Stockholm Syndrome

By Yiboochin

5.4K 820 112

Xiao Zhan, seorang model yang kariernya sedang naik daun, tak sengaja bertemu dengan Wang Yibo. Pertemuan itu... More

INTRO STOCKHOLM SYNDROME
BAB 01. KEPULANGAN TUAN MUDA WANG
BAB 03. MENJADI SEORANG TEMAN
BAB 04. STALKER 1
BAB 05. STALKER 2
BAB 06. STALKER 3
BAB 07. FAKTA 🔞
BAB 08. KECURIGAAN HAO LAN
BAB 09. JADI TETANGGA 🔞🤏🏻
BAB 10. BERTENGKAR

BAB 02. CAHAYA SEORANG MODEL

526 105 18
By Yiboochin

Silakan nikmati ceritanya, jangan lupa tinggalkan jejak ⭐ dan 💬‼️

“Tidak masalah.”

Walau wajahnya tak terlihat karena menggunakan masker, Yibo bisa menebak pemuda itu sedang menghela napas lega.

“Saya sangat menyesal tidak melihat jalan dengan benar.” Mata pemuda itu melirik pada pakaian Yibo yang meninggalkan bercak kopi akibat kecerobohannya. “Pakaian Anda jadi kotor.”

“Ini hanya kotor sedikit, tidak apa-apa.”

“Tapi saya merasa tidak enak. Hmm, bagaimana kalau saya bayar untuk cuci kering pakaian Anda? Di sekitar sini saya ingat ada tempat laundry,” usulnya.

•••

Mereka saat ini berada di dalam laundry, butuh waktu sekitar lima belas menit untuk jas Yibo kembali bersih seperti semula.

Selagi menunggu, ia sama sekali tidak pernah mengalihkan perhatiannya dari pemuda itu. Mata bulat hitam yang teduh dengan hiasan bulu lentik membuat ia terhanyut. Sebelah sudut bibirnya lalu terangkat tipis.

Dering ponsel memecahkan suasana di antara mereka berdua. Suaranya berasal dari ponsel yang pemuda itu pegang sejak tadi. Ngomong-ngomong tentang mengapa mereka bisa bertabrakan, itu terjadi karena dia terlalu fokus pada ponsel di tangannya, sehingga dia tidak melihat Yibo yang berjalan masuk ke dalam supermarket.

“Sepertinya itu penting. Angkat saja panggilan itu, saya tak masalah.”

Pemuda itu mengangguk, dia segera saja mengangkat panggilan telepon dari manajernya.

“Kau di mana? Kau bilang cuma mau beli kopi di supermarket, tapi kenapa lama sekali? Kau tahu, kan, sebentar lagi itu jadwal pemotretanmu?!”

Dia meringis pelan, matanya melirik pada Wang Yibo yang saat ini mengalihkan pandangan ke arah lain. Tanpa bertanya pun dia langsung tahu, jika pria itu sedang  berpura-pura tidak mendengar auman manajernya. Kedua pipinya merasa terbakar. Malu, tentu saja.

“Ah, maaf, Jie. Aku sedang ada di toko laundry dekat supermarket.”

“Kenapa kau bisa ada di sana?”

“Itu, ada kecelakaan kecil saja. Bukan apa-apa, kok. Aku akan segera ke sana. Bye!”

Sambungan telepon diputus sepihak oleh pemuda itu.

“Sepertinya Anda sangat sibuk, ya? Anda boleh pergi sekarang. Untuk biaya laundry-nya biarkan saja.”

Pemuda itu menengadahkan kepala menatap Wang Yibo. Dia akui, wajah pria itu sangat tampan. Dengan mata hitam tajam, hidung mancung yang terpahat sempurna, serta bibir tebal merah sehat. Dia yakin, jika orang lain tidak memperhatikan wajahnya dengan seksama, mereka pasti akan salah mengira bahwa dia adalah AI dan bukan manusia sungguhan.

Tersadar dari lamunan, pemuda itu lantas segera mengeluarkan sesuatu dari dalam hoodie hitamnya. Sebuah kartu nama bertuliskan ‘Xiao Zhan’  dia julurkan kepada Wang Yibo.

“Maaf, kalau begitu hubungi saya di nomor ini untuk biaya ganti ruginya. Sampai jumpa lagi.”

Wang Yibo hanya menatap kepergian pemuda itu, perlahan punggung kecilnya  mulai menghilang dari pandangan. Pria itu lalu melihat pada kartu nama yang ia pegang, kemudian membacanya dengan suara teramat rendah.

“Xiao Zhan ....”

•••

“Selamat datang di rumah, Tuan Muda Yibo.” Dengan kepala tertunduk, semua para pelayan di kediaman itu berjejer rapi menyambut kedatangannya.

Matanya memindai ke setiap sudut, ternyata tak ada banyak perubahan sejak ia meninggalkan rumah ini terakhir kali.

Ketika netranya sibuk menelisik, ia tak sengaja melihat seseorang berdiri angkuh di lantai dua. Memandang ke arahnya bengis sebelum pergi dari sana entah ke mana.

“Tuan, Anda sudah ditunggu oleh Tuan besar.”

Wang Yibo berbalik, di hadapannya kini berdiri kepala pelayan yang sudah bertugas di rumah ini, bahkan sebelum ia terlahir. Terhitung lebih dari 38 tahun pria tua itu telah mengabdi kepada keluarganya.

“Kalau begitu, jangan buat anjing tua itu menunggu lebih lama lagi,” jawab Yibo disertai senyuman tipis, kemudian ia pergi melangkahkan kaki ke ruang kerja milik ayahnya.

Sebutan yang dilontarkan oleh Wang Yibo barusan sama sekali tidak membuat kepala pelayan itu terkejut. Dia sudah sangat terbiasa dengan semua hal yang telah terjadi di rumah ini. Berbagai macam masalah, membuat sebutan tadi itu sama sekali bukan apa-apa untuknya.

•••

Setelah membahas tentang pekerjaan bersama ayahnya di ruang kerja, Wang Yibo sekarang dibebaskan melakukan apa saja di rumah. Ia lalu memilih ke ruang santai. Saat pria itu sampai di sana, ia melihat adik tirinya sedang duduk di sofa menonton sebuah siaran televisi.

Aneh, apa yang sedang dia lakukan saat ini, sama sekali tidak terlihat seperti pemuda itu biasanya. Baru kali ini ia melihat saudaranya menonton acara televisi dengan sangat serius disertai tatapan yang begitu lembut, bahkan dia juga sampai menurunkan kepekaannya terhadap sekitar.

Jika biasanya dari jarak 10 meter pemuda itu sudah menyadari akan kehadirannya, tetapi kini dari jarak 1 meter pun dia sama sekali belum menyadari bahwa Yibo sudah duduk di sisi sofa kosong yang tengah dia tempati sekarang.

Sebelumnya, saudara tirinya---Linyi---tidak pernah tertarik dengan hiburan tak berbobot seperti siaran televisi. Jangankan suka, untuk melihatnya saja dia tidak sudi.

Mata Yibo memicing sekilas, ia lalu mengalihkan sorot matanya ke arah siaran yang sedang pemuda itu tonton. Oh, jadi yang dia tonton begitu serius itu ternyata sebuah wawancara seorang model.

“Aku tak pernah tahu sebelumnya kalau kau tertarik dengan model,” suaranya yang berat tiba-tiba mengejutkan Linyi.

Keterkejutan itu tak bertahan selama tiga detik, dia segera mengatur mimik wajahnya agar tak terlihat tegang. Pemuda itu berusaha keras agar tetap tenang, mengabaikan Yibo yang duduk di sisinya.

“Apapun yang kusuka bukan urusanmu.”

Untuk pertama kalinya setelah lebih dari sepuluh tahun, mereka akhirnya terlibat percakapan pribadi.

Seutas garis senyum muncul di wajah rupawan Yibo. “Sudah lama, ya, kita tidak berbicara seperti ini? Dulu kau sangat menempel padaku.”

“Itu dulu, jangan samakan dengan yang sekarang.”

Wang Yibo tidak lagi melontarkan kalimat pada Linyi ketika netra hitamnya bertemu tatap dengan manik jelaga teduh di layar kaca.

Mata itu tampak tidak asing baginya. Ia seperti pernah melihat mata itu sedari dekat dalam jarak dua jengkal telapak tangan, tetapi di mana? Ah, terjawab sudah pertanyaan yang ada di dalam benaknya kala sebuah teks nama muncul di bawah siaran.

Xiao Zhan.

Pantas saja Linyi tertarik untuk menonton. Bagaimana tidak? Saat tak memakai masker, wajah model itu begitu cantik dan bersinar terang, eksistensinya di dunia ini bak seorang malaikat yang jatuh ke bumi.

Di sebelahnya, Linyi melirik ke arah saudaranya yang ikut menonton siaran melalui sudut ekor mata. Dapat dia lihat ada ketertarikan intens di dalam kedua mata bengis itu.

Jantung Linyi tiba-tiba saja berdegup cepat, perasaan gelisah dan takut pun mulai menghantuinya. Entah mengapa dia yakin perasaan itu bukanlah sebuah pertanda baik. Segera ia bangkit dan pergi dari sana, meninggalkan Yibo yang menatap tajam ke arah punggungnya.

Setelah memastikan pintu kamarnya terkunci rapat, Linyi baru bisa bernapas lega. Dering telepon tiba-tiba terdengar dari arah meja belajar. Segera ia melangkah mendekat, meraih ponselnya dan menjawab panggilan telepon itu.

“Apa anjing kecil manisku ini sudah menyelesaikan tugas kuliahnya? Aku ingin memberitahumu kalau aku punya hari libur besok. Jadi, apa kamu mau berkencan denganku?”

tbc ....

Tatapan Yibo pas nonton siaran.

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 2.3K 7
Wang Yibo adalah sosok Lucifer, raja dari segala raja iblis. Dia memerintahkan para iblis untuk menghasut setiap manusia agar berbuat dosa. Terkadang...
762 106 6
Rumah itu tidak selalu merujuk pada sebuah bangunan. Namun, bisa juga pada seseorang yang siap memberi kehangatan dan kenyamanan. Seseorang yang mamp...
55.3K 5.6K 35
MINWON • COMPLETED Jika bukan dirimu, aku tidak punya alasan untuk hidup - Kim Mingyu. start : october 2023 finish : december 2023 BL 1821 || Kim Min...