⚠️🔞🔞🔞mature content🔞🔞🔞⚠️
⚠️i'm warning you⚠️
Semoga ga ada anak kecil ya disini🙏🏻
.
.
.
CHAPTER 41 ; As you wish Princess
Dengan Catherine yang berada di pangkuan Edward, gadis itu mencicipi anggur yang dihadiahkan Januar untuk mereka.
Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya, merasa sudah familiar dengan rasa tersebut.
"Kau menyukainya?"
Catherine menganggukan kepalanya.
"Boleh aku mencoba itu?" Tanya Catherine sembari menunjuk gelas Edward yang masih penuh.
Gadis itu tahu cairan yang berada di gelas Edward merupakan whiskey.
"Minumlah perlahan" ujar lembut Edward sembari memberikan gelasnya.
Lelaki itu membiarkan Catherine menikmati minumannya sementar ia mengelus punggung sang gadis dengan tatapan memuja.
Edward tersenyum, dan kembali mengambil alih gelasnya saat Catherine selesai mencoba.
Gadis itu kini mengerutkan wajahnya.
"Pahit"
Mengingat kadar alkohol whiskey yang jauh diatas wine, Edward sudah menduga reaksi Catherine.
*
Beberapa waktu berlalu, dan Catherine menyadari bahwa Edward belum banyak menyentuh gelasnya. Berbeda dengan Catherine yang sudah habis 1 gelas.
"Kau tidak mencoba wine dari Marquess?"
Bukannya menjawab, Edward justru mencium dan menjilat jejak jejak wine di dalam mulut gadis tersebut.
Untuk beberaa saat hanya terisi suara decapan bibir mereka hingga akhirnya Catherine kehabisan nafas.
"Aku sudah mencobanya" bisik Edward tepat setelah pagutan mereka terlepas.
Catherine mengerjapkan matanya dengan nafas memburu. Sudah tak heran dengan kelakuan Edward.
Sedangkan Edward hanya menatapnya dengan senyuman.
"Bagaimana perasaanmu? Kau senang menjadi Duchess?"
"Tentu saja, memangnya jika aku tidak senang apa yang akan kau lakukan?" Tanya Catherine penasaran.
Sedangkan Edward berfikir sejenak.
"Aku bisa menggulingkan Horion dan membuatmu menjadi Ratu"
Baiklah, Catherine menyesal telah melontarkan pertanyaan.
"Untungnya aku sudah sangat bahagia disini menjadi Duchess Emeric"
Gemas, Edward mencium pipi istri kecilnya. Lelaki itu bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang bisa se-menggemaskan ini?
"Kau suka menjadi Duchess?" Tanya Edward lagi. Pria itu harus benar-benar memastikan gadisnya bahagia.
Catherine meletakan gelas wine nya di meja dan mengangguk.
Gadis itu beralih memainkan ujung tali piyama Edward yang bergantungan di dadanya.
"Mengurus manor ternyata menyenangkan" jawab Catherine.
Edward mengangguk. Tentu saja dirinya tak akan membiarkan Catherine bekerja terlalu keras.
Pekerjaan yang diterima Catherine hanyalah sebatas formalitas karena Edward tahu gadis itu pasti tak ingin hanya diam tanpa melakukan apapun, karena itu Edward memilah terlebih dahulu apa saja yang boleh dilakukan oleh Catherine.
Untuk beberapa saat, keheningan menyelimuti mereka.
Catherine yang bermain dengan tali piyama tidur Edward, dan Edward yang menikmati kecantikan sang istri.
Tangan besar pria itu mengelus wajah tersbut penuh puja.
Dahu, mata, hidung hingga jarinya berhenti di bibir merah yang selalu membuat Edward kecanduan.
Merasakan tatapan lekat dari sang suami, netra Catherine seakan tertarik untuk membalas tatapan tersebut.
Perlahan tangan mungil Catherine beralhi ke tangan besar Edward.
Membiarkan lelaki itu menyentuh bibirnya, Catherine justru mengecupi telunjuk Edward sebelum akhirnya gadis itu membuka mulutnya.
Gadis itu masih sadar.
Hanya saja keputusan yang ia ambil kemungkinan besar berkat 1 gelas wine dan 1 teguk whiskey yang beberapa saat lalu ia teguk.
Disisi lain, meskipun tidak memberikan banyak ekspresi, Edward tersenyum melihat Catherine menggodanya.
Sial, hanya dengan jilatan kecil dari lidah itu membuat Edward kehilangan kendali.
Tanpa menunggu lebih lama, lelaki itu menarik kepala Catherine dan segera 'memakan' mulut nakal tersebut.
"Mmmh"
Catherine meremas piyama satin Edward saat lelaki itu mencengkram rahangnya agar membuka lebih lebar.
"Ed- Mmmh"
Tak membiarkan Catherine bernafas, lelaki itu mengangkat Catherine dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya fokus untuk menahan kepala Catherine.
Sesampainya di ranjang, Edward membanting pelan tubuh Catherine tanpa melepaskan pagutan mereka.
Gaun champagne Catherine yang tersingkap disambut baik oleh Edward.
Tak membuang kesempatan, pria itu menjelajahkan tangan besarnya ke balik gaun Catherine.
"Aahh!"
Menekan titik paling sensitif sang gadis, Edward tersenyum di sela pagutan mereka. Reaksi Catherine membuatnya semakin ingin lebih.
Melihat Catherine yang sudah hampir kehabisan nafas, Edward beralih mengecup dan menjilati wajah gadis tersebut.
Kulit Catherine yang biasa terlihat putih cerah kini terlihat memerah.
"Edhhhh"
"Ya terus sebut namaku"
"Ahhhh mhhh"
Tubuh Catherine menggigil dengan mulut yang berusaha ia katup. Tangan Edward dibawah sana semakin liar.
Jari lelaki itu masuk ke celana dalam Catherine dan menggesekannya dengan cepat.
Dengan bibir yang beralih kebawah, menjilati dada Catherine,
"Arghhh! Edhhhh- anghhh"
Tanpa aba-aba lelaki itu memasuki kedua jari besarnya dengan ibu jari yang tanpa henti menggesek klitoris Catherine.
Bak pasokan udara yang terus dirampas, Catherine tak diberi jeda sama sekali.
Untuk pertama kalinya sesuatu masuk kedalam area paling privasinya. Catherine merasa dibawah sana begitu sesak dan gerakan Edward terlau cepat.
"Edwardhhhh ahhhh, ngggh pelanhhh"
Gadis itu meremas sprei sekuat tenaga saat Edward justru mempercepat gerakannya.
Lelaki itu mengangkat tubuhnya dan menatap setiap inci tubuh Catherine yang saat ini bergetar penuh kenikmatan.
Dengan rambut cerah yang sudah tak berbentuk, wajah sayunya dengan sisa air liur di wajahnya, mulut yang terbuka mendesah penuh nikmat dan gaun tidur yang sudah berantakan dengan dada yang terekspos sebelah.
Gila.
"Nghhhh Ed- AAHHH"
Detik berikutnya cairan cinta Catherine membasahi jari jari Edward.
"Lihatlah seberapa basahnya dirimu, sayang"
Catherine tak menjawab, gadis itu masih sibuk di puncak kenikmatannya.
Jari Edward memutar didalam sana seakan mengambil 'sesuatu'.
Menarik jarinya keluar, Edward menjilatnya penuh pemujaan.
Lelaki itu menelan setiap tetes cairan yang ada ditangannya seakan itu adalah air suci yang dewa turunkan ke bumi.
Catherine melihatnya dengan nafas memburu dan wajah pasrah. Batinnya bertanya-tanya, mengapa Edward menelannya begitu nikmat? Memangnya bagaimana rasanya?
"Ed- aghhh ngggh"
Dengan lahap kini Edward beralih ke liang senggama Catherine dan menelan semua cairan yang tersisa.
Edward meminumnya bak menemukan sumber air di padang pasur.
Sedangkan Catherine tidak bisa berhenti mendesah.
Desahan kecil itu bak godaan di telinga Edward. Lelaki itu bangkit, dan melepas asal gaun Catherine- tak peduli kenyataan bahwa gaun itu robek karenanya.
Kembali mencium gadisnya penuh cinta, Catherine membalasnya dengan baik.
"Malam ini aku akan membuatmu mengingat setiap detiknya" Gumaman berat itu menggelitik telinga Catherine.
"Edwarhhh...."
"Ya, aku akan membuatmu menyebut namaku sepanjang malam"
Edward bangkit dengan tatapan bak predator.
Membuka seluruh kain yang berada di tubuhnya, pria itu berhasil membuat Catherine memundurkan tubuhnya.
'... benda itu yang akan memasukinya...?'
Catherine menatap Edward yang semakin mendekat dengan tatapan tak yakin. Gadis itu kembali berfikir, apakah dia sudah benar-benar siap akan hal ini?
Kewanitaannya sudah sangat sesak dimasuki 2 jari Edward dan dilihat dari ukurannya, kejantanan pria itu berkali-kali lipat jauh lebih besar dari itu.
Tanpa aba-aba Edward menarik kaki Catherine, membuat gadis itu mau tak mau kembali berbaring.
"Edward- tunggu...."
Edward kembali menciumnya kasar dengan tangan yang kembali menggesek klitoris dan tangan lainnya yang meremas keras payudara Catherina.
"Mmmh.... Nggghhhh...."
Catherine bergetar, tubuhnya diserang dari berbagai sisi.
Edward menghentikan tangannya tepat disaat Catherine akan kembali mencapai puncak.
"Edward!" Pekik Catherine dengan nafas terengah.
"What do you want?"
"Ed-"
"Answer"
Catherine menatap Edward dengan wajah sayu.
"I want to cum, Edward... please" lirih Catherine yang seakan mengkonfirmasi bahwa gadis itu benar-benar tak akan selamat malam ini.
"As you wish, Princess"
Edward bangkit dan memposisikan kejantanannya tepat di lubang kewanitaan Catherine yang terlihat begitu kecil.
Kewanitaan yang terlihat memerah itu terlihat begitu basah dan berkedut menyambut kejantanannya.
Sial.
"Egh..."
"Ouuhhh, Edwardhhh...."
Kewanitaan Catherine dipaksa melebar jauh dari ukuran aslinya untuk menampung sang pejantan.
Dan Catherine kualahan menerima itu.
Gadis itu meremas sprei dengan wajah mendongak.
"Edwardhhh.... Ngggh"
Edward terus berusaha memasukan semua kejantanannya tak peduli seberapa sulit.
Jleb.
"ANGHHH"
Wajah Catherine memerah dengan air mata yang mengalir.
"Sakit...."
Tak menjawab. Edward melumat dalam bibir Catherine. Dan tak lupa mengecupi seluruh bagian wajah tersebut.
Setelah beberapa saat, Edward mulai menggerakan tubuhnya.
"Enghhhh"
Memeluk leher Edward dengan erat, desahan Catherine yang tepat berada ditelinga Edward membuat lelaki itu semakin kencang menggerakan pinggulnya.
"Ouh.... Edwarddhhhh pelaan"
Edward semakin menggeram.
Dia benar-benar tak bisa mengendalikannya lagi.
Tak menghiraukan segala rintihan Catherine lelaki itu bangkit dengan posisi berlutut.
Mengambil kaki kanan Catherine dan meletakannya di pundak.
"Ouhhhh" Catherine melenguh merasakan milik Edward masuk lebih dalam kedalam liang-nya.
Catherine berusaha mengendalikan nafasnya, menahan rasa sakit dan rasa nikmat secara bersamaan.
Edward bergerak bak orang kesetanan. Dengan geraman dan tatapan obsesi yang lelaki itu keluarkan membuatnya persis seperti apa yang orang-orang katakan,
Seorang monster.
***
TBC