O B S E S I [On Going✔️]

By Iyaa_clz

665 109 2

Kecelakaan yang menimpa sahabatnya sekitar 2 minggu lalu membuat Ayara harus turun tangan, ingin membalaskan... More

GIOVANO SAGARA
01. Awal yang menyakitkan.
02. Gak sengaja
03. Mengapa berbeda?
04. Detektif
05. Di Tuduh
06. Kekalahan berujung fatal
07. Seperti sudah pernah bertemu
08. Ada yang mengganjal
09. Rasa Penasaran Terus Menghantui
10. The Javu
11. Kejadian
12. Sesuai Rencana
13. Menaklukkan hati seorang pria, tidaklah mudah
14. Cewek Albert einstein or Cewek bodoh?
15. Salah Duga
16. Adu Jotos
17. Masuk Ruang BK
18. masih belum menemukan petunjuk
19. siapa?
21. pertemuan singkat, hampir berujung celaka!
22. Bahagia, hanya sekejap.
23. Camping

20. Bimbang, sebenarnya kamu suka aku atau sebaliknya?

26 4 0
By Iyaa_clz


HAPPY READING AND ENJOY_

Halaman 20. Bimbang, sebenarnya kamu suka aku atau sebaliknya?, 2179 kata.

       Saat ini, di kelas mulai sepi, beberapa menit yang lalu bel istirahat di bunyikan. Kali ini di kelas hanya ada dua sejoli saja di dalam kelas, yaitu Ayara dan Giovano. Ada alasan lain mengapa Gio masih diam di kelas, sedangkan Ayara, tak perlu di tanya lagi, ya jelas dia pengen berduaan dengan cowok yang saat ini sedang mengerjakan tugas.

Sejak dari tadi, Ayara luntang lantung sembari sesekali melirik Gio yang sama sekali tak kunjung bangkit dari duduk, jangankan bangkit dari duduk cowok itu pun sedari tadi tidak melontarkan sepatah kata pun. Padahal cewek itu sudah menghentakkan kakinya beberapa kali. Namun, tetap saja yang namanya Gio terkenal cowok pintar tetap fokus kepada tugasnya, padahal anak murid yang lain kalau mengerjakan tugas suka ketika pulang sekolah,tapi lain lagi bagi cowok ini.

Ayara mendeham kemudian tangannya membuka resleting, tarpuwer merah di letakkan di atas meja. Walau Gio sedang mengerjakan tugasnya tetap saja yang namanya telinga tetap berfungsi, ekor matanya melirik kiri tanpa ada kata, ia hanya fokus kembali kepada deretan soal bahasa inggris.

"Giooo, liatttttttt! Aku bawa apa?" Ucap Ayara kegirangan sendiri, sementara Gio tidak merespons perkataan cewek yang sedang mematung meratapinya.

"Gio, liat dulu dong. Apa susahnya coba," Ayara mulai kesal di saat perkataanya tak kunjung ada jawaban. "Ihhhhh, Gioooo!" Ayara mendengkus, masih sama, cowok itu tetap tak merespons perkataannya. Ayara mengambil buku tugas Gio secara perlahan, dengan segera Gio menahannya. "Jangan. Ganggu. Gue." Katanya penuh dengan penekanan.

"Makanya liat dulu. Aku bawain kamu roti sandwich, kamu pasti belum makan, kan?" Tanya Ayara seraya menggeser tarpuwer miliknya sehingga menyentuh siku cowok itu. "Jangan belajar mulu, ish!"

"Siapa lo ngatur-ngatur gue?" Tanya Gio sinis tanpa menoleh. Ayara hanya menelan ludahnya susah payah. "Aku kan calon pacarnya Gio, calon istrinya Gio juga..."     Ayara menyahuti perlahan sudut bibirnya mulai terangkat. Gio sangat muak jika mendengar kata-kata itu suka memekikkan telinganya, Ayara begitu sangat percaya diri dan hal itu yang membuat Gio tak suka.

Gio memutarkan kepalanya 90° ke arah kiri, netra matanya menatap aksa cokelat milik Ayara. "GUE BILANG JANGAN GANGGU GUE, LO TULI? ATAU BUDEG!" Bentaknya sudah mulai naik pitam. "GUE MINTA, KELUAR LO DARI SINI!!" Pekiknya urat-urat di leher membentang lurus merasa sangat kesal.

Ayara menggeleng kuat. "Nggak! Aku bakalan tetep disini, nungguin kamu-"

Gio berdecak. "Lo, tuh. Jadi cewek keras kepala banget!" Potong Gio cepat, cowok itu sudah habis kesabarannya, baginya Ayara begitu sangat menjengkelkan.

"Iya tau, tapi aku kan cuma pingin nemenin kamu, gak papa kan? Boleh, kan?"

Brak

Gio meletakkan pulpen yang sedari di genggam olehnya dengan sangat kasar sehingga membuat Ayara di buat kaget bahkan cewek itu sampai mengerjap. Gio bangkit dari duduk, Ayara dan Gio saling berhadapan dan saling beradu mata.

Plak

Muka Ayara sedikit terpental ke arah kiri, barusan, sedetik yang lalu cowok itu menamparnya, rasa panas dan nyeri bersatu menjadi satu apalagi di sebelah pipinya terasa mulai memanas, tangan mungilnya memegang bagian pipi yang terasa nyut-nyutan, Ayara tersenyum getir, tak menyangka Gio orangnya main tangan seperti ini.

"Jangan bikin kesabaran gue abis! Karena, lo."

Ayara tercengang, sebelah kanan pelupuk matanya mengalir air mata sehingga membasahi pipi. "Aku cuma... pingin jadi yang terbaik buat kamu... tapi kenapa? Kamu selalu gak melirik apa yang aku buat, padahal itu semua aku lakuin untuk kamu, Gio." Keluh Ayara mengatakan unek-unek di dalam lubuk hatinya. "Gak papa kalo kamu gak mau di ganggu sama aku... tapi setidaknya, kamu gak usah main tangan juga!" Kesal Ayara menangis pilu di hadapan cowok itu, ia mendorong tubuh Gio sehingga cowok itu terpental sedikit ke belakang, Gio hanya diam meratapi wajah Ayara yang sudah di penuhi oleh air mata.

"Kamu jahat!" Ayara melenggang pergi, tergesa-gesa sembari memegangi pipinya yang sudah mulai memerah. Gio bungkam, ia melirik tarpuwer yang tergeletak di atas meja, di atasnya ada secarik kertas bertuliskan. Untuk Gio! Biar makin semangat belajarnya!

Gio menghela nafas panjang setelah membaca isi kata-kata di secarik kertas yang tertempel itu.

****

     Sedari tadi, cewek yang terkenal sangat badas itu sama sekali tak berbicara, biasanya Laura yang akan memulai berbicara duluan, tapi kali ini tidak. Bahkan Ayara sempat bingung kenapa Laura seperti ini padahal tadi pagi-pagi Laura biasa-biasa aja, tetapi sekarang kenapa Laura nampak berbeda dari biasanya? Jujur Ayara tidak tahu mengapa sifat cewek yang ada di sampingnya berubah sederastis ini. Cewek itu kalau Ayara nanya, baru dia jawab, sangat berbeda dari kemarin-kemarin yang suka bawel ketika Ayara mendekati Gio.

"Mau kemana, lo?!"

"Udah bikin ketua kita kesal, terus. Lo pergi gitu aja?"

"Kasih pelajaran biar dia jera!"

"Jangan, kak. Maaf, gak sengaja."

"Enteng banget, lo ngomong."

Pandangan Ayara teralihkan pada segerombolan cewek memakai serba pink. Nampaknya saat ini Geng the pinky sedang mem-bully siswi adik kelas. Padahal saat ini di kantin begitu sangat ramai, tetapi geng the pinky tetap saja mem-bully orang membabi buta yang berusaha menghalanginya atau menganggunya, termasuk Ayara, ia juga pernah di bully habis-habisan. "Apa jangan-jangan, Kayla meninggal karena suka di bully oleh Agnes? Jadi Kayla depresi." Gumam Ayara masih meratapi aksi Agnes sekawan, kali ini mereka tertawa terbahak-bahak menertawakan siswi itu. "Bisa jadi.."

Ayara beralih menatap cowok yang sedang duduk di bangku pojokan, cowok itu nampak termenung. "Bisa jadi, Kayla meninggal gara-gara Gio-" Secepatnya Ayara memalingkan wajah di saat Gio menatap balik dirinya, kejadian di waktu kelas tadi membuat Ayara merasa kesal. "Mau pelakunya Agnes ataupun Gio, tetep aja aku harus mencari bukti yang akurat, tapi..." Ayara mengulum bibirnya menatap mie Ayam yang sedari tadi di biarkan dingin olehnya. "Gimana cari buktinya?"

-
"Lo, kenapa sih? Ketumbenan banget, lo. Gak ngomong dari tadi." Satria merangkul pundak Gio secara tiba-tiba, sementara Gio pandangannya masih tertuju menatap cewek yang saat ini terdiam memegang sebelah pipinya, kalo di tanya menyesal, iya Gio akuin kalau ia sangat menyesal karena sudah menampar Ayara, padahal niat Ayara ingin menunjukkan ketulusannya, tetapi mengapa cowok ini sensi?

"Lah, biasanya juga kan, bang Gio irit ngomong." Balas Baim, menatap Satria balik.

"Ya emang, tapi biasanya wajah si Gio biasa-biasa aja. Gak kusut kayak sekarang." Baim manggut-manggut bila mendengar penjelasan dari Satria barusan.

"Gue gak papa." Jawab Gio singkat, pandangannya beralih menatap teman-temannya. Satria merampas gorengan yang di gemggam oleh Baim sehingga bocah itu kedua alisnya tertekuk. "Itu punya gue bang, ah, elah." Sargasnya menatap wajah cowok berambut ikal yang tampangnya watados.

"Gak papa kali, gue laper, nih. Mang Dadang lagi merajuk, gara-gara kemaren gue kabur."

"Makanya, punya hutang itu di bayar." Timpal Zaki pandangannya masih fokus menatap layar ponsel, Satria kepo cowok itu melirik layar ponsel Zaki, beberapa detik kemudian matanya melotot. "Sialan! Lo lagi ngedit video gue di capcut, anjir!"

Zaki memicingkan matanya di saat air ludah cowok itu muncrat, segera ia mengelap layar ponselnya memakai baju Baim dengan cepat, kebetulan baju Baim kegedean. Kemudian ia memutar video nya dan di  taruh di atas meja, sontak Baim dan Gio melihat video itu dengan merasa penasaran.

ARE YOU REDY?
READY ARE YOU?

Suara sound nyaring dari ponsel Zaki membuat Satria menundukkan kepala ingin melihat video yang sudah di edit oleh kawannya itu.

KAMU CALLING- CALLING...

"Does she like animals? What animals does she have?"

AKU LAGI PUSING...

"Aaaaaanjing, ibuu!!"

KAMU MISCALL AKU, AKU LAGI DONGKOL...

"Anjing bahasa inggrisnya?"

MESTI KAMU SUDAH, SUDAH GAK PENTING....

"Endog."

SUDAH BAU KAMBING....

"Sialan lo!" Kilah Satria tak habis fikir, masak iya wajahnya yang tampan sebelas dua belas sama jungkook malah di edit, udah gitu ngeditnya jelek lagi! pantas saja sedari tadi Zaki memainkan ponselnya, taunya cowok itu sedang mengedit video yang tadi sempat di rekam di kelas. "Bangsat kau! Anjing kau! Euhhhhhhh!" Geram Satria ingin menendang kepala Zaki dari samping.

Sementara Baim cowok itu tertawa terbahak-bahak, ekpresi Satria di dalam video itu membuat Baim tertawa cekikikan, sementara Gio tatapannya datar saja.

"Sejak kapan, bang. Anjing bahasa inggrisnya endog? Endog mah telor meurenan." Tukas Baim menatap sang empu yang akan berbicara. "Kumaha maneh we!" Sargas Satria sebal.

****

"Baik, pelajarannya ibu tutup di karenakan sekarang udah memasuki jam pulang," ucap bu Sulis, memasukkan beberapa buku paket ke dalam tasnya, di saat bu Sulis bangkit matanya tak sengaja melihat Satria bangkit dari duduk seraya mengangkat kedua tangannya. "Yesssssss!! Akhirnya gue bisa pulang, mamak I'm comming." Teriak Satria penuh kemenangan, bu Sulis yang mendengarnya spontan menggeleng.

"Inget, kerjain tugas dari ibu." Sosor bu Sulis mengingatkan, karena hanya Satria yang selalu tidak mengerjakan tugas, giliran pulang aja paling semangat!

"IYA IBU, KECAYANGAN KU." Teriak Satria meratapi bu Sulis berjalan menuju pintu dan di ikuti oleh para murid dari belakang. Zaki yang mendengarnya bergidik geli apalagi bu Sulis, cowok berbadan kekar itu bangkit dari duduknya kemudian merangkul Satria. "Buruan balikkk, di cariin mamak," ajaknya menyeret Satria agar segera pulang. Cowok gembul itu hanya bisa mengikuti kemana arahnya Zaki. "Woi gue gak bisa nafas." Rintih Satria lehernya terasa sakit. Namun, Zaki sama sekali tak peduli. Ada-ada aja emang! Kelakuan mereka.

Semua murid mulai berjalan menuju pintu termasuk Laura, ia berjalan menuju pintu lantaran supirnya sudah menunggu di gerbang sekolah biasanya. Ayara segera bangkit dari duduk, berusaha untuk mencegat Laura. Saat itu Laura berhenti melangkah sekaligus berdecak kesal.

"Lau, sebenernya apa salah aku? Kenapa dari tadi kamu gak ngomong-ngomong." Cakap Ayara tak tahu kenapa bisa Laura seberubah ini. "Gue udah bilang, kan. Sama lo, kalo gue lagi males ngomong, perlu gue ulang lagi biar lo gak lupa!" Hardik Laura meninggikan suaranya, saat ini ia sangat begitu kesal.

"Setidaknya kamu bilang dong sama aku, apa salah aku? Biar aku ngerti."

"Pikir aja sendiri." Laura mendesis. "Awas, minggir! Lo ngehalangin jalan gue, tau gak!" Laura memajukan langkahnya yang semula terhenti, bahkan ia sampai menyenggol pundak Ayara sehingga pada saat itu cewek cupu memakai kacamata bulat terpentak ke belakang, untungnya tidak jatuh! Ayara hanya menghirup udara dalam-dalam, kemudian ia memutarkan badanya kearah kanan berniat untuk pulang, sepertinya mang Udin selaku sopir Ayara sudah datang ke sekolah untuk menjemputnya.

Ayara memajukan langkahnya dengan helaan nafas berat. Secara tiba-tiba sebelah tanganya ada yang menarik dari belakang. Spontan, ia menoleh menatap seorang cowok memakai jaket hitam. Ia menyunggingkan bibirnya merasa kesal. "Lepasin!" Bentak Ayara untuk yang pertama kalinya, Gio kira Ayara tak bisa membentaknya?

"Maaf." Lirih Gio meratapi pergelangan tangan Ayara yang masih di genggam olehnya, tangannya terasa hangat membuat Gio tak ingin melepaskan cekalannya. "Segampang itu?" Lirik Ayara memanyunkan bibir monyong 5cm.

"Terus, gue harus gimana?" Tanya Gio lugu, sejujurnya ia tidak pernah pacaran, jadi ia sama sekali tidak tahu membujuk wanita yang benar seperti apa. "Ya apa kek," ketus Ayara melepaskan genggaman cowok itu. "Yang romantis kek, atau apa kek, gituhhhh." Kode Ayara mengamati jemari lentik tangannya.

"Jadi... gue harus minta maaf di taman bunga? Biar romantis?" Tanya cowok itu ambigu. Ayara mendeham menahan tawa melihat tingkah cowok yang ada di hadapanya, sangat lucu!. "Nggak, aku cuma becanda," tukas Ayara, mengusap sekilas pundak Gio, cewek itu berjinjit menggapai pundak lebar cowok yang ada di hadapannya. "Aku maafin." Katanya memalsukan senyumannya.

Entah mengapa, rasanya Gio sangat lega. Padahal Ayara hanya mengucapkan beberapa kata saja tetapi mengapa? Membuat ia merasa tenang dari sebelumnya. "Ya udah." Sahut Gio mendeham singkat, kedua pipinya terasa memanas.

"Cuman, ya udah... doang?" Gerutu Ayara merasa kesal, kedua tangannya bersedekap dada. "Terus apa? Mau di gendong?" Tawar Gio sebelah alisnya terangkat.

Ayara terkejut bukan main, seorang Giovano yang terkenal apatis berubah sscepat ini? Entahlah, Ayara bingung dengan sifat cowok ini. Sifatnya sangat susah di tebak, kadang baik, bikin baper, kadang bikin sakit hati juga!

Ayara mengernyit, tentunya ia merasa tak percaya."Di gendong? Sampe mana?"

"Sampe parkiran."

Ayara menggeleng ragu. "Bohong, kan!" Tebaknya kedua matanya memicing, Gio sedikit tertawa kecil. Aneh! Dulu ia benci kepada cewek ini, kenapa sekarang justru kebalikanya?

"HAYOH!!! LAGI NGAPAIN DUA-DUA AN DI KELAS?!!!" Ayara dan Gio kompak mengerjap,mereka langsung menoleh kearah sumber suara ingin melihat barusan yang berbicara. "Mutia?" Gumam Ayara melirik sekilas Gio.

Cewek memakai hijab sport kebanggaanya itu mulai mendekati dua sejoli yang saat ini mati kutu di tempat, untuk pertama kalinya Mutia melihat Gio dengan seorang cewek, udah gitu di kelas lagi, mana kepergok. "Hayoh, kalian habis ngapain?" Goda Mutia menaik turunkan alis, kedua matanya menyipit.

"Hm, apaan sih, Mutia. Kita cuman ngobrol biasa." Elak Ayara mencairkan suasana tegang barusan. Sementara Gio, ia melenggang pergi meninggalkan Ayara dan Mutia, lagian urusannya sama Ayara sudah kelar.

Mutia mengamati punggung Gio dari kejauhan. "Dari SD, SMP sampe sekarang SMA gak pernah berubah ya tuh cowok! Maen nyelengos aja." Mutia mengambil tas yang masih tergeletak di atas meja. Ayara hanya melihat gerak-gerik cewek itu. "Kamu ngapain ke sini?"

"Lo gak liat? Gue ke sini bawa tas," sahut Mutia dengan cepat, ia menyoren tas berwarna lilac di sebelah pundaknya. "Biar nanti kalo gue udah dari ruangan OSIS, gue tinggal langsung balik, deh. Biasanya kan, pintu kelas suka di kunci kalo muridnya udah pada pulang." Jelasnya panjang lebar membuat Ayara mengangguk paham.

"Kalo boleh, aku boleh ikut ke ruangan OSIS, gak?" Usul Ayara sangat antusias. Bukan apa-apa, ia cuman ingin mencari tahu sesuatu, siapa tau aja kan di ruangan OSIS Ayara bisa mendapatkan bukti.

Siap membaca part selanjutnya?

Ready?

Continue Reading

You'll Also Like

1M 33.4K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
519K 39.2K 45
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
2.4M 132K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
4.4M 98.6K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+