Daydreaming (gxg)

By coffeerum

42K 2.1K 200

"Ibu guru yang cantik itu adalah kekasihku" -kanaya- dipublikasikan sejak Desember 2017 More

Prolog
1. First Meet
2. Kejadian di kelas
3. Hoodie
4. Hari yang Aneh
5. Memerhatikanmu
6. Kepulangan
7. Surat Cinta
8. Chit chat

9. Ingin Akrab Denganmu

304 36 1
By coffeerum

Upacara bendera yang diadakan setiap hari senin dimulai dengan kericuhan anak-anak yang mempersiapkan kelengkapannya. Berbeda dengan minggu sebelumnya, kini anak dengan atribut seragam sekolah yang tidak lengkap akan dihukum.Satu persatu anak yang merasa tidak lengkap atributnya, keluar dari barisan.

Tak kecuali Jingga yang pucat karena tidak mengenakan topi. Dia pasrah dan ingin meninggalkan barisan. Sebelum itu Ku tarik tangannya untuk mengurungkan niatnya. Ku lihat guru-guru yang berjaga di belakang. Bu Agatha adalah salah satunya. Jadi, sebagai teman yang baik, Aku memberikan topiku dan menaruhnya di atas kepala Jingga.

"Tapi, Nay." kata Jingga menggenggam lenganku.

"Nggak apa-apa."

"Katanya hukumannya lari lho." itu adalah risiko yang harus Ku jalani.

Aku hanya tersenyum.

Aku melenggang pergi menuju tempat yang telah disediakan. Di sana berjejer murid-murid tanpa kelengkapan sepertiku, juga lima guru yang bertugas. Termasuk Bu Agatha. Tentunya Aku memilih untuk berdiri di salah satu spot, yaitu tepat di samping Bu Agatha.

"Sengaja sekali." katanya akrab.

"Tidak kok." jawabku.

Hanya itu percakapan Kami, karena Bu Agatha harus memeriksa satu persatu murid dalam barisan. Dari kelas yang satu ke kelas berikutnya. Dari barisan satu ke yang lain.

Dia mendapat tangkapan lebih banyak lagi. Aku menutup mulutku dengan tangan, karena mulut kagumku tidak berhenti menganga.

Saat Dia kembali ke barisan Kami, di sebelahku tentunya, Aku berkata,

"Luar biasa."

Dia hanya mengangkat kedua bahunya.

Upacara bendera berjalan sangat lambat dan matahari bersinar dengan terik. Ada satu murid yang sudah pingsan dan beberapa murid lainnya yang dibawa ke UKS.

Barisan guru yang berada di depan sangat teduh berbeda dengan Kami yang berada di belakang. Sebetulnya ada pohon besar di belakang. Guru yang berjaga di belakang mulai mundur satu persatu dan memilih mengamati Kami di bawah pohon yang rindang. Tidak adil sekali.

Ku lihat Bu Agatha yang juga sedang memperhatikanku. Dia menghela nafas sebelum memberikan topinya padaku, lalu mundur ke belakang untuk berteduh.

Topi Bu Agatha ada di atas kepalaku. Ingin sekali Aku berteriak. Wewangian shampo tercium dari atas kepalaku. Yang mana jelas bukan dari diriku melainkan dari topi ini.

Apa tidak apa-apa murid menerima topi dari guru seperti ini? Ku lihat sekeliling, hanya Aku yang memakai topi guru. Aku malu sekali sekaligus senang.

Pasti pemandangan tadi banyak mencuri perhatian. Aku menoleh ke belakang dan mendapati Bu Agatha sedang mengobrol santai dengan guru-guru yang lain. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Saat upacara bendera hampir selesai, guru-guru penjaga kembali ke barisan. Bu Agatha mengambil kembali topi yang bertengger di kepalaku.

"Bu Agatha, apa tidak apa-apa?"

"Kenapa?"

"Topi.."

"Oh, jangan khawatir. Ibu jelasin ke guru-guru kalau Kamu kasih topimu ke temanmu."

Benar sih, tetapi yang tahu kan hanya Bu Agatha dan guru penjaga lainnya. Yang lain tidak tahu, kalau Aku sampai dapat perhatian khusus begini..

"Tidak adil kan, kalau Kamu kepanasan gara-gara temanmu?" imbuhnya sambil menyilangkan lengan.

Padahal Aku tidak apa-apa.

"Ngomong-ngomong Kanaya, gambarmu bagus. Isi suratmu... unik." kata Bu Agatha menerangkan.

"Benarkah?"

"Ibu pikir isinya.. seperti milik anak-anak lain."

"Seperti apa?"

"Yah, kalimat-kalimat yang tidak pantas yang dituliskan untuk gurunya."

Aku hanya mengangguk paham. Pasti tidak nyaman sekali membacanya.

"Kanaya, di suratmu.. Kamu bilang untuk menyirami 'gambar tanaman' milikmu dengan senyuman, kan?"

Aku mengangguk. Lalu Dia tersenyum dengan sangat manis. Senyuman inilah yang ingin Ku lihat setiap harinya.

"Sudah, kan? Apa sekarang 'tanamannya' sudah tumbuh lagi?"

"Bu Agatha harus sabar, kalau mau merawat tanaman." kataku.

Isi suratku berisi gambar tanaman kecil. Lalu Ku tuliskan 'siramilah aku dengan senyuman setiap hari agar aku tumbuh besar'. Aku tidak tahu mengapa Aku membuat gambar itu. Mungkin Aku hanya ingin melihat senyuman Bu Agatha. Yang tentunya ditujukan untukku seorang.

Selain surat cinta, Aku tidak tahu bagaimana membuat seorang guru melihat ke arahku. Aku bukan tipe pembuat onar atau suka menjadi pusat perhatian.

Tetapi.. Kenapa Aku ingin sekali diperhatikan olehnya ya?

Upacara telah selesai, semua murid bergegas masuk ke dalam kelas. Tentunya kecuali Kami yang harus melaksanakan hukuman terlebih dahulu.

Guru bagian kesiswaan hadir di hadapan kami. Beliau memberikan sedikit ceramah. Lalu Guru olahraga mempersiapkan barisan Kami untuk bersiap lari mengitari halaman tengah sekolah sebanyak lima kali.

Ini saatnya.

Aku berlari santai dengan anak-anak yang lain. Karena lima putaran, Aku menghemat tenagaku dan berakhir dengan mulus.

Saat Kami berbaris untuk kedua kalinya dan mencatat nama Kami di catatan guru BK. Beno menghampiriku dengan botol minuman. Sontak membuat seluruh penjuru sekolah melihat ke arah Kami. Anak-anak yang di ada di kelas atas, guru-guru yang masih berkumpul di pinggir lapangan, tak terkecuali Bu Agatha yang menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa Ku baca.

Perhatian seperti inilah yang paling tidak Ku suka. Membuat heboh semua orang.

Aku tetap mengambil botol dari tangan Beno karena tidak enak jika Ku tolak. Aku minum beberapa teguk saja. Setelah hukuman selesai, Beno ikut mengantarku kembali ke kelas. Aku tidak nyaman, tetapi tidak bisa mengatakannya.

Kami melewati koridor kelas 1 dengan berdampingan. Aku merasakan seluruh mata menatapku sepanjang jalan.

"Makasih, Kak." kataku.

"Panggil Beno aja sih."

"Aku masuk dulu."

"Aku ikut masuk ya?"

Apa? Bahkan Dia mau mengikutiku sampai ke dalam.

"Aku cuma duduk kok." imbuhnya.

Aku hanya menghela nafas tanpa mengatakan apa-apa. Ketika Aku hendak masuk, Leo muncul dari ruang kelasku dan merangkul leher Beno untuk mengajaknya pergi.

"Ayo masuk kelas." kata Leo menjauh.

Sesampainya Aku di bangkuku. Beberapa anak perempuan mengerubungiku dan menghujaniku dengan pertanyaan.

"Kamu pacaran sama Kak Beno?"

"Kak Beno lagi PDKT ya, Nay?"

"Ternyata Kamu deket sama Kak Beno?"

"Kalian kenal di mana?"

Beno lumayan terkenal di kalangan anak perempuan, terlebih lagi anak kelas 1. Karena Beno anggota OSIS yang menangani MOS, juga atlet basket yang notabene digemari anak-anak perempuan.

"Kami nggak sedekat itu." jawabku malas.

Aku mengeluarkan ponselku untuk bermain game dan tidak menghiraukan mereka yang masih di sekitarku.

Pelajaran pertama berakhir dengan cepat dan Kami bersiap untuk pindah ke Ruang Kesenian. Saat Kami masuk tidak ada siapa-siapa di dalam. Kami menunggu beberapa saat sampai akhirnya datang juga sosok yang Ku tunggu-tunggu.

Bu Agatha.

Meskipun pagi tadi Kami sudah mengobrol, juga sabtu malam Kami bertemu. Tetapi rasanya masih saja kurang. Aku jadi ingin terus melihatnya entah kenapa.

Aku hendak menceritakan pertemuanku dengan Bu Agatha sabtu lalu pada Jingga, tetapi Aku masih ragu. Aku tidak terlalu suka terbuka dengan orang lain.

Bu Agatha menghela nafas sebelum memulai bicara. Dia menerangkan sejarah musik atau sejenisnya, yang tidak bisa Ku dengar, karena Aku sibuk melihat Bu Agatha. Dari ujung kepala, rambutnya lurus sedikit bergelombang. Poninya mulai memanjang. Alisnya digambar dengan pensil alis tipis. Hidungnya mancung. Bibirnya..

"Kanaya." kata Bu Agatha dengan menyilangkan lengannya.

"Lihat ke layar." tambahnya.

"Oh?" kataku memalingkan pandanganku ke depan layar.

Beberapa murid tertawa kecil juga ada yang menahan tawanya seperti teman sebangkuku.

Bukanya murid suka melihat guru ketika menerangkan ya, daripada ke papan tulis atau layar proyektor.

"Aku salah ya?" bisikku pada Jingga yang ada di sebelahku.

"Jangan memandangnya terlalu lama, nanti Kamu jadi batu." jawab Jingga dengan pandangan tetap ke depan.

"Memangnya Medusa?"

Meskipun sedikit malu, karena semua mata tertuju ke arahku. Tetapi mendengar Bu Agatha menyebut namaku di depan semua murid, membuatku sangat senang. Anak-anak yang lain pasti tidak akan mengira Bu Agatha hafal dengan namaku.

Pemikiranku membuatku tersenyum sendiri tanpa sadar. Bu Agatha sempat melirik ke arahku sebelum berjalan ke sisi lain ruangan ini.

Pelajaran selesai dengan sangat singkat. Kini saatnya istirahat pertama. Beberapa dari Kami kembali ke kelas, dan yang lainnya langsung berlari menuju ke kantin.

Jingga menggandengku sampai ke bibir pintu Ruang Seni. Aku menengok ke dalam, Bu Agatha masih sibuk di depan laptop-nya. Dia seperti sedang mengerjakan sesuatu. Apa Bu Agatha tidak pernah ke luar ruangan saat istirahat?

"Nay." kata Jingga sambil menyenggol lenganku untuk melihat ke depan.

Aku menoleh dan mendapati Beno sudah berdiri di depan Kami.

"Ayo ke kantin." ajaknya.

"Aku mau ke kelas." jawabku malas.

"Kamu nggak lapar?"

"Aku sudah sarapan."

"Aku juga, tapi lapar lagi."

Dia mulai lagi. Seharusnya Dia tidak menunjukkan kedekatan Kami seperti ini. Rumor pasti cepat menyebar di sekolah. Terlebih lagi, Dia terkenal. Aku mulai tidak nyaman.

"Aku masuk ke kelas dulu." kataku sambil menarik lengan Jingga.

Kami berjalan sedikit lebih cepat, berharap Beno tidak mengikuti seperti pagi tadi.

Sebelum masuk ke kelas, Aku memerhatikan sekitar dan tidak ada batang hidung Beno. Kini Aku bisa bernapas lega.

"Sepertinya Kak Beno suka Kamu, Nay." kata Jingga tiba-tiba.

Aku hanya mengangkat bahu. Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan itu. Aku sedang senang dekat dengan orang lain.

Leo masuk ke kelas dan menghampiri Kami, tepat saat Jingga membuka bekal.

"Habis ini Aku bakal sibuk banget." kata Leo pada Jingga.

"Kenapa?" tanya Jingga.

"Urusan OSIS. Sebentar lagi kan Sekolah Kita Ulang Tahun. Ada banyak persiapan." kata Leo sambil menghembuskan nafas.

Jingga lalu menyuapi beberapa suap nasi pada mulutnya. Sementara mereka mengobrol, Aku menggambar lanjutan gambar tanaman untuk Bu Agatha.

Aku membawa secarik kertas untuk suratku, beserta amplopnya. Aku memang meletakkannya di dalam tasku. Saat Aku menyelesaikan gambarku, Leo menatapku.

"Beno tertarik padamu ya?" tanya Leo sambil berdiri.

Aku hanya menatapnya tanpa sepatah kata pun. Aku sudah lelah dilempari pertanyaan yang sama hari ini.

"Hati-hati saja." imbuhnya.

Leo berpamitan dan menghilang dari hadapan Kami.

# # #

Aku menunggu di tempat biasa sepulang sekolah. Aku hendak memberikan suratku yang selanjutnya karena Bu Agatha sepertinya sangat menginginkannya, tetapi di mana Dia? Batang hidungnya tidak kelihatan juga sejak satu jam yang lalu.

Sudahlah. Aku pulang saja. Sepertinya Bu Agatha masih ada urusan di sekolah.

Aku berjalan menuju ke tempat parkir di mana motor Bu Agatha berada dan menyelipkan suratku di dashboard motornya.

Haruskah Ku kirimkan pesan kalau Aku menaruh sesuatu di motornya?

Aku memotretnya dan Ku kirimkan gambarnya. Aku berdebar-debar menunggu balasan, tetapi tak kunjung datang.

Namun saat Aku membuka mataku keesokan paginya. Aku melihat profile picture Bu Agatha sudah berganti dengan lukisanku. Terlalu bagus untuk dikatakan lukisan, padahal hanya coretan iseng saja.

Apresiasi Bu Agatha pada gambarku sampai sebegitunya. Aku senang. Surat-surat ini akan terus berlanjut. Aku juga penasaran hasil akhirnya.

# # #

#Maaf baru update. Kalau lamaa tidak update berarti ada sesuatu ini dan itu, atau masalah² lainnya :) Makasih sudah mau bacaa dan sudah mau vote. Maaf kalau jadi jenuh~

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
977K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...