Gadis dengan rambut yang di cat pirang sedang asik-asiknya menjilati ice cream ditangan. Sementara sang cees kentel terlihat kesal melihatnya.
"Bisa biasa aja kagak lu kalo jilat-jilat es krimnya? jijik gua liatnya, sumpah!"
Gadis berambut pirang itu, Mawar. Dengan mengedikan bahu, dia tidak peduli. "dih peduli bagong. yang penting mah doi suka,"
Eh?
Terdiam sejenak. Mencoba mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Mawar,
Mata Listi membola. "MAKSUD LU?!"
Dengan keras Mawar mengeplak mulutnya sendiri. Kadang mulutnya bisa se-ambigu otaknya.
"M-maksud gua tuh—"
Ucapannya terputus kala suara nyaring terdengar berasal dari handphonenya.
"Halo Win?"
Seketika atensi Listi langsung mengarah ketika nama sang pujaan hati disebut.
"Iya Wiwin lu tenang aja besok gua bawa. Pemerannya yang ada si darling seo joon kan?"
Sialan! ternyata itu Wiwin, anak kelas sebelah. Kirain kan Erwin. Tiba-tiba netranya mengarah ke sebelah kiri, dimana ada Deluna yang hendak pergi.
"DELUNA!"
Deluna menoleh, senyum terbit di wajah imut itu. "oy! kenapa?"
"Klarifikasinya dong, kok lu bisa-bisanye demen sama si Juki,"
Gadis berambut sebahu itu terlihat salah tingkah, dengan mengusap tengkuknya pelan Deluna menjawab, "emm ...disuruh klarifikasi gua bingung si kenapa bisa suka sama Juki. Soalnya gaada alesan juga."
"Tapi gua salut si Na sama lu. Lu berani ngomong depan orangnya. Lah gua? omongan gua kadang dianggap becandaan, padahal gua kan serius demen Erwin. Hadeh nasib-nasib,"
"Emang si Erwin mah banyak mau. Lu lari, dia diem. Lu nangis, dia senyum. Lu terluka, dia bahagia. Lu pergi, dia balik." ucap Deluna seraya berkacak pinggang.
Alis Listi mengerut seraya bergumam, "kayak lagunye Cakra Khan kalo didenger-denger,"
Ku berlari kau terdiam, ku menangis kau tersenyum, ku terluka kau bahagia, ku pergi kau kembali. sambung Listi dalam hati.
"Emm ...mulai nyanyi dalem ati. Saepul Jamil lu? Udah ah gua mau ke kamar mandi."
Deluna melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti. Sebetulnya dia juga bingung ketika ada orang yang menanyai nya 'kenapa Deluna suka Juki?' karna suka sama Juki ya diawali dengan rasa kagum yang menjalar jadi kemana-mana.
Saat tiba di kamar mandi, matanya enggak sengaja bersibobok dengan netra legam milik Nina. Melihat kedatangan Deluna, raut wajah Nina nampak terkejut. Tapi detik berikutnya dia berhasil mengubah rautnya agar terlihat tenang dan lugu.
"Hai Na." sapanya dengan langsung melenggang pergi.
"Belum juga gua jawab, maen pergi aja lu, dasar!" Deluna ngedumel sendiri.
Saat serius dengan kegiatan mencuci mukanya sambil bersenandung kecil, tiba-tiba...
"ALLAHUMA BARIKLANA FIIMA—WOY! KAGET!"
Dari arah berlakang muncul sesosok manusia berseragam sama dengannya. Tapi sosok itu kalo diliat-liat kok mirip dengan teman sekelasnya.
"Bintan?" tanya Deluna memastikan.
Bintan tersenyum tipis. Deluna salah fokus ke arah bibir gadis itu, bibir itu terlihat gemetar.
Dengan naluri seorang perempuan, Deluna menghampiri Bintan.
"Lu kenapa? sakit?" tanyanya dengan kedua tangan berada dibahu Bintan.
"Una..." sambil nangis, Bintan memeluk Deluna erat. Deluna mematung karna ini kali pertama dirinya berdekatan sedekat ini dengan Bintan.
Alis Deluna mengerut. Tunggu! ada yang gak beres, tadi sebelum Bintan keluar, ada juga Nina kan?
Deluna menepuk-nepuk punggung Bintan yang bergetar. "lu bilang sama gua, lu diapain Nina?"
Seketika tangis Bintan terhenti, dia bingung dengan pertanyaan Deluna.
"Nina? Nina gak ngapa-ngapain aku,"
"Gak usah bohong! gua tau Tan,"
Alis Bintan mengerut, terdengar masih sesegukan Bintan menjawab. "maksud kamu? aku nangis karna asam lambung aku kayaknya naik ke permukaan Na, jadinya sakit banget, gakuat. Jadinya aku nangis,"
Deluna melongo, antara percaya dan gak percaya.
"Una mau enggak nemenin aku ke kantin,"
Deluna menggelengkan kepala gak abis pikir, "emang agak lain sisi lu, ayo dah!"
Deluna berjalan beriringan dengan Bintan yang tampak sedang memegang perutnya.
Sampe kapan lu akan terus jadi pembohong kayak gini Tan? batin Deluna seraya memerhatikan Bintan dari samping.