Last Summer (on going)

Per Afza24yumaira

4.4K 517 133

Maaf gays.. untuk semua pembaca novel ini. Aku minta maaf karena tidak bisa melanjutkan lagi novelnya.. entah... M茅s

Prolog
Sekolah Penuh Rahasia
Lelaki dengan 1000 Luka
Pahlawannya Cantika
Bromance
Cemburu
Cantika dan Segala Impiannya
Ujian dan Kecurangan
Persaingan dimulai
Pernyataan Cinta yang tidak Romantis
Sistem Sekolah yang Busuk
Bukan Cinderella
Gadis dari Masa lalu
Gibran dan Cinta Bodohnya
Secangkir Americano
Menembus Malam
Insiden Kolam Renang
Cinderella itu bernama Cantika
Kebenaran dari Masa Lalu
Pelangi Selepas Hujan
Seperti Langit dan Bumi
Karena, itu Kamu

Remuk di Dasar Hati

158 19 8
Per Afza24yumaira


Gibran menendang botol minuman hingga membentur dinding, ia berjalan kesal setelah beradu mulut dengan Cantika yang tidak ada ujungnya. Gadis keras kepala yang sok baik dan selalu membahayakan dirinya sendiri. Sejujurnya Gibran bukannya kesal karena tidak pernah didengar sarannya, tapi lebih pada tidak ingin Cantik kecewa dan terluka karena sistem sekolah ini. Tapi apa daya, ia tidak bisa menjelaskan maksud tersembunyi itu.

Gibran mendesah kesal.

"Baguslah, lebih baik begitu! Aku tidak peduli lagi." Gerutunya sambil terus berjalan.

Langkahnya terhenti saat melihat Cantika baru saja keluar dari ruang guru dalam keadaan linglung. Gadis itu nampak putus asa dan frustasi. Dan jujur, melihat itu membuat Gibran kesal. Ia tidak akan peduli lagi dan tidak akan mau tau apa pun yang akan dilakukan Cantika.

Dengan cuek Gibran berjalan melewati Cantika tanpa melihat atau bertanya apa pun. Seperti tidak pernah kenal, dan jujur sikap dingin itu justru semakin membuat Cantika hancur.

Kini mereka benar-benar seperti dua kutub magnet yang saling tolak menolak. Cantika sendiri tidak berharap dapat perhatian, sehingga ia putuskan untuk pergi melengos begitu saja.

"Haaahh!" Teriak Gibran makin kesal dengan sikap Cantika.

"Lakukan sesukamu, aku tidak peduli!" Teriak Gibran sambil membalikkan pandangan, namun Cantika tidak menoleh sama sekali.

Sungguh, untuk pertama kalinya Gibran  dibuat uring-uringan oleh seorang gadis cupu yang tidak menarik.

***

Cantika masuk kelas dengan hati dan pikiran lelah. Beberapa pasang mata melihatnya dengan sinis dan penuh cibiran.

"Gimana rasanya peringkat terakhir?"

"Makanya jangan sok pintar! Kamu pikir mentang-mentang beasiswa terus kamu merasa bisa mengalahkan kami? Mikir dong, emang sekolah di sini gratis apa?"

"Sudahlah, Can. Duduk diam saja sampai lulus, atau kau mau jadi tumbal sejarah di sekolah ini?"

Cantika berusaha tutup telinga dan tak acuh dengan semua ocehan mereka. Ia lekas menuju kurusnya dan duduk, namun naas, kursi yang hendak ia duduki tiba-tiba bergerak mundur hingga Cantika jatuh. Seketika suara tawa membahana di kelas tersebut.

Ya Tuhan, Cantika ingin sekali menangis namun sekuat tenaga ia berusaha kuat dan bangkit berdiri.

"Rasakan tuh! Emang enak?"

"Hahahah!"

Cantika masih diam dan berusaha bersabar. Ia lekas mengambil kursinya kembali dan duduk, namun betapa kagetnya ketika ia sadar bahwa di bawah kursi sudah diolesi lem. Saat ia hendak bergerak rok yang ia pakai pun sobek.

"Gimana rasanya Can?"

"Kalau kamu bergerak pantatmu pasti kelihatan!"

"Hahahah!"

"Bawa pulang saja itu kursinya, Can! Itung-itung gratis kan!"

"Iya tuh, kan lumayan! Hahahah!"

Kali ini Cantik benar-benar tidak bisa menahan diri lagi, namun ia memilih tertunduk menangis daripada harus beradu mulut dengan mereka. Kali ia tidak bisa membela diri, dan entah sampai kapan ia harus duduk di kursi yang penuh lem itu. Ia hanya bisa meremas kedua tangannya, berusaha keras menahan emosi.

Braaaakkk

"Kalian sudah keterlaluan!" Teriak Zayan yang baru datang dan berdiri di depan pintu kelas.

Seketika semua mulut yang tadinya mengoceh pun bungkam, mereka melotot kaget melihat Zayan yang biasanya tidak pernah masuk kelas itu tiba-tiba datang bak pahlawan.

Zayan melepas jaketnya dan menutupi rok Cantika. Kedatangannya benar-benar seperti kesatria yang menyelamatkan tuan putri dari serbuan para singa.

"Tidak apa-apa, berdirilah! Aku akan menutupinya!" Kata Zayan yang seketika membuat Cantika terdiam.

Zayan tidak sama dengan Gibran, dan sorot mata itu begitu hangat, membuat sedikit ketakutan dalam hati Cantika terlepas untuk sesaat.

Cantika pun mengangguk, dan berusaha bangkit dari duduknya sedikit demi sedikit. Meskipun roknya sobek, tapi jaket Zayan menjadi penutupnya.

Sungguh kejadian yang membuat seisi kelas terbengong-bengong melihatnya.

"Dengar ya kalian semua! Meskipun aku tidak duduk di kelas ini, tapi jika aku tahu Cantika kalian perlakukan seperti ini, aku tidak akan tinggal diam! Aku tidak akan membiarkan kalian melakukan hal konyol seperti ini lagi!" Bentak Zayan dengan wajah emosi, membuat seisi kelas terdiam tidak berani angkat bicara.

Setelah membuat ultimatum seperti itu, Zayan lekas membantu Cantik berjalan keluar kelas. Seperti dalam drama-drama kolosal, pada akhirnya singa-singa itu pun tunduk dan terdiam patuh.

Zayan berjalan keluar kelas tepat saat Gibran hendak masuk. Mereka berpapasan dan saling menatap.

Gibran terkejut saat melihat wajah Cantika yang nampak kusut dengan airmata yang membasahi pipi. Ya Tuhan, perih rasanya melihat wajah putus asa itu, dan lebih perih lagi saat tahu bahwa yang menolong Cantika adalah Zayan.

"Minggir!" Suara Zayan dengan nada kasar.

Perlahan dengan tatapan yang tidak lepas kepada Cantika, Gibran berusaha melangkahkan kakinya mundur, membiarkan Zayan dan Cantika lewat. Dan detik itu ada yang hancur di dasar hatinya.

Bukan perasaan kalah, tapi menyesal. Gibran mengutuk dirinya sendiri yang tidak pernah bisa menyampaikan maksud baiknya, yang hanya bisa marah meskipun dalam hati ia sangat perhatian.

Setelah Zayan lewat, Gibran hanya mematung di depan pintu. Ia merasa dadanya begitu terasa panas dan sesak, bahkan persendiannya terasa ngilu. Ia tidak sadar bahwa perasaan yang tumbuh sudah begitu dalam dan mengakar, hanya saja ia tidak tahu cara mengutarakannya.

Kini Gibran hanya bisa tertunduk, kalut. Apalah daya, karena Cantika pasti membencinya. Semua gadis menyukai Zayan, jadi mustahil Cantika bisa lepas dari pesonanya. Apalagi jika harus bersaing, Gibran merasa tak punya senjata untuk mengalahkannya.

****

Dengan terpaksa Cantika izin pulang duluan. Kondisinya tidak memungkinkan dirinya untuk melanjutkan pelajaran hingga kelas selesai. Zayan mengantar pulang dengan taxi, tidak mungkin menggunakan bus yang ramai penumpang.

Di dalam taxi itu Cantika menangis. Ia tidak bisa menahan perasaan kecewa dan terluka yang begitu menghimpit dadanya. Kecewa dengan perjuangan yang sia-sia, juga terluka karena perundungan yang dilakukan teman-teman di kelasnya.

"Mereka benar-benar keterlaluan. Aku tidak menyangka jika mereka akan sejahat itu padamu." Kesal Zayan.

Cantika memilih diam sambil masih menumpahkan airmata. Ia tidak tahu harus berkomentar apa, ia hanya ingin menangis.

"Menangislah, jika itu membuatmu lebih tenang."

Kini Cantika menutup wajahnya dan menangis sepuasnya di dalam taxi itu. Ia tidak peduli dengan sopir taxi yang kebingungan. Baginya, hidup ini terlalu berat untuk anak yang baru tumbuh dewasa.

Dengan sabar Zayan menepuk-nepuk punggung Cantika agar dia bisa lebih tenang.

***

Sedang di lain hal, Gibran masuk kelas dengan wajah muram penuh murka. Ia melihat satu persatu wajah teman-temannya yang berhati sampah itu. Suatu saat ia akan membuat perhitungan pada mereka semua.

"Berapa usia kalian? Kenapa kalian masih melakukan perundungan seperti ini? Apa kalian pikir sikap kalian itu bagus?" Tanya Gibran sambil menendang kursi hingga terdengar suara dentuman yang mengagetkan jantung seisi kelas.

"Apa sih, Gib? Kamu tuh gak punya kekuatan di sekolah ini, jadi diam saja!" Tantang Boby, salah satu anak di kelas itu.

"Mana bisa aku diam, sikap kalian itu keterlaluan!"

"Alaaaahh,,, si cupu itu masih hidup kok, masih baik-baik saja, gak ada yang terluka, jadi mustahil jika kami jahat. Kami hanya cari hiburan." Sahut Helena di akhiri dengan tawa.

Gibran merasa tidak lagi mampu menahan emosi. Selama ini ia masih bersabar dengan Helena, tapi kali ini gadis itu seperti menyiram minyak di dalam api. Dengan tatapan tajam Gibran mendekati Helena.

"Semua ini ulahmu kan? Apa tidak cukup kamu membuat Cantika di peringkat terakhir sekolah ini? Apa tidak cukup kamu mengolok-olok dia setiap hari, ha?" Suara Gibran lantang bahkan nyaris meledak-ledak, membuat Helena sedikit gentar.

"Apa maksud bicaramu itu? Kamu pikir aku bisa menurunkan peringkat dia? Semua tentu karena kebodohan dia, mana mungkin aku bisa melakukan itu! Jangan konyol, Gib!"

"Benarkah?" Gibran mendekatkan wajahnya ke wajah Helena dengan tatapan menyala. Jujur, saat itu tubuh Helena nyaris oleng karena gemetar takut.

Baaaakkk

Boby datang menarik lengan Gibran dan memukul wajahnya hingga Gibran jatuh tersungkur.

"Jangan coba-coba membuat Helena takut, atau aku yang akan turun tangan!"

Gibran tersenyum sinis, dan perlahan berdiri. Namun justru Boby merasa gentar, ia mundur satu langkah, membuat benteng waspada jika Gibran menyerang tiba-tiba.

"Kalau kamu takut padaku, tidak usah sok jadi pahlawan." Sergah Gibran.

Boby terdiam, namun tangannya mengambil kuda-kuda, seolah ia akan menyerang.

"Ada apa ini?" Suara lantang kepala sekolah masuk kelas. Seketika semua anak duduk di posisi masing-masing.

"Kamu membuat ulah lagi Gibran?"

Dengan santai Gibran tidak menghiraukan pertanyaan itu dan memilih duduk di kursinya.

"Dengar kalian semua! Bapak sebagai kepala sekolah tidak suka adanya perkelahian di sini. Kalau kalian mau berkelahi silahkan keluar dari sekolah ini!"

Hening, semua mata tertunduk kebawah, takut.

"Terutama kamu Gibran! Catatan merahmu sudah banyak di sekolah ini, jadi jangan membuat ulah lagi! Atau aku tidak segan-segan mengeluarkanmu dari sekolah ini!"

Gibran hanya diam, dan kepala sekolah pun pergi.

Saat itu, hati yang sudah remuk seperti kembali dibenturkan dinding batu.



Happy Reading
Maaf gays baru on lagi di novel ini. Kemaren masih menyelesaikan novel lain, jadi butuh fokus. Makasih ya masih sabar menunggu. Doain semoga bisa menyelesaikan novel ini juga.

Continua llegint

You'll Also Like

3.3M 269K 62
鈿狅笍 BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
819K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
4.5M 269K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
388K 21.4K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...