Cinta Lewat Maya

Por gw_fiksi

7.2K 4.5K 642

⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠ "Aku mengagumimu karena ilmu agama dan caramu memuliakan wanita. Tetapi kita hanyala... Más

Prolog
1. Menyatakan Cinta
2. Aku Butuh Kamu
4. Baikan
3. Rindu
7. Hukuman Cambuk
8. Akhir Hubungan & Hari Dakwah?
5. Di Hutan
9. Muak
10. Satu Hari Lagi
6. Fitnah Tak Terduga
11. Drop Out
12. Pelaku Yang Sebenarnya
13. Balas Dendam?
15. Ponpes Azzahir
16. Hari Ibu
17. Azzahir
18. Dia Siapa?
19. Dia Lagi?!

14. Gue Dimana?

281 201 20
Por gw_fiksi

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

Semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin menerpa. Semakin tinggi level keimanan seorang hamba, semakin kuat pula ujiannya.

– Tulisan seseorang, semoga Allah menjaganya –


Aku update lagi walau tidak ada pembacanya😀

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1445 H🙏

Yok semangat puasanya! Perbanyak ibadah lainnya juga!

Semoga dibulan Ramadhan ini amal & pahala kita di lipatgandakan oleh Allah & semoga Allah menerima semua amal ibadah kita dibulan Ramadhan yg penuh berkah ini, aamiin....🤲🤲

Karena bulan Ramadhan, aku kasih lagu sholawat Ramadhan Tajalla ya😋🙌


•🌷•


Gadis dengan gamis hitam polos, hijab, serta cadar warna senada itu tengah menggenggam salah satu tangan sang ibunda tercinta. Ia menutup wajahnya dengan cadar karena ia tidak ingin ada orang yang mengenali dirinya.

Di ciumlah tangan ibunya itu dengan linangan air mata. Ia membayangkan betapa rasa sakitnya jika ibunya disiksa dialam kubur karena dirinya tidak menutup aurat. Memang benar sekarang ini ia sudah menutup aurat, namun sebelum itu ia tidak menutup aurat. Apa ibunya akan tetap disiksa?

“Mama ...” panggil Anyara dengan suara parau.

“Maaf Ma ... Anyara belum bisa jadi anak yang baik, belum bisa jadi anak sholehah, belum bisa nutup aurat dengan baik. Tapi Anyara akan usaha, Anyara akan jadi anak baik, sholehah, dan bisa menutup aurat dengan baik.”

“Mama tau? Waktu Anyara duduk ditaman rumah sakit, ada anak kecil yang nasehatin Anyara. Dia bilang gini, 'kakak cantik mulai sekarang pake hijab ya? Biar tambah cantik kayak bidadari surga', dia bilang gitu Ma. Keesokan harinya, tiba-tiba postingan dakwah muncul diberanda ig ku. Anyara dapet hidayah, saat itu juga Anyara sadar, banyak banget dosa yang udah Anyara buat. Anyara udah taubat Ma, dan sekarang Anyara udah pake gamis sama hijab.” Anyara bercerita, seakan-akan Kartika mendengarnya.

Ia menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya itu. “Coba Mama liat Anyara pake gamis sama hijab, Mama seneng gak?” tanyanya tersenyum hambar. Ia tahu kalau Kartika tak bisa mendengar suaranya. Tapi baginya, dengan cara seperti itulah dirinya mengobati rasa rindunya pada Kartika.

“Mama tau? Ada banyak masalah yang ngehampiri Anyara. Anyara di fitnah orang, Mama mau tau siapa orang itu? Anisa, dia yang udah fitnah Anyara. Mungkin itu adalah ujian pertama yang diberikan Allah sama Anyara, supaya Anyara selalu mengingat Allah. Yang kedua, temen Anyara pada ngehina Anyara pas Anyara pake hijab. Sahabatku Lily juga ikut-ikutan Ma, rasanya sakt banget dihina sahabat sendiri. Tapi, mungkin itu adalah bentuk kasih sayang Allah sama hamba-Nya, makanya Anyara diuji.”

“Semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin menerpa. Semakin tinggi level keimanan seorang hamba, semakin kuat pula ujiannya. Anyara akan belajar dari sebuah pohon, agar Anyara tetap tegar walaupun–” Anyara menghentikan kalimatnya kala ia mendengar suara pintu ruang UGD yang dibuka.

“ANYARA!!”

Suara Udin menggelegar membelah angkasa. Suara kerasnya memenuhi ruangan itu. Terlihat dari urat-urat yang menonjol dikeningnya, sudah dipastikan bahwa Udin tengah marah besar.

Lalu menapa Udin datang kemari? Apa kesalahan yang sudah Anyara perbuat?

“Ikut Papa!” Udin menarik paksa lengan Anyara.

Anyara menolak untuk diajak, “Gak mau Pa! Aku pengen disini nemenin Mama! Lepasin tanganku Pa!” Anyara memberontak, mencoba melepaskan cekalan Udin dari tangannya.

“Nurut sama Papa!” Udin menarik paksa lengan Anyara hingga Anyara terseret beberapa meter.

“Lepasin! Tanganku sakit Pa!” Anyara meringis kesakitan kala Udin menarik dan mencekal tangannya kuat. Yang dirasakan Anyara saat ini adalah rasa sakit yang luar biasa, seakan-akan tangannya hampir putus dari pergelangannya.

“DIAM KAMU!”

Udin tetap mencekal tangan Anyara, ia tak mau melepaskannya.

Dan sampailah mereka disebuah mobil hitam milik Udin. Udin membuka pintu mobil itu dan menarik paksa Anyara masuk ke dalam.

“Cepetan masuk!”

“Gak mau Pa!”

“MASUK!!” Udin mendorong tubuh Anyara masuk ke dalam hingga kepalanya membentur kaca mobil. Lalu ia memutari mobil, masuk dibagian kemudi. Ia pun menancap gas dan enyah dari sana.

Mobil hitam yang dikendalikan Udin itu melaju dengan sangat kencang. Bahkan tubuh Anyara ikut oleng ke kanan dan ke kiri.

Pelan-pelan pak sopir!

Anyara tidak tahu kemana Udin akan membawanya pergi. Jalan raya yang di lewatinya juga sangat asing baginya.

Anyara baru sadar, jika mobil yang di tumpanginya itu telah melewati batas kota Kudus. “Kita mau ke mana Pa?!” tanya Anyara panik. Ia sangat takut jika Udin akan menculiknya dan mengurung dirinya disuatu tempat.

“Bisa diam gak?! Dari tadi ngoceh mulu!!” gertak Udin yang fokus menyetir mobil. 

•🌷•

Berjam-jam Anyara didalam mobil, hingga malam pun mobil itu tak kunjung berhenti. Ia juga menahan rasa laparnya, Udin sama sekali tidak memikirkannya yang tengah kelaparan.

Pukul 00.00, tepat tengah malam. Malam yang begitu sunyi, namun tidak dengan jalan raya yang dilewati Anyara. Mobil, motor, truck, bus, masih saja berlalu lalang dijalanan. Termasuk mobil hitam milik Udin yang masih saja menyusuri jalan. Anyara tidak tahan lagi, rasa laparnya semakin menjadi. Ia juga tidak bisa tidur dengan keadaan seperti itu.

Kapan perjalanan ini akan berakhir? Kapan mobil itu akan berhenti? Sampai mana Udin akan membawanya pergi? Apa Udin akan pergi ke ujung dunia dan meninggalkan Anyara disana?

Anyara menatap ke depan sembari memegangi perutnya, menahan rasa laparnya. Di depan sana, ia melihat gapura yang tinggi, membentang diatas jalan raya. Gapura itu bertuliskan 'SELAMAT DATANG DI KOTA PROBOLINGGO.' Anyara membaca tulisan itu, sangat jelas di matanya.

Ia berpikir sejenak, apa ia sampai di kota Probolinggo? Tapi dimana? Ia tidak tahu dimana kota Probolinggo berada, bahkan nama kota itu sangat asing baginya.

Di sebuah jalanan yang sepi, Udin pun menghentikan mobilnya. Tanpa mengatakan sepatah kata, Udin keluar dari mobil.

Anyara membatin sejenak, dilihat dari keluarnya Udin dari mobil, apakah sudah sampai? Apa tempat inilah yang menjadi tujuan Udin? Tapi mengapa Udin mengajaknya ke tempat itu?

Lamunan batin Anyara pun buyar kala Udin membuka pintu mobil.

“Keluar!! Keluar dari mobil saya!!” usir Udin tidak mengizinkan Anyara berada didalam sana lebih lama.

Anyara tersentak mendengarnya. “G-Gak, gak mau Pa” tolaknya.

“Cepat keluar atau saya seret?!”

“Gak mau!”

Tanpa mendapat persetujuan dari Anyara, Udin langsung menarik tangan Anyara keluar dari mobil.

Anyara pun terjatuh dan kepalanya membentur batu besar disana. Ia meringis kesakitan dan memegangi kepalanya yang agak pusing.

Udin yang melihat itu sontak melihat sekitarnya. Tidak ada orang dan tidak ada mobil yang lewat, pikirnya. Ia pun kembali memasuki mobil dan tancap gas, ia membiarkan Anyara kesakitan disana. Tapi tanpa ia sadari, ada yang menyaksikannya sedari tadi. Yaitu Allah subhanahu wa ta'ala.

Anyara memandang kepergian mobil Udin. Belum terlalu jauh, ia mencoba mengejarnya. Setelah berhasil terkejar, ia pun mengetuk-ngetuk kaca mobil. “Papa! Bukain Pa! Aku mau masuk, jangan tinggalin aku disini! Aku takut Pa, aku mohon bukain Pa! PAPA!!” Anyara terus mengetuk kaca mobil itu.

Telinga Udin seakan tuli, ia menambah laju kecepatan mobilnya hingga Anyara tak dapat mengejarnya lagi.

“PAPA!! JANGAN TINGGALIN AKU PA!! JANGAN TINGGALIN AKU DISINI!!” teriak Anyara sekuat tenaga kala mobil Udin mulai mengecil di pandangannya.

Anyara tertinggal disana, sendiri.

Tubuh Anyara pun melorot lesu, ia meremas kain gamisnya kuat dengan berlinang air mata. “PAPA!! KENAPA PAPA TINGGALIN AKU DISINI??!!” teriak Anyara hingga suaranya serak.

Anyara menangis sejadi-jadinya disana.

Ia melihat sekitarnya, “Gue dimana?” tanyanya yang baru saja sadar. Tak ada mobil yang lalu-lalang pada umumnya, jalanan itu sangat sepi. Ia takut sendirian disana. Ia takut jika ada seseorang yang mencegat dan berniat buruk padanya.

Ia pun berdo'a untuk meminta perlindungan pada Allah SWT. “Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah, ya Allah ... Lindungilah hamba-Mu ini dimana pun hamba berada, dan jaga hamba-Mu dimana pun hamba berada. Dan hamba mohon, beri hamba-Mu ini petunjuk ya Allah.” Usai berdo'a, Anyara pun berjalan menyusuri jalan guna mencari permukiman disekitar. 

Anyara sudah berjalan puluhan kilo meter, namun ia belum juga menemukan permukiman. Ia memeluk tubuhnya sendiri kala angin malam menyapu kulitnya, sangat dingin sekali. Akhirnya ia mendapati sebuah ruko dipinggir jalan, ia pun mampir ke tempat itu untuk sekedar beristirahat. Ia pun duduk diteras ruko yang sudah tutup itu tanpa beralaskan apapun. Untuk menemani kesendiriannya, ia memainkan ponselnya. Ia tidak ingin tidur, ia takut jika terjadi sesuatu.

Di bukalah aplikasi Instagram-nya dan memencet tanda reel disana. Reel yang pertama kali muncul adalah video majelis sholawat. Baru pertama kalinya setelah postingan islami muncul diberanda Anyara. Telinganya mendengarkan lantunan hadroh, sedangkan matanya menatap sosok yang melantunkan lirik hadroh tersebut.

Rasa sedih Anyara pun hilang detik itu juga.

Matanya tak berkedip sama sekali tatkala menangkap sosok pemuda itu. “Maa syaa Allah  ... Gantengnya ...” ucapnya memuji secara tidak sadar. Di lihat dari wajahnya saja sudah terlihat jika pemuda itu seusia Anyara.

Anyara mulai kagum dengan ketampanannya, apalagi suara merdunya.

Ia pun tersadar atas apa yang ia lakukan barusan, “Astaghfirullah ... Jaga mata jaga hati Ra, yang lo lakuin barusan itu zina mata, zina telinga, zina hati sama yang bukan mahram, dosa Ra, sadar!” ucapnya menyadarkan dirinya. Ia pun menggelengkan kepala, menghilangkan bayangan pemuda itu dari benaknya.

•🌷•

Azan subuh sudah berkumandang sejak pukul 04.00 tadi. Langit masih nampak gelap, matahari juga belum muncul dari persembunyiannya. Jalan raya yang sepi saat malam itu kini sudah ramai kembali. Banyak aktivitas warga yang bertani di persawahan dekat jalan itu, pagi-pagi buta mereka sudah bertani disana. Tapi sang gadis yang ketiduran di ruko itu belum juga membuka matanya.

“Mbak, bangun Mbak! Udah pagi Mbak, bangun! Jangan tidur di ruko saya!” sang pemilik ruko itu membangunkan Anyara.

Anyara pun membuka mata kala merasa ada yang membangunkannya. Penglihatannya sedikit buram melihat orang di depannya. Ia pun mengucek mata guna melihatnya dengan jelas.

“Ngapain tidur di ruko saya Mbak?! Gak punya rumah?! Kalau numpang tidur jangan disini Mbak!”

Anyara langsung berdiri tegak, “Maaf Bu, saya ketiduran. Maaf sekali lagi, saya numpang tidur disini tanpa izin” ucapnya meminta maaf.

“Lain kali izin dulu Mbak! Ya udah sana pergi, Mbak cuma numpang kan?! Sana pergi! Saya mau buka ruko! Kalau Mbaknya disini nanti malah merusak pemandangan!!”

“Saya akan pergi Bu, tapi apa boleh saya tanya? Apa ada permukiman disekitar sini?” tanya Anyara.

“Saya ini suruh Mbaknya pergi, kenapa malah nanya saya?! Nanya orang lain sana!”

“Tapi kan cuma–”

“Saya bilang pergi, ya pergi!” usirnya.

Anyara mengangguk, “Saya juga mau pergi kok Bu, assalamu'alaikum.”

Bukannya menjawab salam, ibu itu malah mendumel tidak jelas tentang Anyara. Anyara tak menggubrisnya, tak juga memasukkannya dalam hati. Ia hanya menganggapnya angin lewat.

Anyara terus berjalan menyusuri jalanan. Ia tak tahu kearah mana ia pergi, tapi siapa tahu ia menemukan sebuah permukiman. Apalagi ia belum melaksanakan sholat subuh, jadi ia mempercepat jalannya agar segera menemukan masjid dipermukiman warga.

“Ya Allah ... Anyara pengen pulang, Anyara kangen Mama, bantu hamba-Mu ini ya Allah ... ” gumamnya penuh harap.

•🌷•

Seguir leyendo

También te gustarán

205 87 2
Nasib buruk tiba-tiba saja menimpa Arqi tatkala, ia ditinggal pergi oleh suaminya. Tak menyangka beberapa lama kemudian ia terkena fitnah dan harus...
4K 202 11
"kita dekat namun terasa sangat jauh"
1.4K 128 57
Hujan bilang padanya bahwa aku mencintainya dalam diam.
2.5K 264 42
"Angga, maaf... maaf karena terlalu jatuh dalam pesona mu. Padahal aku tau betul, disini kita benar benar tidak bisa bersama," monolog gadis itu di p...