97.7K 56
Kayra gadis biasa yang serba berkecukupan mati tertabrak truk karna ia keasikan bermain hp saat menyebrang jalan. Tapi, alih alih memasuki surga ata...
2.5M 123K 63
[ Perjodohan-Fiksi Remaja-Romantis ] Alaska Regan Alexander. Seorang laki-laki tampan yang memiliki wajah datar dan sifat dingin, harus menerima keny...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 118K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...