Cinta Lewat Maya

By gw_fiksi

3.8K 2.1K 452

⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠ "Aku mengagumimu karena ilmu agama dan caramu memuliakan wanita. Tetapi kita hanyala... More

Prolog🌷
1. Menyatakan Cinta
2. Aku Butuh Kamu
4. Baikan
3. Rindu
7. Hukuman Cambuk
8. Akhir Hubungan & Hari Dakwah?
5. Di Hutan
9. Benci
10. Satu Hari Lagi
6. Fitnah Tak Terduga
11. Drop Out
12. Pelaku Yang Sebenarnya
13. Balas Dendam
14. Gue Dimana?
16. Hari Ibu

15. Ponpes Azzahir

110 62 5
By gw_fiksi

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

Selamat jalan, Ramadhan...
Meski tak banyak yang kulakukan
Namun kehilangan ini kurasakan
Kan kunanti kembali pertemuan
Semoga jumpa kita
di tahun mendatang

Ustadzah Halimah Alaydrus

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445H

Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin semuanya🙏

Kalau ada salah sama kalian (para readers ku), salah ucap, salah kata, salah kalimat, atau ada kata yang nyindir, nyakitin kalian, atau ucapan yg gk enak dihati mohon maaf sebesar-besarnya. Mohon dimaafin yaa🙏

•🌷•

Tepat pukul 07.00 pagi

Anyara, gadis itu tengah melaksanakan sholat dhuha disebuah masjid dipinggir permukiman warga yang dekat dengan jalan raya. Anyara juga sudah melaksanakan sholat subuh di jam 05.10 tadi. Beruntung ada masjid disana, beruntung masih ada waktu bagi Anyara untuk melaksanakan sholat wajib itu. Anyara sangat beruntung sekali, ia jadi tidak terlambat untuk melaksanakan sholat wajib tersebut. Tak lupa juga ia mengucap syukur pada Sang Illahi.

Setelah selesai sholat dan berdo'a, Anyara pun melipat mukena yang di pinjamnya itu dan menaruhnya ditempat semula. Lantas, ia pun memainkan ponselnya dan membuka aplikasi hijaunya sebentar. Tidak ada notif sama sekali yang masuk, hanya ada status yang terpajang disana. Tapi ada satu status yang membuat Anyara tertarik dan penasaran untuk melihatnya. 

Ihsan♡
Hari ini 10.20

Di lihat dari bangunan itu saja sudah menandakan jika dia benar-benar pergi kesana. “Dia beneran pergi ke Tarim” gumam Anyara. Ia pun mengomentari untuk sekedar basa-basi. Ya, Anyara tahu hukumnya, tapi ia hanya ingin menanyai kabar. Sudah lama sekali mereka tidak saling bertukar kabar, Anyara sangat rindu.

Ihsan♡
Terakhir dilihat hari ini pukul 10.10

Assalamu'alaikum
Kamu beneran lagi di Tarim?


Selang beberapa menit, pesan yang dikirim Anyara berubah menjadi ceklis biru, pertanda bahwa sudah terbaca. Tidak lama setelah itu tertera kata 'mengetik ...' disana, dan balasan pesan pun masuk ke ponsel Anyara.

Wa'alaikumussalam, iya.
Chat saya jika ada hal penting
dan mendesak saja.

Kening Anyara mengkerut saat membaca pesan itu. Kata 'saya' yang dulunya 'aku' itu telah berubah. Lelaki itu sudah berubah. Jari-jemari Anyara pun bergerak lincah diatas keyboard untuk mengirim pesan lagi.

Aku tau, aku cuma mau nanya
gimana kabar kamu disana?

Alhamdulillah, saya baik-baik saja.
Tidak ada yang perlu kamu
khawatirkan tentang saya.
Ada yang mau ditanyakan lagi?
Kalau tidak ada, saya akhiri.

Aku lagi memperbaiki diri, saat itu
temen-temenku bilang 'sok alim.'
Aku negur mereka, nasehatin mereka,
dan ngingatin mereka, tapi mereka
malah bilang 'gak usah sok suci.'

Janganlah risau, orang yang
baik akan dipertemukan dengan
orang yang baik pula.

Kapan?
Aku pengen punya sahabat,
aku pengen punya temen yang selalu
ngingetin aku tentang kebaikan.
Semua temenku gak ada yang kayak
gitu. Aku lahir ditempat yang gak
mendukung buat hijrah.

Hijrahlah dengan gurumu.

Guru? Malahan aku
di DO dari sekolah.

Karena apa?

Aku di fitnah.

Kamu harus banyak bersabar,
itu adalah ujian dari Allah.

Aku tau, tapi dimana aku bisa
nemuin temen yang selalu ngajak
dalam kebaikan?

Saya. Saya akan menjadi
teman hijrahmu.

Emang boleh?

3 J.

Artinya apaan?

Jaga mata, jaga hati, jaga jarak.

Siap laksanakan Tuan.

Tidak ada yang mau kamu
sampaikan lagi?

Gak ada.

Kalau tidak ada, saya akhiri.
Wassalamu'alaikum.

Wa'alaikumussalam.

•••

Setelah itu tak ada lagi berbalas pesan. Cukup sampai disana. “Dia beneran berubah, cara dia ngomong aja formal banget. Seasing itu ya? Padahal waktu itu deket banget, ngomongnya gak formal-formal amat” Anyara menghela napas panjang diakhir kalimatnya. “Kalau kamu berubah, aku juga akan berubah San. Tapi berubah menjadi lebih baik lagi, seperti apa yang kamu omongin waktu itu” ucapnya yakin. Dalam hatinya, kini Anyara merasa sedikit senang. Ia memiliki teman hijrah yang akan menasehati dan mengingatkannya tentang kebaikan. Namun ia merasa sedih juga, pertemanan itu dibatasi dengan jarak yang panjang.

Anyara pun memasukkan ponselnya kembali kedalam saku dan keluar dari masjid untuk melanjutkan perjalanannya. Anyara terus berjalan, ia tidak tahu kemana ia harus pergi, ia tidak tahu kemana arah jalan pulang. Ternyata Anyara melawan arus jalan, jalan yang dilewati Anyara mengarah ke timur, padahal arah rumahnya mengarah ke barat. Ia tidak menyadari hal itu. Bisa saja ia menggunakan kompas di ponselnya, bisa juga ia membuka maps, namun aplikasi itu error. Waktu itu Anyara pernah camping dengan sahabatnya, dengan mengandalkan maps untuk menuju lokasi, dan sialnya mereka disesatkan maps itu. Dan Anyara tak mau lagi menggunakannya.

Tak terasa, Anyara tiba disebuah tempat yang ramai sekali, yaitu pasar. Banyak pedagang yang berjualan dipinggir jalan. Orang-orang berlalu lalang membeli berbagai macam makanan, jajanan, pakaian, gerabah, dan lain-lain. Anyara pun mampir disebuah warung makan untuk sarapan. Sedari kemarin perutnya belum terisi apa-apa, rasanya sangat menyiksa bagi Anyara. Ia pun duduk dibangku yang tersedia disana dan memesan makanan.

“Mbak, pesan soto ayam sama air putih ya.”

“Soto ayam sama air kosong?” ulang si pemilik warung itu memastikan, pasalnya ia sibuk membuat pesanan orang lain.

“Iya Mbak.”

“Kenapa gak pesen es cendol atau es jeruk Mbak? Es nya seger loh, apalagi di minum pas cuaca lagi panas-panas gini, rasane tambah uwenak tenan rek!”

“Gak deh Mbak” Anyara tersenyum kikuk. Sebenarnya ia ingin sekali memesan es itu, namun ia tengah menghemat uang. Hanya ada uang 50 ribu di cassing ponselnya, itu pun hanya satu lembar. Jadi Anyara hanya memesan dua itu, karena harganya yang murah dan pas dikantong.

“Ya sudah, saya buatkan ya” pemilik warung yang masih muda itu pun membuatkan pesanan Anyara.

Sementara itu Anyara menunggu pesanannya seraya memainkan ponsel ditangannya. Namun suara dua orang yang duduk tak jauh darinya itu sangat mengganggu pendengarannya. Apalagi mereka berdua adalah lawan jenis, lelaki dan wanita, hal itu tentu membuat Anyara sedikit geram. Bahkan mereka berdua juga terang-terangan bermesra dan bermanja didepan banyak orang. Tapi Anyara tidak ingin ber-su'udzon terlebih dahulu, bisa jadi mereka adalah sepasang suami istri.

Karena tak tahan dengan kebucinan mereka, Anyara pun menghampiri keduanya dengan niat baik. “Assalamu'alaikum,” salam Anyara. “Mas, Mbak. Boleh gabung?” tanya Anyara pada dua orang di hadapannya itu.

Dua orang itu pun menatap Anyara dari atas hingga bawah, “Wa'alaikumussalam” jawabnya kompak. “Boleh Mbak, silahkan duduk” balas si wanita mempersilahkan Anyara dengan ramah.

Anyara pun duduk dihadapan mereka yang terhalang meja di tengahnya. “Saya mau tanya Mas, Mbak. Kalian ini sepasang suami istri?” tanya Anyara.

“Ohh bukan, kita ini belum nikah. Kita masih pengen pacaran dulu, iya kan sayang?” Sang lelaki pun hanya mengangguk menanggapi ucapan pacarnya.

Anyara tersenyum garing, didalam hatinya ia sangat kesal dengan dua orang itu. Bisa-bisanya mereka mesra-mesraan ditempat umum. Tidak punya malu lagi! “Lebih baik nikah dulu Mbak, setelah itu baru boleh pacaran” ucap Anyara menasehati wanita itu dengan baik.

“Loh, kenapa harus gitu? Kan emang harus pacaran dulu, setelah itu baru nikah. Yang kamu omongin mah kebalik Mbak, salah kaprah itu. Kalau gak pacaran gimana caranya dapet jodoh?”

“Saya tanya, agama Mas sama Mbaknya apa?”

“Islam” jawab keduanya kompak.

“Kitab sucinya?”

“Al-Qur'an.”

“Siapa yang kalian sembah?”

“Allah.”

“Jika agama kalian Islam, kitab sucinya Al-Qur'an, yang kalian sembah adalah Allah, apa kalian gak tau tentang aturan dan larangan pada agama kalian?” tanya Anyara. “Gak ada istilah pacaran dalam Islam, Islam gak pernah ngajarin kita untuk pacaran. Dan Allah juga melarang kita untuk berpacaran, mendekati saja enggak boleh, apalagi dilakuin.”

“Udah tertulis didalam Al-Qur'an juga, yaitu disurat Al-Isra' ayat 32 yang artinya ; Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Mendekati aja gak boleh loh Mas, Mbak, apalagi dilakuin. Berpacaran sama aja berzina, seperti yang Mas sama Mbaknya lakuin.”

Wanita dan lelaki dihadapan Anyara itu kian memanas ketika di ceramahi persoalan agama.

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya (HR. Thabrani). Setiap muslim akan mendapatkan ampunan dari Allah selama dia menjauhi kesyirikan, tapi ada satu golongan manusia yang dikecualikan dari mendapat ampunan Allah. Siapa mereka? Mereka adalah Mujahirin, yaitu orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa.”

“Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu' anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, 'Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.' Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah di tutupi Allah tersebut.

“Sampai disini paham Mas, Mbak?”

BRRAKK!!

Lelaki itu menggebrak meja dengan keras, sampai Anyara terlonjak kaget di tempatnya. “Gak usah sok alim deh lu! Gak usah sok suci! Sok paham agama! Gak usah nasehatin kita Mbak! Kalau mau ceramah jangan disini! Ini pasar, bukan tempat ceramahin orang!!” hardik lelaki itu. Ia tidak suka jika ada orang yang menceramahinya, apalagi didepan publik.

“Saya hanya mengingatkan kalian, Mas sama Mbaknya udah salah besar.”

“Halah! Terserah kita mau ngapain! Lo gak usah ikut campur!” hardiknya penuh amarah. “Ayo sayang, kita pergi” lelaki itu pun menggandeng pacarnya meninggalkan Anyara disana. Para penjual serta pembeli yang ada disana juga menyaksikan kejadian itu, namun mereka hanya diam saja. Anyara tidak mempermasalahkan hal itu. Namun jika ditanya, mengapa Anyara bisa ceramah panjang lebar seperti itu? Jawabannya sudah pasti berasal dari kajian online di you tube yang ia dengarkan.

Ciieeee... Anyara mulai paham agama

Kiww kiww😁

•🌷•

Pagi menjelang siang hari. Anyara melanjutkan perjalanan lagi setelah menghabiskan waktu di warung makan. Ia masih berada disekitar pasar, jadi jalanan itu masih sangat ramai. Anyara merasakan ada getaran dijalan, seperti hentakan kaki. Anyara pun berhenti dan menoleh ke belakang. Benar saja, ada seorang pria yang dikejar puluhan warga. Pria yang dikejar itu membawa sesuatu di tangannya, apa dia tukang copet? Batin Anyara.

Ketika Anyara berpas-pasan dengan pria tersebut, pria itu malah memberikan benda yang di bawanya pada Anyara. Lantas, pria itu kembali berlari dari kejaran warga. Anyara bingung dengan pemberian pria itu barusan, namun ia hanya menerimanya saja. Toh, barang itu juga akan ia kembalikan pada pemiliknya. Namun siapa sangka, salah satu bapak-bapak yang mengejar pria tadi malah terkecoh dan menuduh Anyara sebagai pencopetnya, karena bapak-bapak itu melihat dompet yang di copet pria tadi ada ditangan Anyara.

“Woi copet! Balikin dompetnya!” bapak itu meneriaki Anyara.

Anyara pun panik, “Kok malah gue yang dikira copetnya sih?!” ia menggaruk kepalanya bingung. “Gue lari aja deh!” Anyara pun berlari dari kejaran bapak itu, termasuk dari puluhan warga juga.

“Woi copet! Berhenti disana!”

Anyara tetap berlari dari kejaran bapak itu dan para warga.

“Berhenti disana! Jangan kabur!”

Anyara tetap berlari sembari menoleh ke belakang. Para warga itu masih mengejar dirinya. “Gak ada capek-capeknya apa? Gue aja capek, masa bapak-bapak itu enggak?” gerutunya dengan napas ngos-ngosan. Anyara sudah kelelahan berlari, ia ingin berhenti, namun ia takut jika di amuk masa. Ia ingin bersembunyi, tapi tidak ada tempat persembunyian yang aman. “Dasar copet sialan! Awas aja kalo ketemu lagi, gue geprek tuh wajah!” gerutu Anyara.

“Daripada ambil pusing, mending dompetnya gue jatuhin aja, pasti gue gak akan dikejar lagi” ide itu muncul di benaknya. Anyara pun menjatuhkan dompet itu ditengah jalan. Anyara kembali menoleh ke belakang, salah satu warga ada yang mengambil dompet itu. Syukurlah, Anyara tidak akan dikejar lagi, ia pun bernapas lega.

“Berhenti disana! Kamu harus tanggung jawab!” tegas bapak itu.

Anyara terus berlari, karena warga itu masih saja mengejar Anyara. Anyara sampai terheran dengan warga itu, apa mereka memiliki kekuatan super? Anyara pun berbelok ke kiri, ia melewati sebuah gang sempit. Sangat pas sekali, didepan sana dia melihat ibu-ibu yang hendak menutup tokonya. Anyara pun meneriaki ibu itu untuk meminta bantuan. “Bu! Tolongin saya Bu!”

Ibu itu pun menoleh ke sumber suara, ia mendapati seorang gadis yang sedang berlari ke arahnya dengan napas ngos-ngosan. “Ada apa Nduk?” tanya ibu itu ketika Anyara sampai di hadapannya.

Anyara mengatur napasnya yang tersengal-sengal dan berucap, “Saya dikejar warga Bu, tolongin saya Bu” pinta Anyara. Ia sangat berharap jika ibu itu adalah orang baik yang mau menolongnya.

“Ya udah, ayo kita masuk ke toko, kamu akan aman didalam” ibu itu mengajak Anyara masuk ke dalam tokonya sebelum para warga itu menemukan Anyara. Namun saat hendak memasuki toko itu, kepala Anyara mendadak pusing. Dunia seakan berputar dengan sangat cepat, penglihatan Anyara juga sedikit kabur.

“Astaghfirullah! Nduk!”

•🌷•

Sayup-sayup mata Anyara mulai terbuka setelah beberapa menit pingsan. Matanya mengerjap-ngerjap menetralkan penglihatannya yang sedikit buram. Pemandangan pertama yang di lihatnya adalah seorang wanita paruh baya yang memakai abaya hitam serta niqab—dia ibu-ibu yang menolong Anyara dari kejaran para warga. Anyara pun bersandar pada kepala sofa, sementara ibu itu mengambilkan air putih untuknya.

Ibu itu pun kembali dengan membawa segelas air, “Minum dulu Nduk”. Anyara pun meneguk air itu hingga setengah.

“Kamu sakit, Nduk? Tadi kamu tiba-tiba pingsan, kamu sakit apa? Kita ke rumah sakit saja ya?” ibu itu benar-benar khawatir dengan kondisi Anyara saat ini.

Anyara tersenyum dibalik cadarnya sembari menggeleng pelan. “Gak usah Bu, saya baik-baik aja. Sakitnya gak parah kok, jadi Ibu gak usah khawatir, nanti sakitnya juga bakal sembuh sendiri” tolak Anyara karena takut merepotkan ibu itu. “Tapi terima kasih banyak Bu, karena Ibu udah nolongin saya.”

“Sama-sama Nduk, tapi dahi kamu benjolnya lumayan gede loh, harus di obati. Nanti kalau infeksi gimana? Saya kompres saja ya?” Anyara pun mengangguk. Jika ia menolak pasti semakin menambah kekhawatiran ibu itu.

Ibu itu pun mengompres dahi Anyara yang terdapat benjolan disana. Ia mengompres Anyara dengan telaten, seperti anak sendiri. “Dahi kamu kenapa bisa benjol Nduk? Kamu habis nabrak apa? Terus kenapa kamu bisa dikejar sama warga?” tanya ibu itu.


“Dahi saya abis kebentur batu besar Bu” jawab Anyara. Sampai detik ini benjolan didahi Anyara saat Udin menariknya hingga terjerembab ke batu besar itu tak kunjung hilang.

“Innalillahi ... ” ibu itu sangat prihatin pada Anyara karena kejadian naas yang menimpanya.

“Tadi saya dikejar warga karena dikira tukang copet Bu. Tadi ada copet yang kasih saya dompet hasil curiannya, terus copetnya kabur. Niat saya mau balikin dompetnya, tapi warga tadi malah ngejar saya. Saya terus lari Bu, saya takut di amuk masa. Jadi saya jatuhin dompetnya, dompetnya juga udah diambil bapak tadi Bu, tapi saya masih dikejar” jelas Anyara.

“Maa syaa Allah ... Mereka hanya salah paham Nduk. Kamu harus bisa selesaiin masalah tadi, kalau gak, nanti malah jadi masalah besar. Kamu harus selesaiin secara baik, kamu bicara sama mereka, pasti mereka akan paham sama penjelasan kamu.”

“Tapi sudah terlanjur Bu.”

“Ya sudah kalau begitu, yang terpenting dompetnya sudah diambil pemiliknya. Kalau boleh tau, nama kamu siapa Nduk? Saya gak pernah lihat kamu, kamu baru pindah kesini?” tanya ibu itu yang baru pertama kali melihat Anyara, apalagi Anyara memakai cadar. Jadi sangat sulit untuk mengenali wajahnya.

“Nama saya Anyara Bu, saya baru pindah kesini kemarin. Kalau nama Ibu?” Anyara tidak bisa berkata jujur pada ibu itu, ia tidak ingin ada orang yang mengetahui siapa dia sebenarnya. Ia juga tidak ingin jika didaerah ini ada yang mengenalinya karena fitnah yang menimpanya.

“Nama yang cantik, seperti orangnya.”

“Ibu bisa aja” Anyara tersipu malu dipuji 'cantik' seperti itu.

“Kamu bisa panggil saya Nyai atau Umma Fatimah” Anyara pun mengangguk mengerti. “Nduk, tokonya mau saya tutup, saya harus pulang ke rumah, mau ngajar soalnya.”

“Saya boleh ikut Umma? Saya mau bantuin bawa kuenya, Umma pasti gak bisa bawa semua kuenya sendiri”. Anyara berbicara seperti itu bukan ingin terlihat baik dimata orang, tapi itu atas kemauannya sendiri dari lubuk hatinya.

Umma Fatimah melihat ke arah meja, dan benar saja, banyak kue yang akan ia bawa. Tapi kenapa Anyara bisa tahu kalau ia akan membawa kue itu pulang? Padahal saat bertemu Anyara ketika hendak menutup toko, ia tidak membawa kuenya. Ia benar-benar lupa. “Terima kasih sudah mau bantu Nduk, tapi kamu kok bisa tau kalau kuenya mau saya bawa pulang? Kan saya gak bilang ke kamu.”

Anyara nyengir dibalik cadarnya “Nebak aja Umma, hehe”.

Umma Fatimah terkekeh kecil melihat ekspresi wajah Anyara, “Ya sudah, kamu bawa kue yang ada dikeranjang warna biru ya” titahnya.

"Siap Umma!" Anyara pun turun dari ranjang dan mengambil kue dalam keranjang biru diatas meja. Sementara umma Fatimah membawa sisanya.

“Sudah semua?” tanya umma Fatimah memastikan jika kuenya sudah dibawa Anyara sebagian.

“Sudah Umma.”

Mereka pun keluar dari toko dan menuju ke rumah umma Fatimah dengan membawa kue. Anyara mengikuti kemana kaki Fatimah melangkah, karena ia tidak tahu dimana tempat kediaman umma Fatimah berada. Ia juga bukan orang daerah sana, jadi Anyara tidak tahu jalannya.

•🌷•

Anyara terkejut ketika mereka sampai disebuah tempat yang dibatasi gerbang tinggi menjulang ke atas. Di atas gerbang itu terdapat gapura yang berdiri kokoh, yang bertuliskan 'PONDOK PESANTREN AZ-ZAHIR'. Anyara bingung, mengapa umma Fatimah membawanya ke pondok?

Umma Fatimah yang hendak membuka gerbang itu pun tidak jadi karena Anyara memanggilnya. “Umma, kenapa kita kesini? Bukannya kita mau ke rumahnya Umma?” tanya Anyara bingung.

Umma Fatimah tersenyum mendengar pertanyaan Anyara. “Rumah saya ada didalam Nduk, ayo kita masuk!”

“Di dalam? Berarti pondok ini milik Umma?”

“Bukan milik saya, tapi milik suami saya. Mari masuk!”

Umma Fatimah pun masuk terlebih dahulu dan disusul Anyara dibelakang. Aura ke Islami-an pun dapat Anyara rasakan setelah memasukinya. Banyak santriwan dan santriwati yang terlihat berlalu lalang. Di jam-jam seperti ini memang jamnya istirahat. Banyak sorot mata yang melihat kedatangan Anyara. Banyak juga santri yang menyalimi tangan umma Fatimah. 'Jadi seperti ini rasanya dipondok?' Begitulah isi hati Anyara.

Sampailah mereka berdua didepan rumah minimalis joglo sederhana, yaitu rumah umma Fatimah atau biasa disebut Ndalem, yang letaknya dihalaman pondok. “Kita udah sampai Nduk, mari masuk. Saya mau masak, nanti kamu juga boleh makan bareng disini” ucap umma Fatimah. Anyara hanya mampu menganggukkan kepala saja, seperti tidak ada kata-kata lagi. Anyara pun ikut masuk ke dalam, tak lupa juga dengan mengucap salam.

Ketika didalam, Anyara disuruh umma Fatimah memasukkan kue tadi kedalam kulkas. Anyara pun melakukan apa yang diperintah umma Fatimah. Setelah semuanya selesai, Anyara pun menghampiri umma Fatimah yang tengah masak didapur. “Mau saya bantu Umma?” tanya Anyara menawarkan bantuan.

Umma Fatimah yang tengah mengiris bawang merah pun menoleh ke sumber suara. “Kalau sudah selesai, bantu saya goreng tempe sama tahunya” titahnya.

“Ada yang mau dibantu lagi gak, Umma?”

“Tidak ada. Maaf ya Nduk, saya cuma masak sayur bening, lauknya cuma tempe sama tahu. Gak papa kan? Maaf kalau itu-itu aja lauknya.”

“Gak papa kok Umma, saya juga suka tempe, apalagi sayur bening.”

“Alhamdulillah kalau kamu suka” umma Fatimah turut senang saat mendengar perkataan Anyara. “Syukron ya Nduk, kamu udah bantu saya. Maaf kalau ngerepotin.”

“Gak kok Umma, gak ngerepotin sama sekali. Saya malah seneng bisa bantuin Umma.”

Setelah beberapa menit memasak bersama, akhirnya masakan itu pun matang. Kini Anyara membantu memindahkan makanan itu ke meja makan.

“Assalamu'alaikum Umma! Sedep banget baunya, Umma masak apa?”

Gadis yang baru saja datang memasuki dapur itu membuat atensi Anyara teralihkan. Gadis itu pun sama, menatap penuh tanda tanya, siapa gadis bercadar itu? Batinnya.

“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Umma masak sayur bening” balasnya sembari menyiapkan piring diatas meja. “Arrisa mana?” tanya umma Fatimah.

“Bentar lagi nyusul.”

Tunggu. Arrisa. Anyara mengenal nama itu. Apa benar Arrisa yang dimaksud mereka itu adalah Arrisa yang pernah Anyara temui ditaman rumah sakit? Apa itu benar? Atau, Anyara hanya salah orang?

“Assalamu'alaikum!”

Seorang gadis kecil baru saja datang. Dia Arrisa, gadis kecil yang ditanyakan umma Fatimah pada anak perempuannya. Anyara tidak salah, dia memang Arrisa yang di temuinya ditaman rumah sakit. Wajahnya sama persis, Anyara mengenal betul gadis cilik itu. Namun mengapa Arrisa bisa berada disini? Berarti, umma Fatimah itu juga ibu Arrisa yang di temuinya waktu itu?

“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kita makan bareng sama nduk Anyara ya” kata umma Fatimah. Mereka berempat pun duduk dikursi meja makan untuk makan bersama. Sebelum acara makan dimulai, umma Fatimah juga tidak lupa mengenalkan Anyara pada kedua anaknya. “Kenalin, nduk ini namanya Anyara. Tadi Umma dibantu sama nduk Anyara, jadi sekalian Umma suruh nduk Anyara makan disini” jelasnya.

“Kenalin, aku Aurel” Aurel mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

“Anyara” ucap Anyara menjabat uluran tangan Aurel. “Kalau yang ini gak perlu kenalan, aku udah tau nama kamu. Nama kamu Isa kan?”

“Kakak kok tau? Kita kan belum kenalan” ujar Arrisa. Arrisa mengenal Anyara, hanya saja ia lupa dengan nama itu, terlebih lagi wajah Anyara tertutup cadar, jadi sulit bagi Arrisa untuk mengenalinya. Umma Fatimah dan Aurel yang memperhatikan jadi heran, mengapa Anyara bisa kenal dengan Arrisa? Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya?

“Aku adalah orang yang kamu temui ditaman rumah sakit. Isa panggil aku kakak Cantik, Isa inget gak?”

Arrisa tidak sempat mengulas kembali, otak cerdasnya itu langsung mengingat pertemuannya dengan Kakak Cantik, Anyara. “Kakak Cantik?!” pekik Arrisa. Anyara langsung mengangguk mantap. Sementara umma Fatimah terkejut mendengar hak tersebut, ternyata gadis yang di tolongnya tadi adalah gadis yang bersama Arrisa saat ditaman rumah sakit waktu itu. Pun dengan gadis yang tak memakai hijab saat ditaman rumah sakit, ternyata dia Anyara. Umma Fatimah benar-benar takjub tak menyangka, karena ada banyak perubahan pada diri Anyara. Alhamdulillah ... Kamu dapat hidayah Nduk, batin umma Fatimah.

“Kakak kok bisa disini? Kakak tau rumah Isa dari mana?” tanya Arrisa sangat senang, karena ia bisa bertemu dengan Anyara lagi.

“Kakak pindah ke sini. Kakak tadi bantuin Umma bawain kue, jadi sekalian mampir” balas Anyara. Ia tak tahu lagi harus berkata seperti apa. Jika dijelaskan secara rinci, identitasnya bisa terkuak.

•🌷•

Continue Reading

You'll Also Like

732K 49.9K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
1.3K 188 7
Dimana Jungkook yang punya kepribadian humoris dan narsis di pertemukan dengan kakak cantik yaitu Jimin *Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada...
29.7K 1.7K 50
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasi...
263K 32.3K 38
PART MASIH LENGKAP. SILAKAN DIBACA SEBELUM DIHAPUS. *** "Saya sudah tidak suci lagi. Ustaz berhak mendapatkan wanita lain yang lebih pantas." Ayda te...