Emerald Flocken

Por Ficheesezz

125 24 2

"Jadi kekuatan itu memang ada?" Hidup didunia yg bisa dibilang seperti mimpi ini, membuat ia bertanya-tany... Más

00 ~ Prolog
01 ~ New Friend
02 ~ Pengungkapan Buk Cahya
03 ~ something new
04 ~ Boys
06 ~ First Time
07 ~ They are too?

05 ~ Try

16 3 0
Por Ficheesezz

"Practice, is the right word to perfect our strength or ability. Don't complain, work harder"

✗✗✗✗✗

.

.

.

"Hallo, iya ma?" seorang gadis sedang berbicara dengan lawan bicaranya di telpon.

"Kamu baik-baik saja disana?" terdengar suara wanita di telpon itu.

"Yes, don't worry." jawab gadis itu.

"Jangan lupa makan yg cukup, banyak istirahat, kalau ada apa-apa, kamu bisa telpon mama!!"

"Oke, Mama jangan khawatir...aku bisa jaga diri kok. Aku sayang mama."

"Mama juga." wanita itu pun menutup sambungan telponnya.


✦✦✦


"Kana, ayo. Lo ngapain sih dari tadi, ada yg ketinggalan?" tanya Ochi pada Kana. Saat ini, Ochi, Kana, dan Faaza sedang berada di parkiran sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah. Pagi ini, ketiga gadis itu berangkat bersama-sama menggunakan mobil milik Ochi.

"Enggak kok, Cuma meriksa aja," jawab kana. Iapun terburu-buru membereskan tasnya dan segera menyusul kedua temannya yg sudah berjalan pergi. Hingga tak sadar salahsatu buku miliknya terjatuh.

      Masih di parkiran sekolah. Beberapa saat kemudian seorang siswa laki-laki datang dengan MobilSport nya. Jangan ditanya!!! Baik para murid ataupun guru di sekolah ini memang memiliki kehidupan yg Berada, namun tak sedikit juga yg berasal dari kalangan biasa. gaya mereka kebanyakan pada hedon, jangankan mempunyai ponsel yg mahal, membawa benda yg bernilai milyaran saja sudah jadi pemandangan yg biasa bagi mereka, sudah seperti di novel-novel remaja yg temanya anak-anak orang kaya saja ya?...lanjut, saat laki itu keluar dari mobil dan hendak berjalan, ia melihat sebuah buku ukuran A5 yg di sampul atau dicover dengan rapi tergeletak di bawah. Iapun langsung mengambil buku itu dan memeriksa nama pemilik buku itu, barangkali ia bisa mengembalikan bukunya.

"Kana ya...dia cewe yg di kantin waktu itu kan..." batin laki-laki bersurai hitam dengan mata coklatnya yg tajam itu.

.

.

.

"HAI GAISS, GUTEN MORGEN, OCHI YG CANTIK SUDAH DATANG." teriak Ochi saat memasuki kelasnya. Hal itu membuat teman-temannya menoleh kearahnya. Beruntung kelas masih sepi.

"BERISIK WOYY, BISA BIASA AJA NGAK SIH!?!" sentak Layza yg malah membalas teriakan Ochi.

"Eleh, nyuruh orang biasa aja, tapi sendirinya aja teriak-teriak." sindir Ochi. Layzapun hanya memutar matanya.

"GUYSS...sini dulu, ada yg harus kita bicarakan." panggil Leyvana sedang duduk di samping Mayra pada teman-temannya, ia baru saja membicarakan sesuatu bersama Mayra. Faaza, Kana, Ochi, dan Layza pun segera bergabung bersama Leyvana dan Mayra.

"Ada apa?" tanya Faaza.

"Jadi gini, kan kita pernah ngomongin soal 'cobain' kekuatan kita, sebelumnyakan kita belum pernah tuh. Gimana kalau...nanti sepulang sekolah kita 'cobain' atau kata lainnya Latih kekuatan kita. Mayra sudah dapat referensi tempatnya." jelas Leyvana.

"Hmm...boleh sih," ucap Faaza.

"Ngikut aja sih, Gimana menurut Eiv? Ehh...Eiv mana? Tanya Kana. Mereka baru menyadari Eiv belum bergabung bersama mereka. Dan ternyata gadis yg dicari itu sedang asyik mendengarkan musik menggunakan earphone di tempat duduknya.

"EIV," panggil Mayra. Namun masih tidak di dengar.

"HOII EIV." teriak Layza, ia melempar sebuah pena. Pena itu melesat kearah Eiv. Tapi, saat pena itu hendak mengenai kepalanya, Eiv dengan sigap menangkap pena itu. Iapun langsung menoleh kepada teman-temannya.

"NGAPAIN LEMPAR-LEMPAR PENA KE GW?!?" sentak Eiv dengan nada marah. Matanya yg tajam mengkilat melirik kearah teman-temannya itu

"Lo di panggil ngak nyaut-nyaut sih," ujar Layza.

"Sini ada yg mau kita bahas!!" lanjutnya.

"Bahas apaan?" tanya Eiv. Iapun bergabung bersama teman-temannya.

"Huft...jadi gimana menurut lo kalau nanti sepulang sekolah kita coba atau latih kekuatan kita, mayra sudah dapat tempatnya. Nanti kita kesitu," ucap Leyvana menjelaskan ulang.

"Ya...boleh juga." timpal Eiv.

"Oke nanti kita kesana!! Ochi nanti gw nebeng sama lo ya? Tadi gw bareng kakak gw kesekolah, jadi dia yg pegang kunci mobilnya. Males gw mau minta-minta." jelas Mayra.

"Iya...EHH, kalian sudah ngerjain PR dari pak Carlos belum?" tanya Ochi.

"Eh iya, Kana lupa sudah kerjain atau belum, coba Kana liat dulu, kayaknya sih udah" ujar Kana, ia baru teringat akan PR itu. Segera ia mencari bukunya, namun buku itu tidak ada di tasnya.

"K-kok ngak ada ya." Kana gelagapan mencari bukunya.

"Ngak ada apanya Kana?" tanya Faaza heran.

"Buku PR Kana. Tadi perasaan ada kok." ujar Kana. Ia masih sibuk grasak-grusuk dengan tasnya itu. Kana ingat betul ia pasti membawa buku itu kesekolah. Dan tadi sewaktu ia cek di parkiran sekolah, buku itu masih ada.

"Coba ingat-ingat, mungkin--"

"Permisi, ada Kana disini?" terdengar suara laki-laki dari arah pintu. Kana yg merasa terpanggil segera menoleh kearah laki-laki berseragam sekolah itu.

"I-iya kak, ada apa ya?" tanya Kana. Laki-laki itu pun segera menghampiri Kana.

"Buku ini punya lo kan?" tanyanya seraya menyodorkan sebuah buku. Kana yg melihat buku yg ia cari-cari pun. Tersenyum lebar. Ia langsung mengambil bukunya dari tangan laki-laki itu.

"WAHH, iya kak, ini buku Kana, dari tadi Kana nyariin. Huhu, untung ketemu." ucap Kana. Iapun memeluk-meluk buku yg dicarinya itu. Reaksinya yg seperti anak-anak itu membuat laki-laki dihadapannya ini gemas.

"Tadi gw nemuin di tempat parkiran. Makanya, lain kali jangan sembrono!!" ujar laki-laki bersurai hitam itu.

"Iya kak. Makasih banyak ya kak...emm"

"Nama gw Hansel. Dan sama-sama," ucap murid laki-laki yg bernama Hansel sambil mengacak-ngacak puncak kepala Kana. Sontak hal itu membuat kana membeku, wajahnya memerah, entah kenapa seperti ada kupu-kupu beterbangan di perutnya. Baru kali ini ia pertama kali bertemu lelaki tetapi merasa perasaan yg aneh. Dan Hansel pun segera berjalan keluar dari kelas itu.

"Anjir, sweet bener, gw juga mau di gituin bang" batin Ochi, ia meleleh melihat tindakan Hansel pada Kana tadi.

"ACIEE...Kana, siapa tuh cowok? So sweet nya." Ujar Layza menggoda.

"Ng-ngak tau, Kana aja b-baru kenal, a-apaan sih Layza." ucap Kana menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. ia sedikit kesal, bisa-bisanya cowok itu membuat Kana memerah padahal baru pertama kali bertemu.

"Ochi, cowok tadi, temannya kak Liam bukan sih?" tanya Leyvana pada Ochi.

"Iya." jawab Ochi.


✦✦✦


      Sebuah hutan pinus yg terletak di pinggir kota, disitulah tempat Leyvana dan teman-temannya berada sekarang. Mereka berdiri disebuah spot yg cukup lapang ditengah hutan itu.

"So, darimana kita mulai?" tanya Faaza mulai berbicara. Jujur saja mereka semua masih bingung bagaimana harus memulai 'tes' kekuatan ini.

"....." semua masih diam memikirkan apa yg harus dilakukan.

"Gw rasa..." tiba-tiba Eiv memunculkan dua belatinya dalam sekejap. Kemarin ia memang mengambil dua belati. Tidan mungkin ia hanya mengambil satu saat benda itu harus digunakan sebagai senjata.

"YA...dari situlah kita mulai," ujar Ochi. Ia lalu mengeluarkan tongkatnya. Dan yang lain pun ikut melakukannya. Sekarang, mereka semua sudah memegang senjata utama masing-masing.

"Oke, sekarang, mari kita fokuskan kekuatan kita, seperti yg buk Cahya katakan." titah Leyvana pada teman-temannya. Mereka semuapun melakukan hal itu. Dan secara ajaib sinar cahaya mengalir ke senjata mereka. Cahaya yg mengalir di senjata itu pun memiliki warna masing-masing, seperti milik Leyvana, senjatanya itu mengeluarkan cahaya berwarna Hijau dengan sangat jelas.

"Sangat keren," ujar Layza.

"Sekarang...bagaimana cara kita meng-" secara tak sengaja Kana mengayunkan tongkatnya yg membuat tongkat itu menembakkan sebuah cahaya ke arah sebuah pohon dan memberi jejak sebuah lubang cekung yg cukup dalam. Teman-temannya yg melihat itu seketika langsung terkejut.

"Wow...hebat Kana...akan gw coba." Ochi pun mengayunkan tongkat sihirnya. Berbeda dengan Kana, yg cahaya nya berefek menghancurkan. Cahaya yg di tembakan dari tongkat miliknya itu memberi efek seperti kobaran api kecil namun kobaran itu berwarna-warni kepada objek yg di tembakan.

"Sepertinya hal ini mulai menyenangkan," seru Faaza.

"Ya, ayo kita mulai. Anggap saja ini seperti permainan Battle Royal." timpal Eiv. Mereka pun mulai berpencar.

      Saat ini Leyvana sedang bersembunyi di balik sebuah pohon. Ia berjaga-jaga, memantau-mantau sekitar. Namun, sampai sekarang ia belum tau kekuatan apa yg ada di senjatanya ini. Tiba tiba, sebuah peluru melesat tepat di samping Leyvana, hampir mengenai dirinya. Perluru itu menembus sebuah pohon kecil di belakang Leyvana dan seketika daun-daun di pohon itu menjadi layu dan berguguran dan batang pohonnya menjadi kering, dan juga terdapat percikan api di bekas peluru itu.

"Halo teman." terdengar suara Layza yg muncul dari balik salahsatu pohon dengan ekspresi tersenyum menantang.

"Sudah dibilang peraturan latihannya jangan mengenai siapapun. Dan peluru lo itu hampir mengenai gw." ujar Leyvana.

"Kalo ngak gitu, lo bakal sembunyi terus, gimana mau latihan jika ngak ada yg nantangin, hm?" ucap Layza tersenyum miring.

"DUARRR" tanpa babibu, leyvana menembakan satu peluru kebelakang. Peluru itu mengeluarkan Efek seperti api hitam dan mengenai pohon yg ada di belakang Layza.

"Kalau begitu ayo mulai!!" ucap Leyvana membalas evil smirk Layza.

.

.

.

"SRINGG"

"Ayolah Kana, serang lebih yg lebih kuat lagi!!" saat ini Ochi dan Kana saling menyerang kekuatan tongkat sihir mereka masing masing. Tentunya tidak saling mengenai. Mereka saat ini sedang belajar menghindari serangan masing-masing.

"Justru Ochi yg harusnya lebih kuat lagi, lihat, Kana sudah meremukan batang pohon di belakang Ochi itu. Sedangkan Ochi hanya menggosongkan pohon dibelakang Kana ini," ujar Kana.

"Gw lebih suka menggosongkan nya sedikit daripada menghancurkan pohon tidak bersalah itu, lagian yg gosong cuma permukaan ya doang," ejek Ochi pada Kana. Seperti mereka bermusuhan saja.

.

.

.

"Belum mencoba pedang itu Faaza?" tanya Eiv yg sekarang sedang berhadapan dengan Faaza.

"Belum, bagaimana kalau lo lawan gw sekarang!!" tantang Faaza.

"Dengan senang hati"

"SRINGG, TANG" suara dari belati dan pedang yg sedang beradu memenuhi atfosfer. Entah kenapa mereka menjadi seperti benar-benar bermusuhan. Padahal ini hanya latihan kekuatan.

Saat sedang 'bertarung' sebuah anak panah bersinar melesat diantara mereka berdua secara tiba-tiba. Sontak Eiv dan Faaza menoleh ke asal anak panah itu muncul. Dan benar saja, dari kejauhan Mayra lah yg menembakan anak panah itu.

"Boleh gw join?" tanya nya. Eiv dan Faaza saling menoleh lalu mengangguk. Mereka lalu berlari kearah Mayra. Mayra yg melihat itupun mulai menembakan runtutan anak panah namun hal itu dengan mudah di tangkis dan dihindari oleh mereka berdua. karena tingginya kecepatan laju anak panah milik Mayra membuat belati milik Eiv terhempas kebelakang dan secara tak sengaja belati itu menusuk seekor rusa yg tiba-tiba lewat. Tentu hal itu membuat mereka bertiga terkejut.

"Oh no," Eiv langsung mendekati rusa itu. Namun, ternyata rusa itu telah mati.

"Apa rusa itu masih hidup?" tanya Faaza. Ia dan Mayra segera menghampiri Eiv.

"Ngak dia sudah mati." jawab Eiv.

"Ini aneh, padahal pisau punya lo itu termasuk kecil, tapi kenapa rusa ini sampai mati?" ujar Mayra.

"Entahlah" Eiv pun mencabut belatinya dari tubuh rusa itu.

"Tunggu apa itu?" tanya Mayra saat ia melihat sebuah cairan berwarna ungu mengalir dari belati mikil Eiv.

"Apa?" tanya Eiv heran. Ia lalu melihat ke belatinya.

"Apa ini RACUN?" tanya Mayra lagi. Ia secara tiba-tiba merebut benda itu.

"Hmm, mungkin...itu mungkin seperti racun atau sihir mematikan lo yg tak terbatas di senjata itu, mungkin juga karna itu lah rusa ini mati dalam sekejap," jelas Faaza pada Eiv.

"Racun? Sihir? Mematikan?"

.

.

.

      Setelah menyelesaikan latihan yg rumit itu. Leyvana dan teman-temannya itu berkumpul ke tempat awal. Mereka berbaring di rumput-rumput karena merasa kelelahan, kecuali Kana, ia sibuk mengumpulkan bunga-bunga liar dan merangkai sebuah bandana. Saat ini waktu sudah hampir malam.

"Jadi, kekuatan itu memang ada, ya?" tanya Leyvana pada teman-temannya. Nafas nya masih memburu karna kelelahan. Mata nya menatap kearah langit senja

"Entahlah, gw juga ngak tau apa istimewanya pedang gw, tapi saat melawan Eiv dan Mayra tadi...ada sesuatu yg ngak bisa di jelaskan." ucap Faaza.

"Ya, lo dan Eiv, pintar memainkan senjata kalian dan pintar juga menghindari serangan." timpal Mayra.

"Lo juga pintar mainin panah lo. Padahal sebelumnya lo ngak pernah pengang panah atau senjata lainnya." ujar Faaza. Dan Mayra juga baru menyadari akan hal itu.

"kita semua begitu, belum pernah pengang senjata apapun, tiba-tiba aja pandai. Tapi gw ngak yakin sih. Ini kayaknya bukan kekuatan tapi ini skill." ucap Eiv

"Ngak, menurut gw itu ngak beda. Gw yakin ini kekuatan sekaligus skill kita. Memang kekuatan ngak hanya tentang sihir-sihiran atau apa. Kekuatan kan bisa berupa pandai ngak kita memainkan senjata seperti faaza bilang tadi bukan Cuma soal hal-hal diluar nalar aja kaya kekuatan gw ini. kita tadi lihat sendiri cahaya itu dan tongkat gw sama Kana." jelas Ochi.

"Mungkin Ochi benar" batin Layza yg hanya mendengarkan teman-temannya berbicara sedari tadi.

"Yasudah, ayo kita pulang. Hari sudah mau malam." Ujar Leyvana bangkit lalu berjalan lebih dulu dari teman-temannya.

.

.

.

"Jadi benar dugaan gw. Kalian punya sesuatu...yg istimewa."

Seorang laki-laki misterius yg ternyata memperhatikan ketujuh gadis itu sedari tadi dari balik sebuah pohon. Seutas senyum misterius terukir dan ia segera beranjak pergi dari tempat itu.


~ ~ ~ Bersambung ~ ~ ~


Bantu support cerita ini guys. Vote dan Comment...

See You and Enjoy^^

Seguir leyendo

También te gustarán

73.9K 7.8K 16
Bagaimana jika seorang gadis pekerja keras meninggal saat ia tertidur, hal itu terjadi karena kebakaran di rumahnya akibat kosleting listrik dan buka...
194K 19.3K 30
Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat ya...
224K 1.1K 9
nina and papa (21+)
1.3M 126K 47
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...