AMBER and the vampire prince...

By Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 51

2.3K 98 16
By Nkalestar

"Apa yang kau rasakan saat ...saat kau menyukai seseorang ...?"

Tawa Giovanni pecah kali ini. Diego menatapnya tajam dan melipat tangannya di depan dada, membiarkan Giovanni menertawakannya dengan puas. Giovanni berhenti tertawa dan menepuk pundak Diego.

"Sama seperti yang kau rasakan saat ini. Aku tahu siapa gadis itu."

"Hey, jangan bilang kau memata-mataiku!?"

"Kau pikir aku tidak punya pekerjaan lain sampai harus memata-mataimu?! Aku dan Amber hanya kebetulan saja melihatmu pergi bersama seorang gadis!"

Diego diam. Giovanni menunggu Diego berbicara atau bertanya sesuatu lagi padanya. Giovanni menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Tapi, aku takut para tetua akan menentang ini. Vampir dan manusia bersama?"

"Ck, kenapa kau harus memikirkan para orang tua itu!? Kau pikir posisiku sekarang berbeda denganmu!? Aku juga mencintai seorang manusia!"

Diego terdiam lagi. 'Dia benar. Amber manusia dan dia vampir tetapi mereka bisa hidup bersama. Tapi, apakah aku benar-benar mencintainya atau hanya karena darahnya saja?'

"Kalau kau menyukainya, berjuanglah agar dia mendapat pengakuan di sini. Kau mengerti maksudku? Ajaklah ia hidup selamanya bersamamu di dunia immortal ini. Aku mengizinkanmu karena kau sahabatku dan aku percaya padamu. Kalau ini vampir lain, aku akan berpikir-pikir dulu sebelum mengatakan ini."

Giovanni meninggalkan Diego yang masih berpikir. Diego kesulitan mengambil keputusannya. Dia masih belum yakin tentang sesuatu yang dia rasakan ini, memutuskan kembali ke kamarnya. Sampai tiga hari berlalu tanpa Elena. Diego sengaja tidak menemui gadis itu saat dirinya berada di dunia manusia.

Tiga hari juga ia lalui dengan terus memikirkan Elena. Sesuatu dalam dirinya terus mendorongnya untuk menemui gadis itu secepatnya sampai akhirnya Diego menyerah. Diego kembali ke dunia manusia untuk menemui Elena.

Elena yang baru keluar dari kamar mandi hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi dada hingga atas lutut gadis itu, terkejut dengan kehadiran Diego di sana. Mata Diego fokus ke leher dan pundak Elena yang terekspos jelas. Diego menelan ludahnya dengan susah payah. Nafsu akan darah melonjak naik begitu saja. Elena menyadari keanehan pada Diego, berjalan mendekati pria itu namun Diego menghindarinya dengan melangkah mundur.

"Jangan mendekat!"

Elena menghentikan langkahnya saat itu juga. Seberapa kuat Diego menahan nafsunya itu, tetapi tetap warna mata dan taringnya tidak bisa membohongi. Elena tahu kondisi Diego sekarang, semakin mempersempit jarak mereka. Elena meraih tangan Diego dan menggenggamnya lembut.  Diego menatap Elena dengan mata berkabut.

"Jangan menahannya, Diego. Aku senang jika kau mau meminum darahku lagi."

Mendengar kata perizinan dari mulut Elena, Diego membiarkan nafsu mengendalikannya. Diego menarik lebih dekat tubuh Elena dan menancapkan taringnya sedikit kasar ke pundak gadis itu. Elena memekik kecil merasakan sakit di area gigitan itu. Diego minum hanya sedikit. Diego mendekatkan wajahnya dengan wajah Elena. Diego menatap dalam kedua mata Elena.  "Kau mau bertanggung jawab atas ini semua?"

Elena mengerutkan alisnya. Gadis itu nampak tidak mengerti maksud perkataan Diego. Diego tidak ada niat untuk menjelaskan lagi, justru tertawa kecil. Elena memanyunkan bibirnya.

"Kalau kau seperti itu, aku akan menciummu sampai kau tidak bisa bernafas."

Elena menormalkan ekspresinya, wajahnya memanas. Elena mendongak ketika dia ingat sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada Diego yang sempat dia lupakan. "Diego, aku bertemu dengan vampir itu beberapa hari yang lalu. Tapi anehnya, dia tidak menangkapku. Dia hanya diam dan memperhatikanku saja. Kau tahu apa yang terjadi padanya?"

Diego menaikkan satu alisnya, menyeringai kemudian. Diego menarik pinggang Elena. Elena membulatkan matanya dan melotot padanya. Diego mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu.  "Kenapa kau ingin sekali vampir itu menangkapmu? Kau tidak puas hanya dengan satu vampir di sampingmu?"

Elena menghadiahi Diego pukulan di dadanya. Diego tertawa kecil dan semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu. Elena membalas pelukan Diego dan tersenyum diam-diam.

"Bercanda. Aku sengaja meninggalkan bauku di tubuhmu agar vampir itu tidak berani mendekatimu. Dia tahu konsenkuensinya jika berani membuat masalah denganku."

"Memangnya kenapa vampir itu begitu takut padamu?"

"Apalagi? Karena aku tangan kanan sekaligus sahabat pangeran bangsa vampir juga karena kekuatanku berada di atasnya."

"A--apa ...?! Jadi kau adalah ...!?"

Diego tertawa, menyentil ringan dahi gadis itu sebelum pergi dari apartemen itu. Elena menyentuh dahinya lalu turun menyentuh dadanya, tempat jantungnya berada. 'Diego sampai melakukan itu untuk menjamin keselamatanku. Haruskah aku senang dia begitu khawatir padaku?'

Diego bersandar di pintu depan unit apartemennya, entah apa yang pria itu lakukan berdiam diri di sana cukup lama lalu memutuskan kembali ke kastil. Diego langsung pergi ke tempat latihan, kebetulan di sana ada Giovanni dan Jacob.

Diego hanya melihat kedua vampir itu bertarung. Matanya terlihat fokus ke sana tetapi pikirannya tertinggal di apartemen. Diego mengacak-acak rambutnya, merasa frustasi. Diego pergi dari sana menuju hutan.

Sebenarnya Diego tidak tahu apa yang akan dia lakukan di hutan. Diego hanya duduk di batang pohon yang tumbang lalu diam termenung. Datanglah hewan mirip kelinci tapi bukan kelinci. Hewan yang mirip kelinci itu memiliki tiga mata. Diego langsung menangkap hewan itu.

Diego sudah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Elena lagi maupun pergi ke dunia manusia lagi jadi pria itu sekarang akan mencoba membiasakan diri meminum darah hewan. Diego menggiggit leher hewan itu dan menyesap darah dari sana. Meski tidak seenak darah manusia dan semanis darah Elena, namun masih bisa membuatnya kenyang.

Diego melakukannya selama seminggu, hanya meminum darah hewan saja. Sekarang pria itu berdiri di tengah-tengah area latihan berhadapan dengan Giovanni. Giovanni dan Diego sama-sama menyeringai. Giovanni sendiri hampir setiap hari selalu datang ke sana untuk terus melatih fisik dan kekuatannya. Jacob dan beberapa prajurit memperhatikan mereka dari kejauhan.

Giovanni dan Diego sudah saling menyerang satu sama lain. Diego bangga dengan kemampuan Giovanni yang mulai meningkat itu. Diego terpojok dan pria itu akhirnya menyerah setelah mendapat luka yang cukup parah dari serangan Giovanni tadi.

"Kau semakin hebat, Gio. Aku bangga padamu!"

"Aku rasa bukan karena itu tetapi kekuatanmu yang semakin menurun. Apa yang terjadi?"

Diego tidak menjawab Giovanni. Pria itu hanya tersenyum sekilas lalu pergi dari tempat latihan itu, meninggalkan tanda tanya besar di kepala Giovanni. Jacob mendatangi Giovanni, pria itu juga merasa kekuatan Diego yang tidak seperti biasanya. Jacob tadi selalu memperhatikan Diego yang lambat menghindar dari serangan Giovanni, dan beberapa kali pula dia melihat Diego lengah.

Diego pergi ke kamarnya dan mengambil sekantong darah hewan hasil buruannya kemarin. Diego meminum darah itu. Diego menghentikan acara minumnya saat rasa darah itu berubah di lidahnya. Diego mencoba sekali lagi darah itu dan tetap merasakan hal yang sama.

"Kenapa rasanya hambar sekali?! Tidak mungkin darah ini basi, kan? Hah, aku harus mencari lagi di hutan."

Diego melesat ke hutan. Luka-lukanya belum menutup, penyembuhan dirinya lambat akhir-akhir ini. Sayangnya Diego tidak menemukan satu hewan pun di sana membuat pria itu emosi. Diego meninju salah satu pohon di sana hingga pohon itu tumbang.

" ...hah ...aku butuh darah sekarang ...aku butuh darah manusia yang lezat ..."

Diego pergi ke dunia manusia saat itu juga, membiarkan pakaiannya yang penuh noda darah itu. Di rumah sakit tempat ia membeli darah pun, dia menjadi pusat perhatian orang-orang yang mengira Diego mengalami kecelakaan. Diego mengabaikan tatapan orang-orang itu, kemudian pergi ke tempat sepi untuk menikmati darah manusia yang sudah lama tidak ia rasakan.

Rasa yang sama lagi-lagi ia rasakan. Diego belum meminum setengah dari sekantong darah itu, membuangnya begitu saja kesembarang arah. Diego tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia haus tetapi tidak ada satupun darah yang yang mampu mengatasi hausnya itu.

Diego bersandar ke dinding dan memejamkan matanya. Di balik kelopak matanya, wajah Elena dan darah segar membuatnya langsung membuka mata. Diego sudah diambang batas matanya pun sudah berubah warna. Diego berteleportasi dari sana langsung menuju apartemennya.

Diego mencari keberadaan Elena dengan tidak sabaran, dan membuka pintu kamar gadis itu dengan keras. Pemandangan Elena yang bergerak gusar di ranjangnya membuat Diego khawatir. Diego menghentikan aksi Elena yang mencekik lehernya sendiri.

"Apa yang kau lakukan, lepaskan tanganmu!"

Elena membuka matanya saat mendengar suara Diego. Elena bangkit dan memeluk Diego erat. Diego mengelus punggung gadis itu, mencoba menenangkan Elena yang menangis. "Sudah, berhentilah menangis. Apa yang terjadi?!"

"A--aku tidak tahu ...aku sangat haus! Aku tidak bisa menghilangkan rasa haus ini dengan air putih! Apa yang terjadi padaku, Diego!?"

Tubuh Diego menegang. Dia ingat sudah meminum darah gadis itu dua kali, jadi ikatan mereka perlahan terjalin dan otomatis ikatan Elena dengan vampir itu terputus. Elena sekarang dapat merasakan hausnya juga, tidak heran Elena bertingkah seperti tadi.

Hanya ada satu cara untuk menghilangkan dahaga keduanya. Yaitu, Diego harus meminum darah Elena agar hausnya hilang. Dengan begitu, haus Elena akan ikut menghilang juga. Diego menyingkirkan rambut Elena yang menutupi leher gadis itu.

Diego mendekatkan mulutnya ke leher Elena dan perlahan, taring itu bersarang di sana. Diego menghisap darah Elena sedikit rakus. Baru setetes darah Elena menyentuh lidahnya, dirinya langsung tidak bisa menahan diri.

Elena sendiri terlihat tidak merasakan sakit sedikitpun. Gadis itu perlahan tenang dan menikmati sensasi Diego yang meminum darahnya. Perlahan haus hebat yang ia rasakan hilang. Diego menjauhkan bibirnya dari sana lalu menatap Elena yang juga menatapnya.

Tangan Elena terulur menyentuh wajah yang sudah seminggu ia rindukan itu. Bulir air mata turun dari kelopak matanya. Diego menghapus air mata gadis itu dan memeluknya erat.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 103K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
258K 23K 56
FOLLOW sebelum baca, trims! [Ivanovic series #2] Note : Pure Blood Sequel <3 -- SINOPSIS Ares Alfaro Ivanovic, putra mahkota keluarga Ivanovic. Marga...
612K 37.3K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
1.1M 83.9K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...