GRESHAN

ShnIndr12 által

751K 21.4K 1.9K

WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJ... Több

HUKUMAN
Kantor I
Dimobil
Dapur
Ruang Osis
Morning Sex
Shani
Sister?
Sister? II
Threesome?
Bar
Gracia
Sepupu
Sekretaris?
Mine
HUKUMAN II
Hanya Kamu
Kembali
Akhirnya
Step Sister
Step Sister II
Milikku
Backstreet I
Kantor II
Kantor III
Murid Baru
Backstreet II
Private Doctor
Gracia II
Murid Baru II
Gracia III
Gracia IV
Keponakan Nakal
Keponakan Nakal II
Keponakan Nakal III
Aku Yang Salah
Nanya doang sih
Nanya sekali lagi
Info
Malam tak terduga
Psychopath In Love
Psychopath In Love II
Psychopath In Love III
Di sebelah nggak ngerespon🗿
Info
Perjodohan
Perjodohan II
Perjodohan III
Pemberitahuan
Christmas
Guru Olahraga
Crazy!!
⚠️⚠️
Sugar Mommy
Sugar Mommy II
Step Mother
Info
Step Mother -2

Birthday Party

13K 426 17
ShnIndr12 által

Happy Reading
Banyak Typo

Shania Gracia, seorang remaja SMA yang terkenal di sekolahnya, bukan hanya karena kecantikannya membuat dirinya terkenal di sekolah itu. Ia juga terkenal karena dia adalah anak pemilik sekolah, banyak orang yang ingin menjadi kekasih nya termasuk Shani Indira.

Shani Indra remaja SMA yang bersekolah di tempat yang sama dengan Gracia, Shani adalah salah satu orang yang ingin menjadikan Gracia kekasih nya. Sudah lama ia mencoba untuk mendekati dan mengambil hati Gracia namun, ia belum berhasil.

Saat ini Gracia berada di kantin dengan kedua temannya Anin dan Sisca, saat tengah asik bercanda dengan teman-temannya, tiba-tiba Shani datang menghampiri mereka dan mengajak Gracia mengobrol.

"Hay Gracia, pulang bareng gue nanti ya." Shani datang dan langsung duduk di sebelah Gracia, Gracia menatap Shani malas. Entah sudah berapa kali Shani mengajak dirinya pulang bersama namun ia terus menolak nya. Gracia memilih diam tak menanggapi ucapan Shani.

"Hello Gracia, lo mau kan pulang bareng sama gue. Kalau diem berarti mau." Ucap Shani kembali yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Gracia.

"Oke fiks, lo mau pulang bareng sama gue karena lo diem dari tadi. Kalau begitu gue pergi dulu ya, tunggu gue di parkiran nanti ya. Bye calon pacar." Setelah mengatakan itu Shani pergi meninggalkan kantin, tapi sebelum itu ia mengacak-acak rambut Gracia yang membuat gadis itu kesel.

"Shani rambut gue berantakan." Ucap Gracia dengan suara yang cukup kuat membuat semua orang yang ada di kantin mengalihkan pandangan mereka kepada dirinya.

"Mata lo semua mau gue congkel." Ucap Gracia menatap tajam orang-orang yang ada di kantin itu.

"Hus jangan berisik Gre, gue lagi makan." Ucap Sisca yang terganggu dengan teriakan Gracia.

"Tau tuh," timpal Anin.

"Lo kenapa sih Gre, kek nya lo nggak suka banget ya kalau ngeliat Shani. Setiap dia ngedeketin lo, lo selalu sinis sama dia." Heran Anin yang di angguki oleh Sisca yang kini telah selesai dengan makanannya.

"Gw juga nggak tau, males aja." Ucap Gracia mengedikkan bahunya acuh.

"Dasar, awas nanti lo suka sama dia." Kali ini Sisca lah yang buka suara.

"Nahh,.. awas lo Gre." Anin ikut menimpali.

"Ya kagak lah, gue nggak bakal suka sama orang kayak gitu, orang yang selalu buat onar." Ya, Shani memang salah satu murid yang sering buat ulah di sekolahnya, dia juga sering membolos saat pelajaran berlangsung.

"Dah ah ngapain kita bahas dia, mending kita bahas birthday party gue. Lo berdua harus bantu gue nanti buat nyebar undangan birthday party gue." Ucap Gracia yang sudah malas membaca Shani dan sebentar lagi ia akan membuat acara birthday party.

"Aman Gre, lo mau undang siapa aja nanti." Ucap Anin.

"Semua temen sekelas kita dan beberapa anak kelas yang lain." Balas Gracia.

"Berarti Shani juga di undang dong, kan dia temen sekelas kita juga." Ucap Sisca.

"Sebenarnya gue malas ngundang dia, tapi ini kan birthday party terakhir gue sebagai murid di sini dan gue pengen semua teman sekelas hadir. Dan ya, mau tak mau gue juga ngundang Shani." Balas Gracia, Anin dan Sisca mengangguk mengerti.

"Balik kelas yuk, bentar lagi bel nih." Ucap Anin setelah ia mengecek jam pada ponselnya. Ketiga gadis remaja itu pun meninggalkan kantin.

.
.
.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, Shani yang berada di rooftop sekolah nya pun bergegas turun menuju parkiran. Ya, Shani kembali bolos sampai jam pelajaran selesai, ia memilih untuk tidur di rooftop. Walaupun ia membolos bukan berarti dia tidak pintar, Shani sendiri adalah murid yang berprestasi di sekolah nya. Ia sudah banyak menyumbang piagam dan medali untuk sekolah nya.

Shani sudah sampai di parkiran tapi ia tidak melihat keberadaan Gracia, ia menatap ke sekeliling dan menemukan Gracia yang sedang berjalan bersama Aran. Aran adalah pria tampan di sekolahnya dan juga kapten basket, Aran juga ingin menjadikan Gracia kekasihnya.

"Sialan, awas aja lo Ran gue akan ngasih perhitungan sama lo." Kesal Shani saat ia melihat Gracia yang masuk ke dalam mobil Aran.

"Lo juga Gracia, gue pastiin sebentar lagi lo akan jadi milik gue sepenuhnya." Ucap Shani tersenyum penuh arti, ia pun memutuskan untuk segera pergi dari sekolahnya.

Hari perayaan birthday party Gracia pun akhirnya tiba, para tamu undangan pun sudah banyak yang datang. Dengan balutan dress berwarna biru navy Gracia berdiri di depan para tamu undangannya.

"Selamat malam semuanya, terima kasih atas kehadiran kalian di acara birthday party gue yang terakhir sebagai murid di SMA Samudra." Gracia menyambut kedatangan teman' nya.

Setelah acara inti telah selesai, kini tiba lah acara yang di tunggu-tunggu oleh beberapa teman' Gracia, yaitu acar bebas. Di birthday party Gracia kali ini, ia menyediakan alkohol. Acara birthday party Gracia juga di adakan di salah gedung milik keluarganya, gedung yang biasa digunakan jika mereka membuat sebuah acara.

Shani yang berdiri tidak jauh dari tempat Gracia berada merasa panas saat melihat Gracia dan Aran sedang berdansa bersama, ia meremas gelas yang ada ditangannya menahan emosi yang ingin meledak.

"Nikmati saja dulu Gracia sebelum gue buat lo nggak bisa berjalan." Batin Shani sembari meneguk habis alkohol yang berada di tangannya.

Cukup lama Gracia dan Aran berdansa hingga pada akhirnya Gracia berpamitan untuk pergi ke kamar mandi.

"Ran gue ke kamar mandi dulu ya." Ucap Gracia melepaskan tangannya yang berada di pinggang Aran.

"Mau gue temenin?" Ucap Aran.

"Gak perlu gue bisa sendiri, lagian lo ngapain nemenin gue? Lo ada niat macem-macem ya sama gue." Ucap Gracia menatap penuh selidik kepada Aran.

"Gak Gre, pikiran lo kok negatif sama gue." Balas Aran.

"Ya maap, lagian lo aneh." Ucap Gracia lalu dengan acuh ia meninggalkan Aran, Aran yang di tinggalkan begitu saja pun kesal sendiri. Ia berniat untuk mengikuti kemana Gracia pergi tapi sebelum itu terjadi Shani lebih dulu menahan dirinya.

"Eits, lo mau kemana? Lo mau ngikutin Gracia kan." Ucap Shani yang menahan bahu Aran, Aran menyingkirkan tangan Shani lalu kembali badannya menatap Shani.

"Kalau ia emang kenapa?" Ucap Aran menatap Shani remeh. Shani mendekatkan tubuhnya lalu berbisik tepat di telinga Aran.

"Gue bisa ngancurin hidup lo dan keluarga lo. Perusahaan Khaulah Grup bisa gue buat hancur malam ini juga." Aran mendorong tubuh Shani hingga Shani terjatuh.

"Jangan mimpi yang ada lo yang gue buat hancur malam ini." Ucap Aran emosi ia hendak mendaratkan sebuah pukulan kepada Shani, namun perkataan Shani menghentikan gerakannya. Semua orang yang di sana seketika menatap mereka berdua.

"Natio Grup, perusahaan yang menanam saham hampir 80% di perusahaan bokap lo, bisa saja gue tarik saham nya malam ini juga dan tentunya membuat perusahaan bokap lo bangkrut." Ucap Shani menatap remeh ke arah Aran yang terlihat sedang menahan emosinya.

"Diam kan lo, jadi jangan pernah macam-macam sama gue kalau lo nggak mau hidup keluarga lo hancur." Setelah mengatakan itu Shani pergi meninggalkan Aran, ia pergi menyusul Gracia.

Sepeninggalan Shani, Aran yang masih menahan emosi pun pergi meninggalkan acara birthday party Gracia. Semua orang yang tadinya memperhatikan Aran dan Shani mulai berbisik-bisik dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi antara Aran dan Shani.

.
.
.

Shani yang sedang menunggu Gracia di depan pintu kamar mandi tersenyum saat Gracia keluar. Gracia menatap heran sekaligus ngeri dengan senyuman Shani.

"Ck, lo mau apa sih. Jangan halangi jalan gue, gue mau pergi." Kesal Gracia kepada Shani yang menghalangi jalannya.

"Jangan marah-marah mulu dong sayang." Ucap Shani tersenyum kearah Gracia.

"Sayang-sayang pala lo peang. Awas gue mau pergi." Gracia berusaha mendorong tubuh Shani, namun ia tak bisa di karenakan tenaga Shani yang jauh lebih besar di bandingkan dengan dirinya.

"Mau kemana sih sayang kok buru-buru gitu, mending kamu ikut aku yuk." Tanpa menunggu jawaban dari Gracia, Shani langsung saja menggendong tubuh Gracia ala bridal style, Gracia berontak dalam gendongan Shani, Shani menahan kuat tubuh Gracia agar mereka tidak terjatuh.

"Diam sayang nanti kita jatuh, sakit tau kalau jatuh." Shani menggendong tubuh Gracia menuju kamar yang ada di gedung itu tanpa ada yang melihat mereka.

"Lepasin gue Shani, lo jangan macem-macem ya sama gue. Gue laporin nanti lo sama bokap gue biar lo di keluarin dari sekolah." Ucap Gracia yang masih memberontak di gendongan Shani.

Shani tak membalas ucapan Gracia, ia membuka pintu dengan satu tangan nya dan menutup nya kembali, tak lupa juga ia mengunci pintu itu lalu membuang nya ketempat yang tinggi agar tidak bisa di jangkau oleh Gracia.

"Nah kita sudah sampai," Shani menurunkan Gracia di atas kasur secara perlahan, ia pun ikut naik menindih tubuh Gracia. Menahan kedua tangan Gracia yang memberontak.

"Shan jangan." Gracia memohon menggeleng saat Shani ingin mencium bibirnya, Shani tersenyum, tapi bukan berarti ia menuruti permintaan Gracia. Ia mencium paksa bibir Gracia, melumatnya dengan sedikit kasar dan bernafsu. Gracia yang awalnya menolak mulai terbuai akan ciuman yang diberikan Shani.

"Shhh." Gracia mendesah di sela-sela ciuman mereka, yang membuat Shani bertambah semangat untuk melanjutkan kegiatannya.

Kini ia sudah melepaskan cengkraman tangannya pada tangan Gracia, Shani meremas payudara Gracia yang masih terbungkus dress dan juga bra milik gadis itu.

"Shhh ahhh."

Shani tersenyum di sela ciumannya, ciumannya turun ke leher jenjang milik Gracia mencium dan mengisap nya dengan kuat meninggal tanda ke unguan di sana. Satu tangan Shani menaikkan dress yang di kenakan Gracia hingga menampakkan perutnya.

Shani meraba perut Gracia, memutar-mutar jari-jarinya di sana memberi rangsangan ke pada Gracia. Tangannya naik ke atas masuk ke dalam dress Gracia lalu meremas payudara Gracia yang masih terbungkus bra, Shani tersenyum menatap wajah Gracia yang menikmati sentuhannya.

Shani meraba punggung Gracia mencari kaitan bra gadis itu, Gracia mengangkat sedikit tubuhnya agar Shani mudah melepaskan bra nya. Hingga pada akhirnya kaitan bra itu terlepas, Shani menariknya dan menjatuhkan secara asal ia kembali melumat bibir Gracia sebentar. Kemudian Shani membuka dress Gracia meninggalkan cd gadis itu, Shani terpesona akan tubuh indah milik Gracia.

Shani mendekatkan wajahnya tepat di kedua payudara Gracia, menjulurkan lidah nya menjilat puting Gracia yang sudah mulai menegang. Lututnya ia gesekan ke vagina Gracia yang masih terbungkus.

"Ahhh shhhh."

Suara desahan dari Gracia kembali terdengar dan mengalun indah di telinga Shani, Shani yang awalnya hanya menjilat puting Gracia kini berganti menjadi melumat dan menghisapnya. Shani menghisap kedua payudara Gracia secara bergantian, kini tangannya turun dan masuk ke dalam cd Gracia, mengelus nya dan memasukkan dua jari nya ke vagina Gracia, menyentuh daging kecil yang mirip kacang milik Gracia. Ia menggoyangkan jari-jarinya di vagina Gracia membuat gadis itu lagi-lagi mendesah.

"Ahhh shannn."

Shani tersenyum saat Gracia mendesahkan namanya, Shani membuka pakaian terakhir milik Gracia lalu melemparkan nya. Ia membuka paha Gracia cukup lebar dan mendekatkan wajahnya tepat di vagina Gracia, menjilat daging kecil milik Gracia memberi kenikmatan yang belum pernah dirasakan Gracia maupun dirinya.

"Ouhhh ahhhh."

Shani mempercepat gerakan lidahnya membuat Gracia bergerak gelisah, gadis yang sebentar lagi akan kehilangan keperawanannya itu menghimpit kepala Shani saat dirinya merasakan ada sesuatu yang akan meledak keluar.

"Ahhh shannn guehh mau pipis ahhhhhh."

Nafas Gracia terengah-engah saat ia mencapai puncak kenikmatannya, cairan kental yang di keluarkan Gracia di telan habis oleh Shani. Shani membiarkan Gracia menikmati pelepasannya sembari dirinya membuka pakaian yang ia pakai, hingga kini keduanya sama-sama telanjang tanpa sehelai benang menutupi tubuh mereka.

Mata Gracia melotot melihat batang penis Shani yang besar dan sudah menegang, dirinya menggeleng agar Shani tak melakukan hal yang akan merenggut kesuciannya, tapi apakah Shani peduli? Shani tak peduli dengan perlahan ia memasukkan penisnya ke vagina Gracia hingga penisnya seutuhnya masuk dan hal itu membuat Gracia berteriak kesakitan. Shani dapat merasakan ada yang mengalir di penisnya dan ia yakin jika itu darah keperawanan Gracia yang berhasil ia renggut.

"Aws sakitt Shan lepas shhh."

Gracia memejamkan matanya menahan rasa sakit di vaginanya bahkan sadar atau tidaknya dirinya, cairan bening keluar dari matanya. Merasa sudah pas Shani menggerakkan pinggulnya secara perlahan membuat Gracia semakin merasa kesakitan, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kesakitan yang tadi ia rasakan kini berganti dengan rasa nikmat yang tak pernah ia rasakan.

"Ahhh ahhh ouhhh."

Gerakan Shani yang awalnya pelan kini berganti menjadi lebih cepat, batang penisnya keluar masuk di dalam vagina Gracia, ia ikut mendesah merasakan batang penisnya yang di pijat vagina Gracia.

"Ahhh Grehhh lubang mu sempit ahhh."

"Shanhhh lebihhh cepat ouhhh."

Mendengar itu Shani menambahkan kecepatannya, suara pertemuan kulit keduanya memenuhi kamar itu di sertai dengan desahan mereka yang saling sahut menyahut.

"Ahhh Shann akuhh nggak tahann ahh."

"Akuhh mauhh keluar ahhh."

Gracia kembali mendapatkan puncak kenikmatannya, Shani membiarkan Gracia menikmati pelepasannya. Ia kembali mencium bibir Gracia yang sudah membengkak gara' ulahnya. Tangannya juga tak tinggal diam ia meremas kedua payudara Gracia hingga ia merasa cukup untuk Gracia menikmati pelepasannya.

Shani kembali menggerakkan pinggulnya dan kali ini ia memulai menggerakkannya secara cepat dan hal itu kembali membuat Gracia mendesah begitu pun dengan dirinya.

"Ahhh ahhhh ahhhh Graciahhh ahhhh."

"Ohh shithh Grehhh uhhh."

"Ahhh ahhh ahhh Shanihhh."

Shani terus menggerakkan pinggulnya secara cepat hingga ia merasakan penisnya yang semakin membesar dan vagina Gracia yang semakin menghimpit penisnya.

"Ahhh Shannn aku mau keluar lagihhh ahh."

"Aku juga Grehh ahhh."

"Ahhhhhhhhh." Desah panjang keduanya di saat pelepasan, Shani mengeluarkan spermanya di dalam vagina Gracia.

Shani kemudian mengubah posisi mereka, Gracia menungging di buatnya ia tak mau berlama-lama lagi dengan sekali gerakan ia kembali memasukkan penisnya ke vagina Gracia dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Shani terus melakukan itu sampai acara birthday party Gracia selesai tanpa adanya pemilik acara di sana.
.
.
.

Pagi harinya Gracia terlebih dahulu bangun di bandingkan dengan Shani, dirinya melirik Shani yang masih tertidur pulas di sampingnya. Ingatan kejadian tadi malam terlintas begitu saja di pikiran nya, matanya memanas hingga Gracia mengeluarkan air matanya. Gracia menangis tanpa suara, ia sudah kehilangan kesuciannya dan itu diambil oleh orang yang saat ini ada di sampingnya, orang yang sudah bangun dan memperhatikan Gracia yang sedang menangis.

Tangan Shani terulur menghapus air mata Gracia, Gracia mengalihkan pandangannya lalu menatap Shani dengan tajam dengan gerakan cepat ia menendang tubuh Shani hingga terjatuh dari atas kasur.

"Aduh." Rintih Shani merasakan pantat nya yang terasa sedikit sakit karena bersentuhan dengan lantai.

"Kok di tendang sih sayang akunya." Ucap Shani yang sudah berdiri sembari memegang pantatnya.

"Lo! Argh! Lo jahat Shani. Lo udah ngerenggut kesucian gue, dan lo masih nanya kenapa gue nendang lo. Itu belum seberapa ya, gue akan kasih perhitungan sama lo, gue akan laporin sama bokap gue supaya lo di penjara." Ucap Gracia dengan suara yang tinggi yang kini sudah duduk dan menutupi tubuh polosnya dengan selimut.

Bukannya takut, Shani malah tersenyum menanggapi ancaman Gracia. "Dah jangan marah-marah mulu, lagian lo juga menikmatinya semalam." Balas Shani kemudian ia memungut pakaian miliknya dan juga Gracia, ia terlebih dulu memakai baju nya dan setelah itu ia menyerahkan pakaian Gracia.

"Yuk kita pulang, pasti orang tua lo dan nyariin anak gadisnya yang tak pulang semalaman." Ucap Shani yang teramat santai, Gracia menatap tak percaya kepada Shani, bisa-bisa Shani berkata santai seperti itu. Apakah Shani berpikir jika dirinya bermain-main dengan ucapannya.

"Gue nggak main' ya Shani, gue tetap ngelaporin lo sama bokap gue. Biar lo dipukuli dan di masukkan ke penjara." Ucap Gracia, Shani tak menghiraukan ucapannya ia membuka pintu yang terkunci dan kembali mendekati Gracia.

"Yuk kita pulang biar gue gendong lo." Ucap Shani yang sudah siap untuk menggendong tubuh Gracia.

"Nggak perlu gue bisa sendiri." Gracia mencoba menurunkan kedua kakinya dan turun dari atas kasur, saat dirinya ingin melangkah ia merasakan sakit di vagina nya.

"Aws." Rintih Gracia.

"Kan udah gue bilang biar gue gendong lo, lo sih batu banget kalau dibilangin." Ucap Shani.

"Tuk."

"Aws."

"Ini semua gara' lo ya babi." Ucap Gracia mengeluarkan kata' kasar yang tak pernah ia ucapkan setelah ia memukul kepala Shani. Shani yang masih mengelus kepalanya yang baru di pukul Gracia menatap Gracia tak suka karena telah mengatai dirinya babi. Tapi ia tak ingin memperpanjang nya, ia lebih memilih mengendong tubuh Gracia dan berjalan keluar dari kamar itu, kamar yang menjadi saksi kegiatan panas mereka.

Shani menggendong tubuh Gracia sampai ke parkiran tempat di mana dirinya memarkirkan mobilnya, selama Shani menggendong Gracia, wanita itu terus menatap wajah Shani dari bawah. Satu hal yang baru di sadari Gracia jika Shani itu memiliki rahang yang tegas dan hal itu mampu membuat dirinya terpukau. Dan ia juga menyadari jika Shani juga memiliki wajah yang cukup tampan di bandingkan dengan Aran.

"Ngapain ngeliatin gue begitu amat, apa jangan-jangan lo udah mulai suka sama gue." Ucap Shani dengan pd seketika Gracia mengalihkan pandangannya, wajahnya saat ini tengah memerah karena kepergok memperhatikan Shani.

"Jangan mimpi deh, gue nggak mungkin suka sama manusia kayak lo. Manusia cabul dan pembuat onar seperti lo." Ucap Gracia setelah berhasil menguasai dirinya.

"Ucapan lo nyakitin tau nggak, tapi apa yang dikatakan lo emang bener sih." Balas Shani sembari terkekeh, ia tak menyangkal apa yang di ucapkan Gracia yang memang benar adanya.

Shani membuka pintu mobilnya dan memasukkan Gracia kedalam secara perlahan takut jika Gracia kembali merasa kesakitan, tak lupa juga ia memakaikan seatbelt untuk Gracia. Ia pun masuk di kursi kemudi dan menjalankan mobilnya menuju rumah Gracia.

"Gre, lo kenapa sih nggak suka saat gue ngedeketin lo. Setiap kali gue ngedeketin lo, lo pasti sinisin dan jutekin gue. Apa gue pernah buat kesalahan ya sama lo, kesalahan yang secara tidak sadar gue lakuin." Ucap Shani memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.

"Jujur Gre, gue udah capek terus' ngejar-ngejar lo yang sama sekali tidak pernah lo lirik. Oke, gue emang biang onar di sekolah tapi gue masih tau batasan nya." Gracia melirik ke arah Shani, ia dapat melihat wajah Shani yang kelihatannya sedang banyak masalah.

"Hingga pada akhirnya gue nekat ngelakuin itu sama lo, agar lo bisa gue miliki sepenuhnya, gue udah mikirin ini matang'. Terserah lo mau laporin gue sama bokap lo dan berakhir gue yang di pukuli atau di penjara atau apalah itu gue nggak peduli, yang jelas gue udah berhasil miliki lo sepenuhnya walaupun gue belum bisa miliki hati lo."

"Satu yang harus lo tau Gre, gue bener' se sayang dan se cinta itu sama lo, mau lo percaya atau tidak tapi yang jelas perasaan gue telah habis di lo. Gue udah pernah nyoba buat buka hati untuk orang lain tapi yang dipilih hati gue tetap lo."

"Maaf Gre jika cara gue salah, mungkin kata maaf tidak dapat membuat kesucian lo kembali tapi hanya itu lah yang bisa gue perbuat sekarang." Gracia tak menanggapi apa yang telah di ucapkan oleh Shani, ia hanya diam hingga pada akhirnya mereka tiba di rumah megah milik keluarga Harlan, keluarga Gracia.

"Mau gue gendong lagi?" Tawar Shani setelah dirinya membukakan pintu untuk Gracia, Gracia menggeleng sebagai jawaban dan Shani mengangguk mengerti. Gracia melangkahkan kakinya secara perlahan memasuki rumah di belakangnya Shani mengikuti dirinya dan ia menyadari itu. Gracia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Shani dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo kenapa Gre? Mau gue gendong?"

Gracia menggeleng, "lo bisa pulang sekarang dan lupain apa yang telah terjadi di antara kita tadi malam." Setelah mengatakan itu Gracia pergi meninggalkan Shani, Shani yang mendengar perkataan Gracia bukannya menurutinya ia malah masuk kedalam rumah Gracia.

Setelah keduanya masuk, Shani dan Gracia dapat melihat orang tua Gracia yang sedang duduk berdua di ruang tamu. Gracia dan Shani pun mendekati mereka.

"Pagi Ma, Pa."

"Pagi Om, Tante."

Keduanya secara bersamaan menyapa kedua orang tua Gracia, Gracia melirik tak suka ke arah Shani.

"Dasar batu udah dibilangin jangan masuk." Batin Gracia.

"Pagi Gre, Shan." Balas kedua orang tua Gracia dan hal itu mampu membuat Gracia bingung, dari mana mereka mengetahui Shani.

"Duduk Gre, ajak Shani juga duduk." Ucap Veranda mama Gracia.

"Mah, kalian kenal Shani." Tanya Gracia yang penasaran.

"Ya kenal dong kan Shani itu calon mantu papa." Jawab Harlan papa Gracia.

"Hah!"

"Jangan ngaco deh pa." Balas Gracia tak suka.

"Siapa yang ngaco coba? Papa serius, Shani itu calon mantu papa dan calon suami kamu." Ucap Harlan.

"Maksud papa apa? Papa ngejodohin aku sama dia?" Tanya Gracia yang di balas anggukan oleh Harlan.

"Lebih tepatnya Shani sendiri yang minta sama papa, Shani minta restu dari papa dan mama kamu. Lagian kata Shani kalian itu sepasang kekasih yang saling mencintai." Balas Harlan, Shani yang mendengar itu hanya bisa tersenyum.

Memang benar Shani sudah meminta restu kepada orang tua Gracia di hari di mana ia melihat Gracia dan Aran pulang bersama.

Flashback.

Shani memarkirkan mobilnya di depan rumah megah keluarga Harlan. Setelah memencet bel, Shani di suruh masuk dan kebetulan juga Harlan dan Veranda sedang bersantai di ruang keluarga.

"Siang Om, Tante." Sapa Shani sembari menundukkan kepala nya.

"Iya, siang kamu siapa?" Balas Veranda dan menatap Shani bingung.

"Sebelumnya saya meminta maaf karena telah mengganggu waktu om dan tante. Perkenalkan saya Shani Indira Natio, kedatangan saya kesini ingin meminta restu kepada kalian."

"Saya berniat untuk menikahi putri kalian Shania Gracia Harlan."

"Kamu kekasih nya Gracia?" Tanya Veranda.

"Iya Tante, Saya kekasih nya Gracia dan kami saling mencintai." Balas Shani dengan tegas.

"Shani Indira Natio, anak dari Kinal dan Naomi? Apakah Saya benar?" Ucap Harlan.

"Iya om, mereka orang tua Saya."

"Kebetulan sekali mereka adalah sahabat Saya dan kami juga sudah sepakat untuk menjodohkan anak-anak kami, dan Saya tidak menyangka jika kamu yang meminta nya langsung tanpa harus melakukan perjodohan itu."

"Saya hargai keberanian kamu dan Saya akan memberi restu Saya kepada kamu, tapi Saya minta jangan pernah kamu sakiti anak Saya jika kamu tidak mau kehilangan dia." Jelas Harlan.

"Iya om, Saya janji. Saya tidak akan pernah menyakiti putri om, Saya akan berusaha untuk membahagiakan dia." Balas Shani.

"Jadi sekarang Gracia dimana? Kenapa kamu tidak pulang bersama dia?" Tanya Veranda yang mencari keberadaan Gracia.

"Gracia pergi bersama temannya Tan, katanya ia ingin menghabiskan waktu bersama mereka Tan." Balas Shani.

"Begitu ya Shan."

"Iya Tan."

"Oh iya Shan, bilang Sama orang tua kamu kami mengundang mereka untuk makan malam bersama sekalian untuk membahas acara pernikahan kalian."

"Secepat ini om? Kan kami masih sekolah om." Tanya Shani yang tak percaya akan perkataan Harlan.

"Lebih cepat lebih baik, kami juga sudah tidak sabar untuk menggendong cucu." Balas Harlan sedikit terkekeh.

"Om bisa aja." Balas Shani yang ikut terkekeh."

"Kalau begitu saya pamit ya om, undangan om tadi pasti saya sampai kan." Ucap Shani, Harlan dan Veranda mengangguk. Setelah menyalami tangan Harlan dan Veranda, Shani pun keluar dan pergi menuju rumah nya. Ia tak menyangka jika ia di terima dengan baik oleh keluarga Gracia. Dan di dalam pikiran nya sekarang adalah bagaimana meluluhkan hati Gracia.

Flashback end.

"Tau ah." Gracia yang mendengar jika mereka akan menikah dalam waktu dekat pun merasa kesal, ia pergi begitu saja menuju kamarnya.

"Em,.. Om aku boleh kan nyusul Gracia." Ucap Shani sedikit takut jika Harlan tak mengizinkan dirinya menyusul Gracia.

"Boleh lah, sana kamu susul calon istri kamu." Balas Harlan yang membuat Shani tersenyum kesenangan.

"Makasih om, kalau begitu saya susul Gracia dulu ya om." Setelah mendapat jawaban dari Harlan dan Veranda, Shani pun menyusul Gracia ke kamar calon istri nya itu.

"Jangan main kasar ya Shan." Teriak Harlan saat Shani sampai di tangga pertama menuju kamar Gracia, Shani yang mendengar itu sedikit bingung tapi ia segera mengerti apa yang di maksud oleh Harlan mengigat banyak tanda di leher Gracia maupun dirinya. Dengan pipi yang memerah Shani buru-buru naik keatas, sementara Harlan dan Veranda hanya bisa menggelengkan kepala mereka.

"Dasar anak muda tidak bisa menahan nafsu." Ucap Harlan.

"Dihh, kek papa nggak gitu." Kesal Veranda.

.
.
.

Shani memasuki kamar Gracia namun ia tak menemukan keberadaan Gracia, tapi ia dapat mendengar suara air di dalam kamar mandi. Shani pun memutuskan untuk melepaskan bajunya dan masuk kedalam kamar mandi.

Shani dapat melihat Gracia yang sedang berdiri di bawah guyuran shower, ia mendekat dan memeluk tubuh Gracia dari belakang. Gracia yang mendapat pelukan secara tiba-tiba terkejut.

"Lo! Kenapa lo bisa kesini dan kenapa lo nggak pake baju segala." Ucap Gracia dengan kesal ia berusaha melepaskan pelukan Shani.

"Sttt! Jangan gerak-gerak sayang, di bawah bisa bangun." Ucap Shani dengan sensual tepat di telinga Gracia, ia mematikan shower lalu meremas kedua payudara Gracia dari belakang.

"Shhh."

Gracia yang berusaha menahan desahannya agar Shani tak terpancing harus gagal, sentuhan Shani terlalu memabukkan bagi dirinya.

"Shan ahhh."

Mendengar suara desahan Gracia, membuat libido Shani semakin naik. Ia mempercepat gerakan remasan nya pada payudara Gracia. Tak lupa juga Shani mencium leher Gracia, menjilat dan menghisapnya menambah tanda yang sebelumnya belum hilang.

"Ahhh."

Suara desahan Gracia kembali terdengar, dengan sekali gerakan Shani membalikkan badan Gracia menjadi menghadap dirinya. Ia mencium bibir Gracia, melumat nya dengan penuh nafsu. Suara kecapan memenuhi ruangan itu, Gracia memukul-mukul dada Shani kala ia merasa kehabisan oksigen. Shani pun melepaskan ciumannya dan menatap mata Gracia, kening keduanya bersentuhan.

"Aku tau kamu nggk terima akan keputusan perjodohan ini tapi aku tidak akan membatalkan nya, karena aku sayang dan cinta sama kamu. Dan aku akan buat kamu sayang dan cinta sama aku." Setelah mengatakan itu Shani kembali mencium bibir Gracia dengan lembut, salah satu tangan nya meremas payudara Gracia.

"Ahhh."

Desah keduanya di sela-sela ciuman yang mereka, Shani menghentikan ciumannya dan membalikkan tubuh Gracia, mendorong tubuh Gracia dengan pelan membuat Gracia berpegangan pada tembok.

Shani mengarahkan penisnya ke vagina Gracia, Gracia sedikit membungkukkan tubuhnya dan juga merenggangkan kakinya agar Shani mudah melakukan aksinya. Ia juga sudah terpancing nafsu.

"Ahhh."

Desah keduanya kala Shani memasukkan penisnya ke vagina Gracia dan ia langsung menggerakkan pinggulnya.

"Ahh Grehh ahhh ahhh."

Shani terus menggerakkan pinggulnya sampai ia merasakan penisnya yang semakin di jepit di dalam vagina Gracia. Sepertinya Gracia akan mencapai puncak kenikmatannya, Shani menambah kecepatan gerakannya.

"Ahhh ahhh Shann akuhh mauhh keluarhhh ahh."

"Ahhhhhhh ahhhhhhhhh."

Gracia mencapai puncak untuk yang pertama kali nya, Shani membiarkan Gracia menikmati pelepasannya. Ia mencium punggung mulus milik Gracia tangannya meremas pinggul Gracia.

Setelah di rasa cukup Shani kembali menggerakkan pinggulnya.

"Ahhh ahhh ahh."

"Shhh shhh shhh ahhh."

"Ouhhhh shithh yeahh."

Kepala Shani mendongak menikmati pijatan vagina Gracia di penisnya. Shani menambah kecepatannya saat ia merasa akan ada sesuatu yang keluar.

"Ahhh Grehhh akuhh mau keluar ahhh."

"Aku juga Shann ahhh."

"Bersama Grehhh ahhh."

"Ahhhhhhh ahhhhhhhhh."

Desah panjang keduanya, Shani mengeluarkan spermanya di dalam vagina Gracia membuat vagina Gracia penuh bercampur dengan cairan miliknya. Tak lama kemudian Shani melepaskan penyatuan nya dan membalikkan tubuh Gracia. Ia kembali menatap mata Gracia.

"Makasih calon istriku dah semoga debay nya segera ada di dalam perut kamu." Ucap Shani menggoda Gracia, hal itu mampu membuat pipi Gracia memerah, ia merasa malu.

"Ihh pipinya merah, kamu malu ya sayang." Shani kembali menggoda Gracia.

"Dih apasih, awas aku mau mandi." Gracia melangkahkan kakinya menuju shower dan menghidupkan nya kembali.

"Dah aku kamuan nih." Shani menaiki turunkan alisnya namun Gracia tak peduli ia melanjutkan acara mandinya yang sempat tertunda karena Shani.

Shani pun memutuskan untuk tidak menggoda Gracia lagi, ia ikut mandi. Tapi tidak Shani namanya jika tidak menjahili Gracia, selama Gracia mandi Shani beberapa kali meremas payudara Gracia yang membuat Gracia kesel.

End.

Olvasás folytatása

You'll Also Like

102K 3.8K 17
"siapa namamu?" "o-oline kakk"
23.5K 4.6K 34
"Malam ini tidak," katanya, menolak tawaran teman-temannya. "Aku tidak bisa lagi melakukannya," susulnya. "Aku dijodohkan, dan menerimanya. Dengan se...
44.5K 3.7K 33
Mau jelek atau ganteng semua orang punya selera kerennya masing-masing. Apapun yang orang bilang, ku tetap cinta. Karena dirinya only one. (Revisi ti...
49.5K 1.1K 8
Beby punya Shania. Shania punya Beby. Intinya gitu dah! 18++ Dibawah umur tidur dulu sama emak, besok kalo uda 18 tahun boleh baca ini. Oksip.