ABIGAEIL

By parkchim_chim2

726K 53.8K 4.8K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
53
54
👋👋
55
56
57
58
59
60
61

52

2.7K 343 40
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

.
.
.
.

Abigael terdiam di sisi kolam renang rumah, setelah hampir dua Minggu mendekam di rumah sakit akhirnya anak manis bungsunya Wishnutama itu bisa kembali ke rumah.

Ini pukul sepuluh pagi tidak ada siapapun di rumah semua tengah sibuk melakukan aktivitas nya masing-masing tersisa abigael duduk diam menatap pantulan wajahnya sendiri di air

Hhhhh

Kembali, helaan nafas panjang terdengar dari bibir kecilnya yang tampak kering dan sedikit pias tanpa rona dampak dari sakitnya mungkin bahkan kini anak itu terlihat lebih kurus dengan wajah sayu, kulit nya yang pada dasarnya putih pucat kini semakin kentara terlihat bahkan jika dilihat urat-urat di bawah terlihat jelas dengan sedikit diwarnai lebam-lebam yang entah karena proses pengobatan atau memang efek samping dari sakit itu sendiri.

Melihat pantulan dirinya sendiri membuat Abi murung, ia jelas merasakan perubahan pada tubuhnya sendiri bahkan ia bisa merasakan kinerja tubuhnya yang kian melemah tiap harinya abigael sadar sepenuhnya jika ia hampir sampai. Meskipun Papa dan dokternya mengatakan dirinya baik-baik saja Tapi Abi merasa justru sebaliknya.

Sebuah usapan pelan pada pundaknya Abigael rasakan membuat si empu kepala mendongak, ada Papanya berdiri di sampingnya menatap nya dengan penuh kasih

" Udah berapa lama di luar hm? adek, ga ngerasa dingin nak? kakinya direndam begitu? " tanya Andhika berjongkok di samping putra kesayangannya itu

Abigael tersenyum tipis seraya mengeleng kan kepalanya, jangankan dingin ia bahkan tidak dapat merasakan kakinya saat ini kembali kakinya mati rasa. Tidak papa itu sudah biasa dan biasanya hanya sebentar.

" Papa kok disini nda kerja? " bingung Abi melihat sang Papa seingatnya tadi pagi papa nya pamit untuk bekerja kenapa sudah kembali se pagi ini

Andhika balas tersenyum, sebenarnya ia punya banyak tumpukan pekerjaan yang menanti dirinya namun entah mengapa ia tidak bisa berkonsentrasi fokusnya terus tertuju pada bungsunya yang ia tinggalkan di rumah seorang diri tidak seorang diri juga karena masih ada banyak pekerja di sini yang sudah di wanti-wanti nya untuk ekstra menjaga bungsunya.
namun meskipun begitu ia masih belum bisa tenang maka ia putus kan kembali ke rumah untuk menemani putra kecilnya yang manis.

Benar saja sampai di rumah Andhika langsung menemui anak bungsunya yang berdiam diri di tepi kolam dalam jarak dekat Andhika bisa melihat punggung kecil dan terlihat rapuh itu tak bergeming dengan hadirnya lebih dekat lagi Andhika bisa melihat wajah sendu Abigael yang seolah menyimpan banyak duka

Perlahan di usapnya Surai lembut sang anak berusaha menarik atensi si empu, berhasil. Andhika kini bisa melihat wajah muram lengkap dengan tatapan sayu sang anak menatap nya bahkan bibir mungil yang terlihat tanpa rona itu berusaha tersenyum semanis mungkin menyambut dirinya.

Hati Andhika mendadak nyeri melihat betapa rapuhnya sang anak sekarang ini, sakit hatinya melihat sang anak berusaha terlihat baik-baik saja di hadapannya.

Andhika bergeming tatkala suara pelan sang anak menyapa pendengaran nya maka dengan senyum terbaik pula Andhika balas sambutan sang anak.

" Papa? "

" Hm? iya. Kerjaan papa udah selesai makanya cepet pulang lagian papa juga kangen sama adek " jawab Andhika

Abigael manggut-manggut saja kembali mengalihkan tatapannya pada kedua kaki kecilnya di dalam air, dahinya mengerut sebentar merasakan denyutan-denyutan samar yang terasa menghujam tubuhnya terutama lutut dan punggung.

Andhika menyadari gelagat sang anak menegang, ia tahu Abigael sedang berkutat dengan sakitnya dan seperti biasa anak itu hanya akan diam tanpa bersuara bila sudah tidak tertahan lagi barulah Abi akan mengadu.
Andhika hafal sudah kebiasaan sang anak berapa kali Andhika coba peringatkan Abi supaya lekas memberitahukan sakitnya apalagi tiba-tiba kambuh.

" Adek?... " Andhika berdehem mengusap perlahan pundak sang anak masih dengan senyum getirnya

" Masuk yuk udaranya sedikit dingin.." lanjutnya

" Hgg..." Abi hanya mengangguk lirih dengan raut menahan sakit yang kentara sekali

" Tolong Papa.." merentangkan tangannya

Andhika paham di raih nya kedua  tangan kecil itu dalam dekapannya dalam sekali angkat Andhika mendudukkan tubuh mungil itu di kursi yang ada di dekat kolam
meraih handuk guna mengeringkan kaki pucat sang anak.

Dalam diam Andhika coba remas sedikit kuat kaki Abi namun tidak ada respon sama sekali dari si empunya membuat Andhika menyimpulkan bahwa kaki sang anak kembali bermasalah,

" Sakit ga dek kakinya? " tanya Andhika

Abigael tersenyum kecut menjawab pertanyaan sang Papa.
sakit, semuanya sakit namun melihat raut wajah sang Papa yang terlihat sangat cemas membuatnya enggan untuk mengadu.

" Kita ke kamar yaa, istirahat.. " ujar Andhika lagi, anggukan kepala abigael berikan menyamakan dirinya dalam gendongan ala koala sang Papa

Sementara Andhika mati-matian menahan segala sesak di dadanya merasakan betapa lemahnya tubuh sang anak dalam dekapannya bahkan tubuh itu kian terasa ringan, di dekapnya se-erat mungkin daksa kecil itu menyalurkan kehangatan sesekali mengusap teratur punggung Abigael.

" Pa.. Boleh minum obat nda? " tanya Abi ragu sebab ini bukan jadwal nya meminum obat akan tetapi sakit yang menghujam tubuhnya tidak tertahan

Andhika mengangguk pelan tangannya telaten menyiapkan butiran obat yang akan di konsumsi sang anak

" Sakit banget ya nak? mau Papa teleponin Mimi..? " tanya Andhika

" Ndaa, nda papa ini cuma sebentar kok nanti abis minum obat pasti sehat lagi Papa.. " jawab Abi meringis pelan

Andhika mengangguk setuju menyerahkan butiran obat itu yang langsung di minum abigael tanpa mengeluh sedikitpun.

" Hebatnya anak Papa.. " ujar Andhika seraya mengusap peluh di sekitar dahi sang anak di respon senyum lucu si kecil

" Nah.. Istirahat yaa, Papa temenin kalo ada yang ga enak atau dadanya sakit kasih tau ya dek "

Abigael mengangguk sekilas mulai menyamakan dirinya di posisi setengah berbaring nya membiarkan sang Papa mengusap keningnya perlahan.

Andhika terdiam menatap lamat wajah pucat Abi tangannya bergerak lembut mengusap kening tak lupa sesekali mengecup nya.

" Papaa~nanti kalo udah sehat bole ke tempat mama? " tanya Abi pelan

"Hg? "

" Ke tempat mama? Abi rindu mama~" kata Abi lagi menatap sang Papa

Andhika tersenyum sedikit tangannya terus menerus mengusap kening sang anak.

" Boleh... Sama papa ya nak, " angguk Andhika

" Papa? "

" Iya" Andhika menjawab ia pikir putra kecilnya itu sudah tidur setelah lama hening bahkan mata sipitnya sudah terpejam

" Papa tau? Abi sayang sekali sama Papa... Papa yang terbaik! maaf ya kalo Abi terus ngerepotin Papa.." kata Abi pelan

" Noo... Kamu anak Papa! kesayangannya Papa.. Ga boleh minta maaf papa ga suka"

" Papa lebih sayang, sayang sekali sama Abi selamanya.. Ajak papa ya nak kemampuan kamu pergi "

Lanjut Andhika di lihatnya bibir pucat abigael tersenyum tipis makin memejamkan matanya.

" Cepat sembuh sayangnya Papa... Jangan bikin Papa takut nak. Abi harus sehat, Abi harus panjang umur,
Abigael... "

" Tidur nyenyak sayang, Papa tunggu adek bangun." ucap Andhika lagi mendaratkan kecupan hangat pada kening sang anak tangan besarnya bergerak mengusap surai sang anak hanya sebentar sebelum Andhika menyadari helaian rambut sang anak tertinggal banyak di telapak tangannya
Andhika menunduk dalam tangan besarnya agak bergetar meremat helaian rambut itu

pertahanan nya nyaris runtuh sekarang.

" Adek... " bisik nya parau bahkan air mata sudah bergumul di kelopak matanya

Hatinya sesak tidak terkira perlahan namun pasti sakit yang menggerogoti tubuh kecil anaknya semakin mengganas bahkan kini dampaknya semakin terlihat jelas bukan hanya tentang rambut yang mulai rontok efek samping dari pengobatan Andhika bisa jelas melihat jemari pendek sang anak yang sedikit membiru.

Bibirnya ia gigit kuat menggenggam erat helaian rambut Abi di tangannya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana Abi kedepannya jika perkara rambut rontok saja sudah membuatnya begitu takut, bagaimana dengan Abi?

Serasa udara di kamar ini semakin menyesakan untuknya ia putuskan untuk keluar sejenak setelah memastikan abigael nyaman dalam lelapnya

Tubuhnya ia sandarkan di dinding samping pintu kamar si bungsu Andhika hampir tidak punya tenaga lagi untuk melangkah lebih jauh
bulir-bulir air mata mulai berjatuhan dari kelopak matanya yang terlihat lelah
menatap telapak tangannya yang berisi rambut sang anak, Pasti sakit sekali yang anaknya rasakan pasti berat sekali yang tubuh kecil itu rasakan jika boleh meminta Andhika pinta kan agar sakit pada anaknya berpindah pada dirinya saja
jangan anaknya..

Pandangannya terangkat merasa helai rambut si bungsu sudah berpindah tangan

" Biar mas aja yang buang... " kata Sehan seraya mengantongi rambut Abi di saku celananya tidak lupa tersenyum pada sang Papa, ia mengalami hal yang sama kemarin melihat gumpalan rambut Abi yang rontok saat membantu mengeringkan rambut sang adik, hatinya sama hancurnya mungkin itu juga yang di rasakan Papa nya sekarang ini.

Si sulung itu bahkan tak mampu melihat raut letih dan sayu sang Papa memilih menepuk singkat pundak sang Papa matanya bergulir menatap si bungsu yang tertidur pulas dari celah pintu yang dibiarkan tidak tertutup rapat

" Sehan... Adik_ " Andhika tak mampu menyelesaikan ucapannya

" Hm Mas tau pa.. Sehan juga liat kemarin" aku Sehan

" Hati mas juga sakit, apalagi adek.. Dia juga pasti down banget kalo tau
maka nya mas diem-diem aja kita harus saling kuat dan terus support adek, cuma itu yang bisa kita lakuin buat mempertahankan adek tetap di sini.." Ucap Sehan fokusnya masih pada Abigael di sana

" Tapi Papa tidak menyangka akan separah ini mas... Papa_ hanya belum siap.." lirih Andhika

Sehan hela nafas pelan menatap Papa nya

" Adek udah kemo dari lama pa, inget kata dokter Freya ini aja Abi udah hebat tubuhnya ga banyak menerima efek samping selain mual-muntah lemes sama perubahan suasana hati baru akhir-akhir ini aja kan rambutnya adek mulai rontok itupun karena dosis obatnya yang dinaikin " jelas Sehan yang mengutip penjelasan dokter Freya minggu lalu Andhika mendengarkan dalam diamnya dalam hati ia benarkan semua ucapan si sulung ini

" Pah siap ga siap kita harus terima ini adalah salah satu cara kita buat men-support adek.. Jangan tunjukkin sakit nya kita depan adek.
Kuat ya kita pertahanin adek sama-sama " ucap Sehan pelan tangannya kembali menepuk pundak sang Papa yang merosot sesekali mengusap nya

" Maafin Papa.. "

Sehan mengeleng seraya tersenyum

" Papa ga perlu takut! kalo khawatir adek bakalan botak itu ga akan terjadi" Andhika diam

" Mm mulai besok mas bakal pakein sari kacang hijau ke rambutnya adek kalo perlu mas bikin sendiri!
papa ga perlu khawatir rambutnya adek bakal tumbuh subur lagi kaya toge! " ucap Sehan menaikan suaranya supaya terdengar ceria

Andhika mau tak mau terkekeh menyambut guyonan si sulung ini yang kata rayidan joke nya selalu garing macam kerupuk warteg

Kaya toge katanya, memang ia kira  kepalanya si bungsu itu apaan..

Namun ucapan si sulung ini membuat hatinya menghangat dan sedikit lebih tenang.

" Makasih ya mas... "

Sehan hanya mengangguk

" Ekhem! " deheman seorang mengalihkan atensi dua orang ini

" Lha Seno sejak kapan kamu disana!"

Tanya Sehan melihat Arseno berdiri tak jauh dari mereka yang pastinya mendengar obrolannya dengan sang Papa
terlihat si jangkung itu sudah berdiri di sana lama di lihat dari raut wajahnya yang terlihat bosan
jas kerjanya sudah ditanggalkan menyisakan kemeja putih yang sudah di gulung sampai siku celana bahan hitam serta pantofel hitam mengkilap tangannya menenteng paper bag bening berisi beberapa botol kecil dan sedang entah apa isinya dan juga ponsel.

" Arseno?"

" Hm.. Sejak mas sehan ngomongin adek" jawab Seno berjalan mendekati keduanya

" Mas nih! " Seno menyodorkan bawaannya pada Sehan

" Apa nihh? " tanya si sulung

" Kalian bahas rambut adek, aku udah beliin hair care buat ngerawat rambut Abi katanya sih bagus banget. Jadi mas ga perlu repot-repot pake kacang ijoo, aku ga mau rambut adek aku jadi kaya toge! " cerocos Seno menatap mas nya, yang di lihat hanya nyengir

Sehan ga sekata-kata kok dia sempat search kalo sari kacang hijau ampuh mengatasi rambut rontok, apa dia salah ya?

" Serius! ini dari Singapure langsung?! kapan kamu beli nya " heboh Sehan usai meneliti bawaan si Tengah

" Jastip " jawab Seno asal

Makin melotot dong si sulung

" Mana ada jastip sehari dari Singapura lagii" ujar Sehan

" Hhh.. Apasih sih mas yang ga bisa kita dapetin pake uang? " jawab Seno dengan muka lempeng nya menatap Sehan yang memasang wajah anehnya

" Oh.. Iya kah "

Andhika mengeleng pelan terkekeh mendengar perdebatan anak-anaknya itu, dia bersyukur entah berapa kali harus ia katakan betapa bersyukurnya ia di kelilingi anak-anak pengertian dan saling support seperti putra-putranya itu.

" Eh_ tapi kalian berdua kok udah ada di rumah? ga ke kantor memang? " tanya Andhika setelah beberapa saat
sedikit heran melihat dua anaknya yang gila kerja itu sudah ada di rumah di jam segini

" Ya kerja tapi mas lagi ga sibuk-sibuk banget " Sehan menjawab Seno sih tim angguk saja

" Oh iya pah, tadi om aris titip pesan
klien Papa yang dari Dubai sampe siang ini. Papa diminta mimpin meeting nya"

Andhika diam sebentar, sudah dibilang kan dia sebenarnya sibuk sekali sebenarnya namun melihat kondisi si bungsu membuat fokusnya meluap entah kemana.

" Pah? Papa bisa, Kalo ga biar mas wakilin kalo papa izinin" kata Sehan

Andhika mengeleng pelan mungkin dengan sibuk sebentar pada pekerjaan bisa membuatnya sedikit melupakan perihal rambut rontok nya si bungsu untuk sejenak

" Biar Papa aja, Mas Papa titip adek ya dan Seno terimakasih udah peka dan paham sama kondisinya adek.. " Kata Andhika tulus menepuk pundak Arseno pelan, melempar senyum pada si sulung dan mulai manjauh dari area lantai dua rumah.

Seno menatap kepergian Papa nya dengan senyum tertahan, rasanya bahagia sekali mendengar ucapan papa nya barusan

" Dihh salting yaa! " Sehan berujar keras sambil memukul pelan lengan sang adik

Acara tersanjung nya Seno terhenti kenapa ia lupa masih ada makhluk lain, yang sama spesial nya dengan  rayidanta,

Sama-sama aneh.

" Serah, aku mau ke adek" ucap Seno

Sambil berjalan memasuki kamar bernuansa baby blue dengan suasana temeram, pewangi ruangan dengan harum aromaterapi menenangkan semakin membuat ruangan ini terasa nyaman.

Langkah kaki berbalut pantofel mahal itu mendekat pada seonggok anak Adam yang nyaman meringkuk terlihat damai, Arseno menatap lama fitur wajah sang adik.
Mata kucing dengan bulu mata lentik itu nampak terpejam rapat
bibir mungil yang nampak sedikit pias terbuka kecil mungkin mencoba meraup udara dari sana Pipi putih meskipun tidak lagi se-chubby dahulu namun tetap terlihat bulat, Abigael sepertinya banyak kehilangan berat badannya lantas Seno mengingat betapa sulitnya anak itu makan akhir-akhir ini, selera makannya hilang semua makanan yang di konsumsi nya sering kali harus kembali dimuntahkan nya belum lagi masalah kesulitan menelan

Seno menghela nafas berat, jujur ia tidak suka dengan perubahan fisik sang adik.
Nyatanya penyakit jahat itu perlahan merenggut apa yang tubuh adiknya miliki
Seno tidak suka, tapi mau bagaimanapun nanti abigael akan selamanya menjadi adiknya akan selamanya menjadi abigael si kecil dan lucu untuknya.

Seno masih diam menatap Abigael dalam hening memperhatikan dada sang adik yang bergerak pelan, merasakan deru nafas sang adik yang berhembus perlahan-lahan, sudah.

Hal itu sudah cukup untuknya memastikan adiknya bernafas dengan baik, abigael masih bernafas.

Seakan refleks tangan nya bergerak mengusap kepala sang adik, Sendu tatapnya merasakan gumpalan rambut tersisa di tangannya

Pantas saja Papa nya terlihat kalut tadi, ternyata ini yang Papa nya alami
Arseno tidak tahu jika efek samping pengobatan Abi akan sampai di titik ini
ia hanya iseng membeli hair care untuk sekedar berjaga-jaga jika pada akhirnya abigael akan mengalami kerontokan rambut juga seperti penderita kanker lainnya, meskipun Arseno selalu mendengungkan dalam doa' setiap hari agar adiknya terhindar dari segala efek samping itu, lantas sembuh.
Tapi sepertinya Tuhan belum menjawab do'anya tidak mengapa Seno akan mencoba lebih keras lagi merayu Tuhan nya agar berbaik hati mengizinkan adiknya tinggal selamanya di sisi nya.
sekarang ia benar-benar berharap segala hair care yang dibelinya dengan cukup mahal itu, yang katanya ampuh dan sangat bagus itu mampu menolong masalah rambut adiknya.

Seno benar-benar berharap produk hasil jastip nya itu tidak mengkhianati ekspetasi nya

Karena demi apapun ia akan sangat sedih jika surai lembut favoritnya tempat ia suka mendusel sambil mencium aroma strawberry yang nyaman di penciuman nya hilang begitu saja

Lebih dari itu ia tidak ingin pangeran kecil ini kehilangan mahkota nya meskipun ia yakin pangeran nya ini tidak akan berhenti indah meskipun tanpa mahkota nya lagi, akan tetapi Arseno tidak mau nantinya adiknya berkecil hati atau merasa berbeda dari anak-anak lainnya ia ingin Abigael sama normalnya dengan semua orang walaupun untuknya adiknya itu akan selalu sempurna..

" Cepet sembuh adek... Hhh kakak sayang Abi " bisik Seno pelan menempel kan keningnya lama dengan kening si bungsu berharap hangat di tubuhnya bisa tersalur pada tubuh sang adik yang terasa sedikit dingin.

" Kakak tunggu adek bangun.." lanjutnya lagi merapatkan selimut yang menutupi tubuh kecil itu

Seno tak lantas keluar karena niatnya dia memang ingin mendekam di kamar nya Abigael, melepas sepatunya lalu mengganti nya dengan sendal rumah yang selalu sedia di setiap kamar di rumah ini termasuk kamar si bungsu.
menarik beberapa buku bacaan dari jajaran buku yang terdapat di kamar sang adik,. Isi perpustakaan mini si bungsu ini lumayan juga mulai dari buku pelajaran, kamus berbagai bahasa, novel, komik, majalah anak, buku cerita anak sampai ensiklopedia berbagai tittle tersedia
Adiknya ini memang suka membaca buku bahkan sama seperti Seno sendiri jadi tak heran banyak buku yang terdapat di sini dan dari banyaknya buku disini 85% nya Seno sendiri yang memberikan.

Tangannya tertarik menarik salah satu buku cerita anak, seingatnya ini buku favorit nya Abi ya karena isinya sama dengan dongeng.

Seno terkikik tanpa suara membawa buku itu dan duduk di meja belajarnya Abi, sesekali membaca bacaan ringan seperti ini tidak masalah kan
belum sempat ia melembari buku cerita bersampul lucu itu fokusnya lebih dulu tertuju pada tumpukan buku pelajaran Abi bahkan buku tugasnya masih teronggok di atas meja lengkap dengan alat tulisnya yang tersusun rapi

Penasaran apa sekiranya yang dikerjakan adiknya sebelumnya ia perlahan membalik setiap halaman buku tugas ini tidak banyak isinya
mungkin karena abigael sering absen, tulisan tangan adiknya itu rapi dan cantik tidak lupa dengan A+ yang selalu di dapatkan abigael pada setiap lembar buku tugasnya ini membuat senyum Arseno terbit. Adiknya itu benar-benar Mirip dengan nya bangga Seno, Abigael mewarisi kepintarannya.

Senyum Seno yang sempat terbit hilang seketika mendapati lembaran akhir, tatapnya muram seketika mendapati bercak merah yang telah memudar tercecer menodai bagian dari kertas putih itu
Namun bukan hanya itu yang membuat Seno muram justru karena tulisan tangan yang terkesan seperti coretan itulah yang menjadi perhatiannya.

Seno meremat tulisan itu hingga hampir tak berbentuk merobek nya asal entahlah ia merasa sedih, takut dan kesal secara bersamaan
lalu bangkit menuju tempat sampah kecil di samping pintu lagi Seno mendapati lembaran tisu dengan noda darah hampir memenuhi tempat sampah.

Seno memejam dengan rahang mengeras sebanyak apapun dia meminta abigael terbuka dan tidak menyembunyikan sakit nya, belum bisa membuat sang adik jujur, jujur Arseno sedikit kesal dan kecewa dengan sikap Abigael yang satu ini, mengapa adiknya itu takut merepotkan saat semua orang dengan senang hati direpotkan oleh sang adik.

" Adek... "

" Ayo ngeluh nya ke kakak! Ayo nangis, nangis yang keras ke kakak adek bisa lampiaskan rasa sakit adek ke kakak, rasa takut adek jangan sendirian Abi.. Ayo bagi sakitnya ke kakak juga,..Ayo buat kakak berguna.."

Seno mengulum bibir nya membasahi tenggorokan nya yang terasa tercekat lagi, ia merasa gagal menjadi kakak yang bisa di andalkan.

" Abi.." lirih Seno kelu, menatap lekat sang adik dari posisinya sekarang tanpa berani mendekat.

" Sesakit itu ya dek... Apa rasanya se-menakutkan itu sampe kamu minta pulang ke mama...
ngadu nya ke kakak aja jangan ke mama... Abi kita masih belum keliling dunia lho.. Kita masih belum guling-gulingan di salju.." ucap Seno menunduk dalam bahunya bergetar pelan menahan isakan.

" Adek jangan pulang... Rumah kamu disini.."

" Tapi_ "

" Adek bakal bahagia ya kalo pulang ke Mama... Terus kakak gimana..."

" Abi... Jangan pulang"

Seno terduduk di lantai mendongak berusaha menahan segala sesak di hatinya, matanya memanas tapi ia tak ingin menangis dia seorang laki-laki, seorang kakak harusnya tak boleh cengeng kan..?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Mama ini sakit, Abi nda kuat Mama kapan Abi bisa pulang... Abi takut, Abi mau tetap sama Papa tapi Abi takut ini sakit mama Abi kesakitan semuanya sakit~
Mama pulang, mau kerumah mama mau sama mama..., Boleh Abi pulang sekarang, Abi sudah jadi anak baik jadi boleh peluk mama lagi.. "

.

Isi coretan Abi...

.
.
.
.
.
.



🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Haiiii 👋

First of all aku mau ngucapin minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin buat teman-teman Muslim ku semua 🤝

Bagaimana hari rayanya, banyak THR?

Hmm,.. pertama, aku mau minta maaf sama para reader's ku terlopeee ☺️
karena udah ghosting cerita ini lama banget, jujur sampe aku pun lupa alur hehehe 😅

Jadi buat kalian yang lupa alur juga, silahkan scroll ulang wkwkwk :)

Btw udah aku revisi semua lho bab nya

Dan tenang berhubung aku udah ada draft lumayan, in syaa Allah book ini bakal lanjut lagi kok

Jadi siap reader's ku semua buat nunggu cerita gado-gado penuh dramanya aku..?

Komen love kalo iya 💖

Aku meminta maaf buat kalian yang masih setia nungguin aku balik lagi
Aku baik-baik aja, alasan aku rest dari dunia penulisan, Utamanya karena pekerjaan, keluarga dan yaa ada beberapa hal yang ga perlu di kasih tau alasannya :)

DAN UCAPAN TERIMAKASIH, terimakasih banyak atas respon positif kalian di part sebelum ini,. serius aku sampe terharu banget bacain komen kalian, serius 🥺

Terimakasih banyak ya udah mau nunggu, yang ngasih semangat, doa baiknya buat aku

Semoga Allah membalas kalian dengan jutaan kebaikan yang sama pula. doa terbaik juga buat kalian semua 🤲

Jadi... Selamat datang lagii ya teman-teman, para reader's ku di dunia orange nya aku.

Tolong tetap support aku, dengan tetap meninggalkan jejak setelah membaca cerita ku yang jelek ini😅

Dan yaa senang bisa ketemu kalian lagi✌️






Voment JUSEYO



🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀




Continue Reading

You'll Also Like

90.2K 12.6K 43
- Notes : baca dulu di season awal yaitu 'Your Self' baru kesini, okay? 😉 "Kamu itu sama aku. Kamu itu tuan rumahku Jennie. Kalau dunia maksa kamu b...
2.9K 150 10
pertemuan dua orang yg tiba-tiba saling mencintai dngn hnya bertatapan dalam waktu satu detik.
1.1M 98.7K 47
Arya Giandra dan Arsen Ganendra dua saudara kembar yang terpisah karena perceraian kedua orang tuanya. Arya ikut dengan sang ibu memiliki nasib berun...
6.5K 422 16
"kalian adalah titisan dari power sphera legenda" "Apa..." fang,boboiboy,yaya,ying dan gopal, tida pernah menyangka bahwa dirinya terpilih sebagai...