Now playing :
🎵 This is why we can't have nice things - by Taylor Swift
.
.
.
CHAPTER 45 ; Nice things
Kehamilan Catherine memang masih dirahasiakan dari publik mengingat usia janin tersebut yang masih belia dan rentan.
Namun, Catherine memutuskan untuk memberitahu Ryota akan kehamilannya, bermaksud agar pria yang hampir berkepala 4 itu tak salah paham saat Catherine menolak ajakannya untuk meminum alkohol tadi malam.
"Selamat atas kehamilan anda, Duchess"
Catherine tersenyum dan berterimakasih.
Saat ini mereka sedang berada di rumah kaca Catherine. Bermaksud membicarakan kerjasama antar ekspor eksklusif untuk wilayah Emeric.
Catherine meminum tehnya dan menatap Ryoto dengan senyum bisnisnya.
Wanita itu tahu Ryoto bukanlah pria yang mudah dihadapi, namun Catherine adalah ahli dalam menghadapi pria seperti ini.
***
Edward melangkahkan kakinya keluar dari ruang rapat dan menuju tempat dimana istrinya berada.
Beberapa saat lalu Edward memang terpaksa membiarkan istrinya bersama Ryoto mengingat ada rapat penting yang harus ia hadiri.
"Selamat Siang, Duke Emeric"
Edward menoleh dan mendapati Putri dari Perdana Mentri Timur itu yang Tengah mengenakan gaun selayaknya bangsawan Eudonia. Berbeda dari hari sebelumnya, gadis itu memakan pakaian tradisional kerajaannya.
Membalas sapaan gadis itu, Edward hanya mengangguk.
"Duchess memberikan saya beberapa pakaian Eudonia, bagaimana menurut anda?"
Sebenarnya Edward sama sekali tidak tertarik dengan gadis yang bahkan tidak ia ingat namanya ini, namuna perkataan Catherine kembali terputar diotaknya.
'Perdana Mentri dan Putrinya akan sangat penting untuk kesuksesan rencanaku, jadi perlakukanlah mereka dengan baik'
"Istriku selalu pandai memilih gaun" jawab Edward tanpa mengubah ekspresi wajahnya sedikitpun.
Sedangkan Keira tersenyum.
"Apa anda ingin menuju rumah kaca? Saya juga akan kesana untuk menemui Ayah"
**
Catherine tersenyum cerah saat mendapat sinyal baik dari Ryoto.
Lelaki itu meminta Catherine untuk mengurus segala proposalnya untuk ditujukan pada Kerajaan Timur.
Disisi lain, Ryoto pun tersenyum, lelaki itu senang dengan keprbadian Catherine yang Anggun dan cerdas.
Percakapan mereka terhenti saat suara tawa seorang gadis diiringi beberapa langkah kaki mendekat kearah mereka.
"Keira?"
Keira menoleh menatap ayahnya yang memanggilnya.
Gadis yang berjalan beriringan dengan Edward itu menghentikan tawanya dan berjalan menghampiri sang Ayah.
"Selamat Siang, Duchess. Apa saya mengganggu acara siang kalian?" Tanya Keira, ramah.
Catherine tersenyum tipis dan menggeleng.
"Tentu saja tidak, saya memang ingin mengundang anda" jawab Catherine.
Wanita berbadan dua itu menatap Edward dan menjulurkan tangannya, menyambut sang suami.
Edward pun mengecup lembut punggung dan telapak tangan sang istri sebelum mendudukan dirinya di sebelah wanita tersebut.
"Silahkan duduk, Lady Keira" sambut Catherine.
Dan dengan sengan senang hati, Keira duduk di sebelah sang Ayah.
Catherine segera menuangkan teh khas Eudonia ke gelas Edward dan Keira.
"Rumah kaca anda begitu indah, Duchess"
Catherine tersenyum sembari meletakkan teko berukir bunga tersebut.
"Terimakasih, ini merupakan hadiah pernikahan dari Duke" jelas Catherine.
Wanita itu beralih menatap Edward dengan senyum manis yang tentu saja dibalas oleh lelaki tersebut.
"Wah manisnyaa, Saya harap jika saya menikah nanti, pernikahan saya bisa semanis Duke dan Duchess Emeric" ujarnya.
Catherine tersenyum dan meng-aminkan ucapan Keira.
.
Menit demi menit berlalu dengan pembahasan yang tak jauh dari kultur antar Kerajaan. Seperti busana macam apa yang kini digemari Kerajaan timur dan Eudonia, ataupun sesekali menjerumus kearah permasalahn wilayah dimana Ryoto dan Edward ikut angkat bicara.
"Syukurlah jika wilayah Timur sudah membaik" ujar Catherine.
Cuaca di Wilayah Timur akhir-akhir ini memang buruk. Namun melihat perkembangannya, Catherinne takjub dengan bagaimana tanggapnya Ryoto menanggulangi semua itu.
"Ya, selalu ada saja ujian yang tak terduga"
Catherine menaikan tangannya, berniat meraih cangkir tehnya yang ternyata telah kosong.
Tanpa kata, Edward segera mengisi cangkir sang istri dan meletakan kue kering di piring wanita tersebut- tahu bahwa Catherine selalu meminum teh dengan kukis kesukaannya, sesekali Edward bahkan menyuapkan kukis tersebut karena pria itu tahu sang istri akan jauh lebih menikmati makannya saat Edward yang menyuapkan.
Sedangkan disisi lain, benak Ryoto membenarkan rumor-rumor yang beredar.
Tampaknya Duke Emeric memang begitu mencintai pujaan hatinya.
"Melihat anda, saya jadi mengingat saat istri saya hamil Keira dulu. Di 3 bulan pertama kalian memiliki gejala yang sama" ujar Ryoto sembari terkekeh.
Catherine tersenyum,
"Istri anda pasti sangat cantik, saya tidak sabar untuk bertemu dengannya"
Ryoto membalas senyuman tersebut dengan binar dimatanya.
"Ya, dia memang sangat cantik"
"Kalian bisa saja membuatku iri" ujar Keira.
"Maaf, saya tidak bermaksud membuat anda tidak nyaman"
Keira hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Jangan khawatir, doakan agar aku segera menyusul"
Catherine tahu kemana arah tatapan itu memandang.
Ia tersenyum dengan mata yang menyorot penuh arti.
"Aku doakan yang terbaik untukmu"
***
Setelah berbincang santai didalam rumah kaca, kini Catherine dan Keira tengah berjalan bersama menyusuri kebun bunga Catherine.
Pada awalnya, Edward ingin ikut dengan sang istri, namun sayang Keira dan Catherine berniat untuk menghabiskan waktu berdua.
"Saya dengar pada awalnya Duke Emeric di jodohkan dengan Kakak anda?"
Catherine tersenyum dan mengangguk.
"Kakak saya menolak, karena itu saya yang menggantikannya"
Keira mengangguk-anggukan kepalanya.
"Saya kira, seseorang seperti Duke Emeric lebih pantas memilih pasangannya sendiri, bukan begitu?"
Catherine tak terkejut. Sudah sangat menduganya.
Gadis yang memasuki rumah kaca bersama Edward ini bahkan terus bertingkah begitu akrab dengan suaminya.
"Ah benar... seharusnya memang lebih baik kami tidak dijodohkan ya"
Langkah mereka terhenti ditengah kebun bunga dengan warna beragam.
"Ah, maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung anda, Duchess" ujar Keira dengan wajah canggung.
"Saya hanya berfikir, bukankah Duke penguasa wilayah Utara itu seharusnya memiliki pasangan yang sama kuatnya dengannya?"
Keira menatap Catherine dengan berani.
"Seperti, aku misalnya?"
***
TBC
Published, 05-09-2023
Komen dong yg banyak!
Keira baru dateng 2 chapter kalian udh males baca kah? (Ada yg komen udh males baca kemarin)
Ya gapapa sih, aku gamau maksa kalian baca juga, males juga bacain komen ngatur mulu anjrit😭
Padahal dah dikodein mau end, mana bisa konflik menye2, percaya aja udah, dr awal kita kan udh klop, kalian tuh sama ko ama aku, gasuka cerita dengan soundtrack rossa-hati yang kau sakiti🙏🏻
Anw aku lagi nulis ending lohhhh