Perkara Cinta Yumna

By RYaniZA

111K 10K 609

"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena... More

Prolog
I. Yumna x Rawi
II. Pangerannya Yuyum
III. Murkanya Rawi
IV. Tempat keramat Yumna
V. Tembakan
VI. Pacar Yuyum
VII. Si Bar-bar yang Penurut
VIII. Bekal Makan Rawi
IX. Si Bar-bar yang kembali
X. Warna Gelap
XI. Perkara Masa Depan
XII. Pawang Yumna
XIII. Semburan
XIV. Berusaha sembuh
XV. Manis Tipis-tipis
XVI. Bicara Rasa
XVII. Prahara Baru
XVIII. Tidak lagi berteman sepi
XIX. Rawi cari cara
XX. Bersahabat dengan Takdir
XXI. Senyum Rawi
XXII. Bahagianya Yumna
XXIII. Pertahanan Yumna
XXIV. Perkara Tali Sepatu
XXV. Tak Berdaya
XXVI. Arti Keluarga
XXVII. Perkara Berkumpul
XXVIII. Jangan Kecewa
XXIX. Kumpul Berkumpul
XXX. Membuka Rasa
XXXI. Kekacauan
XXXII. Setelah 8 Tahun
XXXIII. Satu Langkah Lagi
XXXIV. Tak Lagi Sama
XXXV. Merindu
XXXVI. Separah itu
XXXVII. Hati-hati
XXXVIII. Ternyata Kita
XXXIX. Cerita Lalu
XL. Mulai Dari Awal
XLI. Resah
XLII. MALU
XLIII. Peringatan
XLIV. Tidak Lagi Kaku
XLV. Perkara Check Up
XLVI. Keluarga yang Lain
XLVII. Sepenuhnya
XLVIII. Berdamai
XLIX. Ajakan Berat yang Ringan
L. Mohon Bantuan
LI. Aku Terima
LII. Satu Langkah Maju
LIII. Gangguan
LIV. Melepas Aral
LV. Terungkap Masa Lalu
LVII. Publikasi
LVIII. Do'a kan Saja
LIX. Tersenyum
LX. Perkara bersama
Epilog

LVI. Sambut Bahagia

1.3K 104 0
By RYaniZA

08.10.2023

_______________________________________

Kemeriahan resepsi Rawi dan Yumna tampak terpampang nyata di mata para tamu undangan. Jumlah tamu yang awalnya bagi Rawi dan Yumna cukup hanya seribu saja harus berubah karena keluarga dari pihak Rawi tidak bisa jika tidak mengundang para kolega mereka yang cukup banyak selaku pemilik sebuah perusahaan yang cukup terkemuka di Indonesia. Hingga kini, di hadapan keduanya begitu banyak tamu yang hadir memenuhi ballroom mewah yang merupakan bagian dari hotel bintang lima milik keluarga Rawi.

"Kapan selesainya kalau begini?" Bisik Yumna yang tampak mulai lelah bersalaman sembari menyunggingkan senyuman pada setiap tamu yang memberikan selamat kepada mereka.

"Maaf, ya. Karena kebanyakan tamu dari kolega keluarga aku, acara kita jadi rame banget begini." Ringis Rawi sambil menopang punggung lelah Yumna dengan lengannya.

Yumna hanya bisa menghela napas. Baginya, rentetan acara yang mereka lalui mulai dari pertunangan hingga resepsi cukup melelahkan. Apalagi sebelum akad dilaksanakan, mereka juga melewati beberapa prosesi adat yang lumayan menguras tenaga.

"Untuk para tamu undangan, disilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan. Dan kepada kedua mempelai, boleh maju ke depan? Kita akan segera masuk ke acara selanjutnya."

Suara pembawa acara membuat seulas senyum Yumna kembali berkembang. Akhirnya dia tidak hanya berdiri sambil berjabat tangan. Kini, kakinya yang mulai kaku bisa bergerak sedikit.

"Bisa, Nak?"

Yumna menoleh ke arah kirinya. Dia mengangguk pelan pertanyaan ibunya yang hari ini mendampingi dirinya di atas pelaminan. Rasanya masih ada kejanggalan yang bercokol di hatinya. Meski seharusnya dia bahagia karena kedua orang tua kandungnya duduk bersebelahan di samping pelaminannya, namun ada rasa sedih ketika melihat Bunda Vani malah harus duduk bersama keluarga ayahnya dengan tersenyum yang tidak pernah lekang ke arahnya seolah berkata dirinya baik-baik saja.

Setelah sampai di tengah pelaminan, Yumna berbisik pada Rawi. "Bukannya setelah ini kita turun ke tengah, ya? Jadi para orang tua juga udah bisa turun 'kan?" Tanya Yumna dengan suara amat pelan.

"Kamu kurang nyaman?" Tanya Rawi yang diangguki oleh Yumna. "Papa juga nggak nyaman, Raw. Kayaknya Mama sama orangtua sambung aku juga." Ujar Yumna.

Rawi mengerti. Situasi ini memang sedikit berbeda dari pengantin biasanya. Bahkan, dia tidak melihat Yumna menangis saat mereka sungkeman. Hanya matanya saja yang berkaca-kaca. Itupun hanya saat ayahnya mengusap pelan pipi Yumna sembari tersenyum amat teduh.

Acara berlanjut pada pembawa acara yang mulai bertanya-tanya pada kedua mempelai. Itu artinya, bagian acara formal sudah terlewati. Jadi, setelah ini mereka akan lebih banyak bersenang-senang. Dan kedua mempelai tidak akan mengeluh lagi perkara salam-salaman.

"Menurut hasil pencarian melalui para sahabat kedua mempelai. Ada banyak cerita lucu yang terjadi sepanjang kisah cinta kalian, benar?" Tanya pembawa acara yang kini berganti. Karena yang pertama tadi merupakan MC formal.

Rawi hanya tersenyum tipis. Dia tidak terbiasa untuk menjadi supel hingga dengan mudahnya masuk ke dalam pembicaraan seperti ini. Lagipula, lucu bagian mananya? Dia lebih banyak menyimpan penyesalan dari pada kisah lucu. Delapan tahunnya tidak selucu itu.

"Waktu SMA, mungkin iya kali, ya?" Jawab Yumna ragu. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya melupakan kisah mereka pada khalayak ramai.

"Menurut hasil penuturan narasumber juga begitu. Jadi, boleh dong kita-kita semua tau, salah satu hal lucu itu?" Tanya si pembawa acara dengan sedikit menggoda.

Yumna menoleh ke arah Rawi. Dia tidak tau menceritakan bagian mana sebab ingatannya belum sepenuhnya kembali.

Rawi yang ditatap seperti itu merasa ingin sekali memutar waktu dan mewanti-wanti si pembawa acara agar tidak bertanya hal semacam ini.

"Semua tingkah istri Saya dulu memang lucu. Saya juga bingung mau menjabarkan yang mana. Karena semua sama berkesannya untuk Saya." Jawaban Rawi tersebut mendapat sorakan para tamu undangan.

"Sejak kapan si Rawi sok manis begitu?" Pekik Angga dengan tawa yang sudah menguar.

"Salah milih topik nggak sih itu, nggak ada pertanyaan lain apa?" Keluh Zeba karena tau Yumna tidak akan bisa menjabarkan pertanyaan itu.

"Rawi manis banget jawabnya." Rengek Raya yang kesenangan sampai menggoyang-goyangkan tangan Nuha. Sementara si pemilik tangan heboh sendiri setelah mendengar jawaban Rawi.

"Untung dia jawab begitu. Kalau nggak, heels aku bakal melayang tepat ke jidatnya." Ucap Nuha setelah lelah bertepuk tangan dengan heboh.

"Jangan macam-macam, kamu ya Nuh. Ini hari bahagia mereka. Kalau mau ngungkit masa lalu ntar aja sama Rawi waktu nggak bareng sama Yuyum." Peringat Zeba.

Nuha yang sebenarnya memang tidak mau mencari masalah dihari ini hanya menganggukkan saja kepalanya dengan gaya tengilnya.

"Aku serius!" Jelas Zeba lagi yang kembali mendapatkan anggukan dari Nuha.

Acara berlanjut pada pelemparan buket bunga. Berhubung hanya Nuha dan Angga yang masih berstatus lajang, jadi para teman-teman yang lain mendorong kedua orang itu ke barisan paling depan. Meski kedua orang yang menjadi sasaran tersebut sudah berusaha memekik tidak mau.

"Gue nggak mau ah!" Kesal Nuha.

"Nggak ada kerjaan banget gue berdiri di sini." Gerutu Angga yang berdiri dengan malas.

Sementara di atas pelaminan, Yumna dan Rawi sedang bersiap untuk melempar buket bunganya.

Tak!

"Aduh!" Angga mengaduh sebab buket bunga itu meluncur tepat di jidatnya.

Nuha yang tadinya menyingkir, dengan cepat tertawa puas sebab Angga yang mendapatkan buket bunga itu.

Sedangkan Yumna yang tadi melihat Rawi sengaja melempar buket bunga itu ke arah Angga tertawa geli. Pasalnya, buket bunga tersebut tidak dilempar olehnya, melainkan Rawi sendiri yang membidik langsung tepat di jidat Angga yang sedang mengeluh.

"Si paling nggak mau nikah." Ejek Rawi dengan wajah lempengnya.

"Belum, Raw." Sanggah Yumna.

Setelah itu, mereka berdua berbaur dengan para tamu sembari menikmati penampilan dari penyanyi yang diundang oleh pihak keluarga Rawi.

"Kak Mishall."

Kepala Yumna sontak menoleh ke arah panggilan itu.

"Coba minta tangan kakak sebentar." Pinta Maira yang berdiri dengan wajah cengengesan di depan Yumna.

"Untuk apa?"

Maira mengangkat sebelah tangannya untuk menunjukkan sebuah kotak kecil berwarna biru ditangannya.

"Hadiah dari Mama. Kata mama, Mai harus kasih langsung sama kakak."

Yumna terdiam sebentar. Dia melihat kotak yang tampak tidak asing baginya. Dulu dia juga memiliki kotak seperti itu. Namun, sudah sangat lama dia tidak melihat kotak itu lagi. Atau, sepertinya dia sudah membuang kotak tersebut.

"Kak..."

"Mama udah kasih kado kemarin." Jawab Yumna.

"Kata mama ini kado ulang tahun. Kakak kan ulang tahun bulan depan."

Yumna tersenyum miring. Rasanya sudah lama tidak mendapatkan kado dari ibunya di hari ulanh tahun. Mengapa sekarang dia mendapatkannya?

Yumna menghela napasnya. Dia memutuskan untuk mengangsurkan sebelah tangannya. Karena semakin lama dia semakin merasa tercekik dengan pembicaraan ini.

Maira yang melihat uluran tangan Yumna sontak tersenyum. Dia dengan segera membuka kotak ditangannya dan memakaikan sebuah gelang pada Yumna.

Melihat gelang yang akan dipasangkan padanya, dengan spontan menarik kembali tangannya.

"Dimana mama?" Tanya Yumna dengan tiba-tiba.

Maira yang terkejut dengan tindakan Yumna hanya bisa mengedipkan matanya.

"Di sana..." cicit Maira dengan wajah yang masih terkejut.

Yumna menoleh ke arah tunjuk Maira. Ternyata di sana, ibunya juga sedang menatap dirinya.

"Bilang sama mama, aku nggak bisa menerima gelang itu." Ucap Yumna dengan pandangan masih tertuju pada ibunya. Lalu di memutar arahnya dan menggenggam tangan Rawi yang sedari tadi sedang menikmati lagu yang mengalun di depan sana.

"Ke sana yuk." Ajak Yumna pada Rawi dengan tangan menunjuk ke arah teman-teman mereka.

Rawi yang terkejut dengan kontak fisik pertama oleh Yumna hanya menggangguk dengan wajah tersenyum.

Sedangkan Yumna mengeratkan tangannya dalam genggaman Rawi. Hatinya tiba-tiba nyeri ketika melihat gelang yang menjadi kesukaannya pada masa lalu. Seingatnya, gelang miliknya telah dia buang. Apakah itu gelang milik ibunya? Lantas apa maksud dari semua itu?

"Kenapa memberi gelang kenangan kami? Apa mama mau memutuskan hubungannya dengan aku?" Batin Yumna.

"Ya ampun, Angga mulai berulah." Celetukan Rawi membuat lamunan Yumna pecah. Dia melihat jika saat ini Angga mulai bersiap untuk bernyanyi.

Yumna terkekeh. Agaknya, hari ini dia harus melupakan semua rasa sakit. Karena, hari ini seharusnya dia menciptakan kenangan manis, bukan pahit.

"Lupakan aja, Yumna. Mari berbahagia." Batin Yumna kembali sebelum masuk ke dalam kebahagiaan hari ini bersama para tamu lainnya.

🍀🍀🍀

Continue Reading

You'll Also Like

5.6K 462 28
"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang...
894K 25.3K 65
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
6.3K 449 16
#3 "Seriusan lo nge-crushin cowok friendly kayak Rangga?!" "Itu sama aja menyakiti diri sendiri, Diana." "Yah ... gimana dong? Gue enggak sengaja suk...
9K 551 32
Awalnya Rinai terkagum dengan Langit. Dia nampak sempurna dan mempesona. Tetapi, ketika tahu betapa tidak manusiawinya Langit, Rinai kesal setengah m...