ERLANGGA | END

By pawssieshc

3.4M 103K 1.1K

FOLLOW DULU BARU SECROL ! Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo... More

01. Pertemuan Pertama
02. Pulang Bareng
03. Daren Alpheus Zorion
04. Bohong?
05. Keributan
06. From Someone
07. Wedding
08. Awal yang Baru
09. Nonton Bareng
10. Satu Atap
11. Masuk Tim
12. 5 Menit Cukup?
13. Peliharaan Baru
14. Ungkapan
15. Turnamen
16. Kepergok!
17. Omah Sarah
18. Pindah
19. Perasaan
20. Jebakan
21. Milik Sepenuhnya!
22. Kepergian
23. Sendiri
24. Hari Berikutnya
25. Menang or Kalah?
26. Berita Buruk
27. Siapa Salah
28. Kembali
29. Belum Membaik
30. Muak
31. Rumah Sakit
32. Terpaksa
33. Masih peduli?
34. Kenyataan
35. Berduka
36. Pemakaman
37. Tiba Saatnya
38. Kesedihan
39. Ujian
40. Pisah Rumah
41. Cek up
43. Truth or Dare
44. Pantai
45. Papa Muda
46. Aku Kamu Nih?
47. Bersama Mereka
48. Pulang
49. Bukti
50. Takut Kehilangan
51. Gak Terima?
52. Pengakuan
53. Kelulusan
54. Marah
55. Anin Birthday's
56. Rese
57. Sate Ayam
58. Kebohongan
59. Yang Katanya Rumah
60. Insiden
61. Akhir dari Kisah
62. Bucin
63. Dubai
64. Welcome baby! [END]
ANNOUNCEMENT
OPEN PO!!
CERITA BARU

42. Study Tour

38.7K 1.1K 15
By pawssieshc

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sekarang sudah mendekati masa kenaikan dan kelulusan. Kali ini sekolah SMA Cakrawala mengadakan study tour ke luar kota sebagai perayaan sebelum wisuda. Setiap siswa di minta untuk ikut semua karena ini adalah acara yang sangat penting.

Setelah melakukan membayaran dan lain sebagainya, pagi ini Anin sudah bersiap siap mengenakan pakaian bebas simple dan rambut yang di gerai indah. Dari pantulan kaca riasnya, Anin menyingkapkan sedikit baju yang di kenakannya melihat perutnya yang makin hari kian membesar, itu artinya janin yang ada di dalam perutnya berkembang pesat, seperti yang di harapkan dokter.

"Gue takut kak Erlan tau, perut gue makin hari makin gede aja," lirihnya.

Setiap hari Anin selalu mengenakan pakaian oversize untuk mengindari pertanyaan pertanyaan tidam penting dari orang yang melihatnya, sampai sekarang baru Agres aja yang tau, selebihnya tidak ada.

"Maafin buna sayang, buna belum bisa kasih tau Papa kamu. Nanti ya, kalo waktunya udah tepat, Papa kamu pasti balik lagi sama kita," ujar Anin mengusap perutnya.

Buna? Buna adalah panggilan untuk anaknya kelak padanya.

Mengingat semua masalah yang terjadi dalam rumah tangganya ini Anin merasa tertekan, ragu, dan membingungkan, entah harus mengambil keputusan seperti apa? Ingin mengajukan surat perceraian tapi jika kondisi seperti ini mana bisa? Anaknya juga butuh sosok ayah, itu yang ada di dalam pikirannya selama ini.

Cklek

Agres memasuki kamarnya. "Obat obatan lo jangan lupa di bawa, udah gue siapin di di deket koper, tinggal lo masukin aja."

Anin melirik koper tersebut yang masih ada di dalam kamar. "Oh iya, thanks Res! Gue sampe lupa soal itu."

"Jangan di jadiin kebiasaan, lo itu gak sendirian, ada nyawa yang harus lo jaga," ucap Agres.

"Iya deh, maaf, gak akan gue ulangi lagi."

"Hm. Ini kali pertamanya gue ngizinin lo pergi jarak jauh Nin. Lo disana hati hati, jangan kemana mana sendirian, kalo bisa ajak temen lo kemana pun lo pergi. Biar kalo ada apa apa ada mereka."

Anin mengangguk paham. "Sebagai tanda terima kasih gue buat lo, lo mau nitip oleh oleh apa? Gue beliin deh."

"Gue gak butuh oleh oleh apapun itu, yang gue butuhin lo balik dalam keadaan sehat dan selamat, bisa kan?"

"Pasti Res! Pasti! Lo do'a-in gue aja terus ya biar gue baik baik aja."

"Hm, harus janji?" Agres mengangkat kelingkingnya.

"Iya janji!" Anin mengaitkan jari kelingkingnya dengan Agres.

"Bagus! Lo adek gue sekarang! Sekali lo ngelanggar perjanjian kita, gue usir lo dari sini!" ancam Agres, tapi Anin tidak takut sama sekali.

"Hilih, rumah siapa yang ngusir siapa, enak aja!" cibir Anin.

"Udah, ayo berangkat! Keburu telat!" Agres memutar tubuhnya keluar dari kamar.

Siswa siswi berkumpul di lapangan luas, dimana bus besar sudah terparkir berjejer rapih sesuai nomor urut dan kelas, keberangkatan mereka akan di mulai pukul delapan pagi.

Erlan bersama yang lain tiba disana sedari tadi sambil menunggu siswa lain yang satu bus. Mengenakan setelan serba hitam yang di baluti jaket menampakkan aura ketampanana para lelaki itu, banyak ada yang sempat meminta foto bahkan tanda tangan.

Mobil putih berhenti. Anin turun dari mobil menginjakkan sepatu sneakers yang membaluti kakinya di lapangan sekolah, lengkap memakai kacamata hitam dan masker.

"Buset Anin, cakep bener dah." puji Faldo tekagum kagum melihat penampilan Anin yang tampak berbeda, kelihatan sederhana, tapi punya aura mahal.

"Bini orang bego!" timpal Devan menyenggol lengan Faldo.

"Ya bisa bisanya cewek secantik Anin di anggurin," Faldo melirik ke arah Erlan.

Di sana Anin memandang nanar beberapa orang itu dari jauh. Setelahnya Anin memilih untuk berlalu dan tidak peduli sambil menyeret kopernya yang baru saja di turunkan oleh Agres dari mobil.

"Gue pergi dulu, Res."

"Hati-hati."

Erlan yang melihat Anin dari kejauan merasa rindu. Seharusnya Anin ada bersama dirinya sekarang. Bahkan saat tatapan mereka bertemu pun Anin membuang muka.

"Lan! Kamu liatin siapa sih!" Syela mengikuti arah pandang Erlan yang memandangi Anin dari kejauahan.

"Ck! Kamu itu udah ada aku! Ngapain sih masih ngelirik Anin?" kesalnya.

"Siapa lo larang larang gue?" balas Erlan datar.

"Aku ini calon istri kamu! Gak lama lagi kita nikah! Masa kamu gini terus sih sama aku?"

Erlan menghela napas berat. "Jangan mimpi!"

Syela berdecak. "Awas aja kalo kita beneran nikah! Aku yakin kamu tergila gila sama aku!"

"Gak mungkin."

"Kirain gue dia bakalan nyamperin kita ke sini anjir," ucap Faldo, memperhatikan Anin yang tidak menyapa sama sekali ke arahnya.

"Ya lo kan tau sendiri dia lagi ada problem, makanya lagi berusaha buat gak interaksi sama kita kita," balas Mahen.

"Sok jual mahal benget gak sih?" sahut Syela menanggapi.

Mereka semua memutar bola matanya jengah, terutama Devan. "Nyaut aja lo jadi cewek!"

"Biarin, terserah gue lah! Anin kan emang sombong orangnya, mentang mentang semua aset orang tua nya udah jadi milik dia semua jadi sok sok an gitu."

"Yehhh, kalo iri? Bilang human!" semprot Faldo.

"Dih apaan? Iri? Gak ya, orang hidup gue udah sempurna! Apalagi kalo sama Erlan gini." Syela mengeratkan gandengan tangannya.

"Sempurna karna duit kan? Lo ngincer Erlan cuma karna mau hartanya doang." tuduhnya.

"Enggak! Apaan sih lo! Orang gue tulus cinta sama Erlan! Buktinya aja gue berhasil hamil anak dia! Ya kan?"

"Syela! Kecilin suara lo! Kita lagi di sekolah!" tegur Erlan yang merasa suara Syela terlalu besar, takutnya terdengar orang yang berlalu lalang.

"Emang kenapa sih? Kan bagus kalo mereka tau, bentar lagi juga kita lulus, wajar lah kalo kita udah mau punya anak," jawab Syela.

"Wajar mata lo picek!" sembur Devan.

"Ini bukan soal wajar atau gak wajar Syela! Tapi harga diri! Mau di taro dimana muka kita kalo sampe mereka mikir yang aneh aneh, hah?"

"Aku sih gak peduli ya, yang penting mereka tau kalo kita kembali lagi kaya dulu, simpel kan?"

"Lo tuh cuma mentingin diri lo sendiri doang anjir! Demi status sampe segitu nya, dimana harga diri lo Syelaaaaa? Lo mau? Di cap sebagai cewek murahan karna hamil di luar nikah, hah?" Devan greget tak habis pikir padanya.

Semua mendadak hening ketika pak Damar datang mendekati mereka. "Ada apa kalian ini pagi pagi sudah menggosip! Bentar lagi kita berangkat! Mending masuk bus sana!"

"Yaelah pak! Siapa yang ngegosip sih?"

"Lah itu tadi apa kalo bukan ngegosip?"

"Kita lagi me-review kelakuan orang yang di luar nalar aja pak!" jawab Devan lalu kemudian menaiki bus di susul yang lain.

Pak Damar geleng geleng kepala sambil berkacak pinggang.

Di dalam bus 1

Terjadi kericuhan di dalam bus satu, mereka kesulitan mencari kursi sesuai nomor urut yang di berikan panitia, kalo dalam 3 menit belum duduk di tempatnya juga akan di pindahkan ke bus lain, itu syarat nya.

Siapa sih yang gak mau satu bus sama pangeran pangeran wangi ganteng kesayangan sekolah? Mana bus satu isinya kebanyakan cogan dari kelas XII MIPA 1 semua lagi.

"Ayo buruan Nin!" kesal Agnes mendorong dorong punggung Anin agar terus berjalan menyusuri lorong bus, masing masing dari mereka memegangi kartu nomor.

"Sabar bego! Lo kira gampang apa?" timpal Anin ketus.

Melihat kericuhan yang terjadi ini samar samar Erlan mendengar suara Anin dari pintu belakang, sekarang dia sudah mendapat tempat duduk di paling depan baris ketiga berdekatan dengan sahabat sahabatnya itu.

Dan Erlan menatal Devan yang berada di sebrangnya. "Van! Nomor tempat duduk cewek gue? Berapa?"

"Hah? Anin maksud lo?" Erlan mengangguk.

"Bentar gue liat daftarnya dulu. setelah menemukan datanya Devan kembali menyaut. "Nomor------, kayaknya samping lo anjir!"

Erlan menolehkan kepalanya ke samping tempat duduknya yang kosong. Baru sadar ternyata di sana tertera nomor urut dan nama lengkap Anin, ada rasa bahagia di benaknya, Erlan langsung meminta Devan untuk memanggil Anin.

"Apaan lo manggil manggil gue?" tanya Anin saat sudah dekat.

"Noh duduk sana, tempat lo di samping Erlan." Devan menunjuk dengan dagunya.

"Hah? Yang bener aja sih!" Anin melotot tak percaya, kenapa harus di samping laki-laki yang sekarang sedang dihindarin.

"Ya emang kenyataan gitu, udah sana lo duduk! Keburu pak Damar naik." suruh Devan.

"Enggak mau deh! Mending gue pindah ke bus lain aja, Van!" tolak Anin mundur satu langkah kebelakang.

"Jangan buang buang waktu Nin! Yang lain aja kepengen di bis ini tapi mereka gak bisa! Masa lo yang udah jelas jelas di sini mau pindah ke bis lain?"

"Ih tapi kan-----,"

"Ck! Lama!" Erlan menarik paksa lengan Anin sampai dia terduduk di pangkuannya.

Dan benar saja, tak berselang lama pak Damar memasuki bus satu memberikan instruksi. "Gimana semuanya? Sudah dapat tempat duduk? Apa masih ada yang kebingungan belum dapat kursi?"

"Sudah pak!" jawab serempak.

"Baiklah! Kita akan berangkat sekarang!"

Kemudian bus melaju dengan kecepatan yang menyesuaikan, semuanya tampak tenang menikmati perjalanan pertama mereka.

"Masih betah gini hm?" Anin tersadar, dan reflek berdiri berpindah tempat menjadi di samping Erlan di dekat jendela.

"Modus banget." gerutunya yang masih bisa terdengar.

Laki laku itu tersenyum tipis, setelah sekian lama akhirnya bisa bersentuhan sedekat tadi sama Anin, walaupun hanya beberapa menit tapi dapat melepas rindunya.

Entah kenapa Anin merasa sangat mengantuk, kedua matanya berat minta di pejamkan, di tambah dinginnya AC membuat badannya lemas, paling tidak kuat sama dingin, meskipun di rumah pake AC tapi kalo AC bus rasanya beda, yang ada malah pusing, eneg, kaya masuk angin.

Melihat posisi kepala Anin yang tidak nyaman bersandar di jendela, perlahan Erlan memindahkan kepala Anin agar bersandar di pundaknya.

Cup

Kecupan kecil mendarat di pucuk kepala perempuan itu dengan lembut. Dan Erlan ikut memejamkan matanya menuju alam mimpi bersama Anin.

Laju bus satu dan dua sama dan saling berdampingan di kedua sisi, dari dalam bus lewat jendela kaca, Syela dapat melihat kedua sejoli yang terlihat mesra tidur berdua, seketika wajahnya bersemu menahan emosi, hari ini Syela merasa apes! Udah tidak satu bus sama Erlan malah melihat dia deket lagi sama Anin.

"Anin apa apaan sih! Nyari kesempatan dalam kesempitan! Seharusnya kan gue yang di posisi itu!"

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 117K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
743K 39.8K 55
TERSEDIA DI SHOPEE!!! Pencarian di Shopee bisa ketik "Novel My Possessive Cold CEO" tokonya cmg_berau Stok terbatas! Buruan order sekarang sebelum ke...
469K 59.1K 45
Melihat mata Rayhan berkaca-kaca Salsa semakin heran, ada apa dengan cowok didepannya itu? Ada yang tahu? "Kenapa sih? Lo ada masalah?" "Kamu Salsa...
38K 1.5K 8
semua berawal disaat ibunya leo yang biasa dipanggil mommy itu meninggal dunia disaat selesai melahirkan anak bungsunya yaitu leovan aksara abimana...