Yours

By Elsarst

739K 66.5K 6.1K

[PLAGIATHOR HARAM MAMPIR, TQ] (Sequel The Most Wanted Boy Vs Bad Girl) Cover by: HajidahNasia Hidup Lalisa ya... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
bagian 26
bagian 27
DIBUKUKAN !!!
Bagian 28
bagian 29
bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
EMANG MASIH NUNGGU?

BAGIAN 36

549 68 55
By Elsarst

Pagi harinya, di Sekolah.

Niko dan Lalisa yang baru saja sampai parkiran itu langsung berpapasan dengan Chika dan Dimas yang juga baru turun dari motor.

Chika tersenyum, meledek Lalisa. "Widih, widih, gue liat liat ada yang baru jadian nih, ekhem."

Lalisa sewot, ia menghiraukan ledekan sahabatnya, kemudian turun dari motor dibarengi oleh Niko.

"Diem deh lo."

Dimas dan Chika terkekeh bersama.

"Udah sayang biarin aja, disini sok-sokan cuek, padahal kalo lagi berduaan—

Dimas menjeda ucapannya sambil menahan senyum yang penuh makna, membuat Chika langsung Connect sehingga ia membalasnya dengan pukulan manja pada dada Dimas. "Sssttt—cukup pura pura gatau aja, hehe.."

Lalisa yang mengerti tujuan otak mereka berdua pun langsung menyentil dahi keduanya,

"Heh!"

Membuat Chika dan Dimas terdiam dan mengulum bibir bawahnya.

"Sekali lagi lo berpikiran kaya gitu, gue sentil bibir lo!" ancam Lalisa lalu melenggang pergi bersama Niko.

Mata Chika mengikuti punggung Niko dan Lalisa sebelum akhirnya kembali menghadap ke Dimas. "Masih aja galak tuh orang," bibirnya mengerucut.

Dimas yang gemas, segera mencubit kedua pipi pacarnya itu. "Udah biarin aja, yuk ke kelas!" kemudian mereka berdua pun pergi menyusul Niko juga Lalisa.

~•~•~

Sangat membosankan, bagi Lalisa.

Sambil memainkan pulpennya tanpa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan papan tulis, Lalisa tanpa sadar menghela nafas berat membuat cowok di sebelah yang tengah mencatat itu menoleh.


Lalisa menggerutu sendiri, "Kenapa sih hidup gue harus penuh kejutan kaya gini? ketemu cowok gak jelas, tiba-tiba nikah, tiba-tiba gue harus hidup terpisah sama orangtua gue. Huft...,"

Niko yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas lalu fokus mencatat lagi. ia tidak ingin menanggapi gerutuan Lalisa.

Lalisa menoleh pada Niko, menatap wajahnya dari samping. Gadis itu akui jika Niko sangat berkarimatik bahkan saat sedang diam. Namun, hatinya tetap keukeuh jika ia tidak akan bisa mencintai cowok itu, terlebih Niko sudah punya pacar.

Lalisa tiba-tiba teringat, "ah, pacar!" Niko menoleh dengan dahi berkerut.

"Lu kenapa si Lalisa? daritadi ngomong sendiri." akhirnya Niko buka suara.

Lalisa melirik ke depan papan tulis untuk memastikan gurunya tidak memperhatikan mereka berdua. sebelum akhirnya kembali menoleh ke Niko, dan berbisik. "Pacar lo gimana? Udah sadar dari komanya?"

Niko makin bingung, alisnya terangkat. "Kenapa tiba-tiba nanya itu?"

Lalisa mendengus, "Heh! dengerin gue ya Niko, gue tuh gak bisa lama lama terikat pernikahan kaya gini. Pokoknya secepatnya kita harus selesai! gue pengen hidup gue kembali normal lagi." bisiknya.

Niko menghela nafas sembari membuang muka alias tidak menatap Lalisa lagi, ia berkata. "Udahlah Lis, jalanin dulu aja. Hidup lu tetep normal kok, ini cuma masalah status doang. Lu mau punya pacar juga silahkan." kemudian Niko kembali menulis, ia sedang malas membahas masalah pernikahannya dengan Lalisa.

Lalisa yang jengkel diam-diam ingin melempari pulpen ke muka Niko, tapi sayang itu semua tertahan, alhasil Lalisa hanya bisa mendengus sebal lalu menghadap lagi ke depan.

"Okei, awas ya lo ikut nimbrung ke dalam masalah percintaan gue!"

Niko hanya diam, tidak menjawabnya lagi.

Hingga beberapa jam kemudian, Bell istirahat berbunyi membuat semua murid yang berada di dalam kelas berhamburan keluar. Termasuk, Lalisa, Nina, dan Chika.

Mereka bertiga menuju kantin sambil berbincang-bincang.

"Gimana? jadinya mau hari apa ke puncak?" tanya Chika excited, sambil menoleh ke Nina dan Lalisa.

"Gue ngikut aja deh." jawab Nina.

Lalisa yang dari awal tidak setuju Triple date itu memutar bola matanya malas. "Bisa gak sih kita aja bertiga ke puncak, jangan sama cowok cowoknya ah..." Lalisa melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Sontak, Chika pun terkekeh dan merangkul Lalisa. ia menyenggol pelan Lalisa, dengan bermaksud ingin menggodanya. "Gimana sih pasangan baru ini! Ayolah, kapan lagi kan kita triple date. Pokoknya gue gak mau tau lo sama Niko harus ikut!" perintah Chika memaksa.

"Kalo gak...." Chika kembali melanjutkan. "Gue gak mau temenan sama lo lagi, wlee!" Ancam Chika sembari menjulurkan lidahnya, membuat Lalisa pasrah dan menghela nafas panjang.

"Fine." Hanya itu yang terlontar dari mulut Lalisa, pasrah.

"Nah gitu dong, ini baru sahabat sahabat gue." Chika full senyum lalu merangkul kedua sahabatnya dan jalan cepat menuju kantin.

~•~•~

Di tempat berbeda, ketiga cowok itu, Niko, Revan, dan Dimas sedang duduk di lapangan basket dengan sudah memakai jerseynya. Mereka habis latihan.

Keringat mengalir deras dari wajah ketiga cowok tersebut. Dimas yang baru selesai menenggak minumnya sampai sisa setengah, langsung menoleh ke arah Revan dan Niko sambil berdiri. "Bro sorry, gua ijin duluan ya."

"Mau kemana?" tanya Revan.

"Gua lupa duitnya Chika ada di gua, kasian nanti dia jajan gimana. Jadi mau anterin duitnya dulu ni ke kantin, sekalian mau ganti baju." jelas Dimas.

Revan hanya mengangguk, begitu juga Niko. "Yauda gua pamit dulu ya, lu berdua yang akur ya." Dimas meledek keduanya sebelum akhirnya melenggang pergi.

Suasana mendadak sepi, Niko yang sedang mengikat sepatu dan Revan yang terdiam memikirkan sesuatu. Cowok itu, mencoba menoleh ke Niko sebelum ia benar-benar membuka percakapan.

"Gua mau tanya sesuatu,"

Niko mendadak berhenti mengikat sepatu, tapi belum menoleh, ia menunggu omongan Revan selanjutnya.

"Lu sama Lalis nikah karena terpaksa kan?"

Niko masih diam. matanya menatap jalanan, namun tatapan itu sudah berubah menjadi tajam. ya, jika bukan karena kelalaian Revan di club saat itu, mungkin Niko dan Lalisa tidak akan menikah.

"Maksud gua, kalian gak saling suka."

Niko memiringkan senyumannya, lalu menoleh ke Revan dengan tatapan yang tajam. "Bukan urusan lu." ucapnya angkuh.

"Gua udah tau semuanya dari Lalisa. Kalo kalian nikah karena kesalahpahaman, ya gua juga ikut salah dalam masalah ini,"

Revan menunduk, menyesali perbuatannya. "Andai gua gak ninggalin dia di club, mungkin gak bakalan kaya gini. Gua tau lu orang baik, lu bisa jaga Lalisa, jadi gak mungkin lu apa apain dia saat malam itu."

Niko berdecih, "Terus sekarang masalahnya apa?" tanya Niko, ia tidak mau basa basi dengan Revan.

Revan mengangkat kepalanya, dengan tatapan meyakinkan lalu menepuk pundak Niko. "Gua minta tolong sama lu, tolong jangan sentuh Lalisa sedikit pun, walaupun lu resmi jadi suaminya. Gua tau Lalisa terpaksa, dia selalu telepon gua diem diem buat nangis menyesali hidupnya yang harus nikah di usia muda,"

Revan meminta, "Gua harap kalian berdua bisa pisah baik-baik dan cepat. Gua gak mau liat Lalisa menderita karena ini."

Niko tersenyum devil lagi sambil menurunkan telapak tangan Revan dari pundaknya. "Bro lu tenang aja, Lalisa ada di tangan yang tepat. Justru gua lebih gak tenang kalo dia sama orang yang disukainnya."

Revan mengernyitkan alisnya. "Maksud lu?"

"Udahlah gak usah dibahas. Gua gak akan nyakitin Lalisa kok, gua akan bikin dia merasa aman, bahkan jauh lebih aman ketika sama gua dibanding sama orang yang dia sukain." Niko tersenyum sambil membalas tepukan pundak Revan, kemudian ia berdiri dan pergi.

Revan hanya diam melihat punggung cowok itu perlahan menjauh, diam diam ia mencerna perkataan Niko.

~•~•~

Lalisa rebahan di sofa ruang tamu dengan sudah memakai kaos polos yang tipis dan celana pendek. ia merasa kegerahan setelah pulang sekolah, makannya sudah mandi dan berpakaian seperti itu.

"Ahh, enak bangett sii pulang sekolah mandi," Lalisa terus merenggangkan badannya yang pegal, padahal di sekolah hidupnya cuma numpang bengong.

Krukkk.

Lalisa refleks memegang perutnya yang bunyi. "Oh iya belum makan, laper hufttt," gadis itu mengerucutkan bibirnya, mengingat betapa menyedikannya dia karena jauh dari orangtua.

"Mana gak ada apa apa lagi di rumah," gerutu Lalisa, kemudian ia bangun dan mencari Niko. "Niko mana sih? dia kok gak laperan ya kaya gue?"

Gadis itu naik ke lantai atas sambil meneriaki, "Niko, Niko,"

Tok Tok Tok.

Lalisa menggedor pintu Niko, tapi tidak ada sahutan. Otomatis Lalisa langsung membuka pintu yang ternyata tidak di kunci, ia mengedarkan pandangan ke kamar Niko sembari jalan menuju kasurnya.

Lalisa terduduk lemas ketika mengetahui Niko tidak ada di Rumah. "Bisa bisanya dia ninggalin gue dalam keadaan laper huhuhu...,"

Lalisa rebahan di kasur Niko, niatnya hanya sebentar, namun dirinya ketiduran. Hingga beberapa menit kemudian, dirinya merasa terganggu karena suara suara, sontak gadis itu mulai membuka matanya secara perlahan.

Lalisa masih setengah sadar, sampai akhirnya suara orang yang dicarinya terdengar. "Lu nyariin gua?"

Lalisa melirik suara itu, dan benar saja Niko sedang menyiapkan nasi dan lauk ke piring yang dibelinya. "Lo abis cari makan ya?" tanya Lalisa seraya membetulkan posisi menjadi duduk dan bersandar pada kop kasur.

Niko mengangguk namun tetap pada aktivitasnya. Lalisa berubah ekspresi jadi sedih. "Kok lu gak ajak gue sih? gue kan juga laper. disini yang punya perut bukan cuma lu, tau gitu gue gak mau pisah rumah sama nyokap!" cerocosnya.

Niko tidak menggubris, kemudian ia membawa dua piring dan duduk di samping Lalisa.

"Nih," Niko menyodorkan ke Lalisa. "Sori, tadi gua langsung beli makan pas lu lagi mandi. gua beli dua kok buat lu, gua gak tega makan sendiri sedangkan cewe bawel yang gak bisa apa apa ini kelaperan." ledeknya.

Lalisa berdecak sebal seraya mengambil piring berisikan nasi dan lauk. "Gue bukannya gak bisa apa-apa, cuma males aja nyiapin makan untuk orang yang gak gue suka." ceplos Lalisa.

Niko hanya menggeleng sambil tersenyum pecut. "Iya deh," mengalah. "Buruan makan." titahnya.

Lalisa mengangguk, dan mereka berdua sama sama makan.

"Oh iya, tadi gua papasan sama musuh lu tuh di depan rumah." kata Niko memberitahu.

"Siapa?" Lalisa masih sibuk makan.

"Cleo."

Uhukkk.

Lalisa tersedak mendengar namanya, sontak Niko langsung menuangkan air yang ditaruh di meja samping kasurnya dan memberinya pada Lalisa. "Biasa aja kali Lalis."

Lalisa dengan cepat meneguk air pemberian Niko, sembari di usap usap punggungnya oleh Niko. Setelah selesai, Niko kembali menaruh gelas di meja.

"Kok bisa sih? terus terus dia bilang apa? lo gak bilang kita serumah kan?!" Lalisa panik.

Niko menggeleng. "Ya, ternyata dia rumahnya deket sini juga. Gua gak bilang sih kita serumah, gua bilangnya tinggal disini sendiri, terus abis itu gua tinggal deh masuk." jawab Niko santai, bahkan masih bisa memasuki satu sendok nasi ke dalam mulutnya.

Sementara Lalisa, dia malah semakin melongo. Kemudian gadis itu tepuk jidat, "HADUH GAWAT!"

Lalisa panik terlihat dari raut wajahnya, "Gimana kalo dia tau kita serumah? bisa bisa dia cepu ke satu sekolah, terus dia bikin berita yang nggak nggak! Pokoknya gue gak mau tinggal disini!"

Niko menghembuskan nafasnya, ia mencoba menenangkan Lalisa. "Tenang dulu, abisin makannya." Lalisa menggeleng.

"Gak mau! Malam ini pokoknya gue mau ke rumah Mama, gue gak mau tinggal disini, apalagi tetanggaan sama Cleo."

"Lalis, dengerin gua!" Niko memegang kedua bahu Lalisa cukup erat, sehingga gadis itu menatap bola mata Niko yang meyakinkan. "Gua pastiin ini bakalan aman, oke. Lu jangan heboh kaya gini dong, lagian juga kan kita jarang keluar rumah."

Lalisa menyendukan raut wajahnya dan suaranya. "Nanti kalo kita ketauan dia gimana? lo tau kan seberapa piciknya dia, arghh.."

"Kita kan punya alasan pacaran, ya bilang aja lu main kesini bukan tinggal disini," Niko mengangkat alisnya, meyakinkan gadis itu. "Okei?"

Lalisa menghela nafas berat, "Okei." jawabnya pasrah.

Niko tersenyum kecil mendengar jawaban Lalisa yang sedikit nurut. "Yauda lanjut makan lagi gih." Niko menepuk pundak Lalisa sebelum melanjutkan makannya kembali.

Segitu dulu yaww...

Continue Reading

You'll Also Like

521K 56.7K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 221K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
485K 53.1K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...