Transmigrasi Vira [END]

Av punyasehunchanyeol

2.4M 186K 6.8K

Hi guys. Ini cerita kedua saya^^ (Buat kalian yang gasuka Red flag,kalian bisa langsung tinggalin lapak ini y... Mer

Prolog
Transmigrasi Vira || 1
Transmigrasi Vira || 2
Transmigrasi Vira || 3
Transmigrasi Vira || 4
Transmigrasi Vira || 5
Transmigrasi Vira || 6
Transmigrasi Vira || 7
Transmigrasi Vira || 8
Transmigrasi Vira || 9
Transmigrasi Vira || 10
Transmigrasi Vira || 11
Transmigrasi Vira || 12
Transmigrasi Vira || 13
Transmigrasi Vira || 14
Transmigrasi Vira || 15
Transmigrasi Vira || 16
Transmigrasi Vira || 17
Transmigrasi Vira || 18
Transmigrasi Vira|| 19
Transmigrasi Vira || 20
Transmigrasi Vira || 21
Transmigrasi Vira || 22
Transmigrasi Vira || 23
Transmigrasi Vira || 24
Transmigrasi Vira || 25
Transmigrasi Vira || 26
Transmigrasi Vira || 27
Transmigrasi Vira || 28
Transmigrasi Vira || 29
Transmigrasi Vira || 30
Transmigrasi Vira || 31
Transmigrasi Vira|| 32
Transmigrasi Vira || 33
Transmigrasi Vira || 34
Transmigrasi Vira || 35
Transmigrasi Vira || 36
Transmigrasi Vira || 37
Transmigrasi Vira || 38
Transmigrasi Vira || 39
Transmigrasi Vira || 40
Transmigrasi Vira || 41
Transmigrasi Vira || 42
Transmigrasi Vira || 43
Transmigrasi Vira || 44
Transmigrasi Vira || 45
Transmigrasi Vira || 46
Transmigrasi Vira || 47
Transmigrasi Vira || 48
Transmigrasi Vira || 49
Transmigrasi Vira || 50
Transmigrasi Vira || 51
Transmigrasi Vira || 52
Transmigrasi Vira || 53
Transmigrasi Vira || 54
Transmigrasi Vira || 55
Transmigrasi Vira || 56
Transmigrasi Vira || 57
Transmigrasi Vira || 58
Transmigrasi Vira || 59
Transmigrasi Vira || 60
Transmigrasi Vira || 61
Transmigrasi Vira || 62
Transmigrasi Vira || 63
Transmigrasi Vira || 64
Transmigrasi Vira || 66
Transmigrasi Vira || 67
Transmigrasi Vira || 68
Transmigrasi Vira || 69
||EXTRA CHAPTER||
PLAGIAT!?

Transmigrasi Vira || 65

15.8K 1.2K 67
Av punyasehunchanyeol

Happy reading

"Bang Elang?"Nara menatap pria didepannya dengan pandangan kosong.

Nara bingung bagaimana cara mengekspresikan perasaannya sekarang.Rasa senang,sedih,kecewa, bercampur menjadi satu.

"N-nara,abang bisa jelasin semua ini."Elang mengepalkan tangannya,mengapa mereka harus bertemu disaat ia seperti ini?Apakah takdir tengah mempermainkannya?

Nara tertawa hambar."Ah,seharusnya dari dulu aku sadar,kalo bang Elang udah kerja sama Rion,itu berarti pekerjaannya juga kayak gini.Iya,kan?"

"Maaf."satu kata yang dilontarkan oleh Elang membuat Nara tak dapat lagi menahan air matanya.

"Kenapa?Kenapa abang pura-pura mati,hah!?Abang sengaja buat aku jadi orang gila!?"sentak Nara dengan air mata yang mengalir deras.

"Bukan gitu,tolong dengerin penjelasan ku,please."Elang menatap Nara sendu,hatinya berdenyut nyeri mendengar ucapan Nara tadi.

Nara mengatur napasnya perlahan,mau bagaimana pun ia tidak boleh bersikap kekanak-kanakan.Nara yakin,Elang pasti mempunyai alasan tersendiri.

"Abang ngerti,gak sih?Gimana rasanya waktu itu aku tau,kalo bang Elang udah gak ada? Rasanya,"Nara menunduk, mencengkram erat dadanya yang terasa ngilu.

"Maaf.Maafiin Abang,"lirih Elang dengan mata yang berkaca-kaca,jujur saja baru kali ini ia melihat Vira seperti ini didepannya.Dan itu berhasil membuatnya merasa sangat bersalah,ya,dirinya memang harus disalahkan.

"Gak mau peluk,gitu?"tanya Nara dengan suara serak.

Elang tertegun,bagaimana bisa ia memeluk adik kecilnya dalam kondisi baju yang penuh darah?
Nara yang menyadari pikiran Elang pun tanpa basa-basi langsung memeluk tubuh kakaknya itu erat.Menumpahkan air mata penuh kerinduan yang selama ini ia pendam sendiri.Nara tak perduli dengan kondisi baju Elang yang penuh darah,walau ia sedikit terganggu dengan bau anyir yang menusuk indera penciumannya.

Perlahan tangan kekar Elang membalas pelukan Nara dengan tak kalah erat.Nara tersenyum kecil,saat merasa ada sesuatu yang membuat bahunya menjadi basah.

"Ayo,abang jelasin di tempat lain."ajak Elang.

Nara mengangguk dan melirik kulit-kulit manusia itu sekilas,ini benar-benar mengerikan!Meskipun ia dulu sering melihat film bergenre psikopat,bukan berarti ia tidak akan takut jika melihat yang asli dengan mata kepalanya sendiri.

*****

Saat ini Elang dan Nara sudah berada di sebuah ruangan yang berada di lantai empat.Sepertinya ini kamar Elang,pikir Nara.Elang juga sudah mengganti pakaiannya.

"Apa alasan bang Elang hilang waktu itu?"tanya Nara.

"Waktu itu,musuh Rion nyerang markas kita besar-besaran.Dan yang pasti,Abang gak sempat buat hubungi kamu.Terus waktu itu Abang juga kena beberapa tembakan,dan kondisi Abang bener-bener lemah."jelas Elang.

"Tembak?Abang kena tembak!?"

Elang mengangguk,lalu menyingkap kaosnya.Nara bisa melihat 3 luka tembakan di bagian bahu, perut,dan juga lengan.

"Ah,apa sekarang masih sakit?"

"Enggak kok.Udah gak sakit lagi."Elang tersenyum tipis.

"Terus,kenapa bang Elang memalsukan kematian?"tanya Nara.

Elang menghembuskan napasnya."Kelemahan Abang dan Rion itu sama,yaitu kamu.Abang tau waktu itu kamu benar-benar ingin bertemu sama abang,tapi karena kondisi abang yang penuh luka,terus juga keadaan markas yang belum stabil.Jadinya Abang milih buat memalsukan kematian Abang.Ya,Abang tau ini memang konyol.Tapi,abang gak mau kamu jadi incaran musuh.Dan,abang juga gak mau kamu ngeliat abang dalam kondisi terluka.Ah,tapi sekarang malah ketemu dalam kondisi kayak gini."Elang tersenyum pahit,entah Nara akan memahami nya atau tidak,Elang tetap akan berusaha.

Nara terdiam,otaknya sedikit sulit mencerna kata-kata Elang yang sedikit membingungkan."Jadi kesimpulannya itu,Abang lakuin itu karena gak mau aku jadi incaran musuh,sekaligus gak mau aku liat Abang terluka?Gitu?"

"Iya.Wah,adek abang udah besar ya sekarang."goda Elang mengacak surai Nara pelan.

"Ish,apaan sih bang!"Nara mengerucutkan bibirnya kesal.

Elang memeluk tubuh Nara gemas,mengecup pipi dan kening Nara bertubi-tubi.Hal itu membuat Nara tertawa geli.

BRAK

Atensi keduanya teralih pada pintu yang didobrak kencang,tampak Rion,ah atau lebih tepatnya Arzo yang menatap Nara marah.

"Elang,apa ini?"tanya Arzo dengan suara rendah.

Elang berdiri,lalu membungkuk hormat.
"Saya akan memberi penjelasan,tuan."

"Bawa dia ke kamar."titah Arzo pada bawahannya.

"Gue mau disini!"seru Nara meronta-ronta.

"Nara,lebih baik kamu ke kamar dulu."tegur Elang membuat Nara berhenti memberontak.

Pada saat ia melewati Arzo,Nara menatap Arzo dengan sinis.Tak lupa tatapan julid ia lontarkan,agar semakin lengkap pula rasa ketidaksenangan nya.

Setelah kepergian Nara,Arzo mengepalkan tangannya.Netranya menghunus Elang dengan tajam.

"Jelaskan."tekan Arzo.

"Jadi.."Elang mulai menjelaskan semua kejadian secara detail,tanpa melewatkan apapun.

"Kau pasti melihat ekspresinya tadi,bukan? Bagaimana jika dia membenciku?"racau Arzo.

"Tuan,tenanglah.Saya yakin,dia tidak akan meninggalkan anda."ucap Elang tanpa tersirat keraguan.

"Bagaimana bisa kau se yakin itu,huh?"

"Jika memang dia berniat pergi dari sini,saya sendiri yang akan menahan,dan membujuknya agar tidak keluar.Saya berjanji akan hal itu."Elang menatap Arzo dengan penuh keyakinan.

Arzo menyeringai."Aku percaya padamu."

"Terimakasih atas kepercayaan yang anda berikan,tuan."

*****

"Nara,"panggil Arzo.

Nara tak menggubris,ia tetap fokus pada ponsel yang ia pegang.Di acuhkan adalah sikap yang tak Arzo sukai,tentu saja hal itu menjadi pemicu munculnya amarah dalam dirinya.

"Nara,"tekan Arzo.

Nara tetap diam,namun siapa sangka jika didalam hatinya,gadis itu sudah mengeluarkan semua hewan-hewan dari kebun binatang.

Arzo menggeram,dengan cepat ia merenggut lalu melempar ponsel itu ke lantai.Nara terpekik,lalu menatap Arzo tajam.

"Apa-apaan sih Lo!?"sentak Nara.

"Salah sendiri cuekin aku."cetus Arzo dengan gamblang.

"Ya ampun!Lo pikir di ponsel itu gak ada yang penting apa!?"

"Apa?Apanya yang penting?Kamu nyembunyiin sesuatu?"Arzo menatap Nara penuh selidik.

Nara abai,ia lebih memilih untuk menghampiri ponselnya yang terlempar jauh.Nara menatap sendu layar ponsel yang sudah retak tak karuan.

"Ck,aku tadi nanya,Nara!"seru Arzo merampas ponsel itu dari genggaman Nara.

"Udah paling bener gue dulu gak ikut.Ah,dasar Nara bego."gumam Nara.

"Jadi kamu nyesel,huh!?"tanya Arzo menatap Nara tajam.

"Pake nanya lagi Lo."ketus Nara.

Arzo tertawa kencang."Percuma juga kamu menyesal,sekarang kamu udah gak bisa keluar,gimana dong?"

"Bacot Lo."Nara mendorong tubuh Arzo menjauh,kakinya melangkah menuju pintu kamar.

"Seharusnya kamu bisa lebih menahan ucapan kotor kamu,nanti aku silet,kamu juga yang marah-marah."Arzo bersandar ke dinding,menatap Nara yang berusaha membuka pintu kamar yang ia kunci.

"Bukain sialan!Brengsek Lo anjing!"umpat Nara yang sudah mulai muak.

Arzo mendatarkan ekspresi wajahnya,ia tetap tak bergeming dari tempatnya.Arzo merogoh sebuah kunci di sakunya,setelah itu melempar kunci tersebut ke arah Nara.

Nara yang melihat itupun dengan cepat mengambil,dan membuka pintu kamar Arzo.Berlari dengan sekuat tenaga meninggalkan kamar Arzo.

"Mari kita lihat,sejauh mana kau bisa lari,gadis kecil?"monolog Arzo.

*****

Nara menggedor pintu berwarna cokelat didepannya,sekarang ia berada didepan kamar Elang.Nara berencana untuk membawa Elang pergi bersamanya,jika Elang tidak mau,maka Nara akan memaksa.

Ceklek

"Nara,kena-"ucapan Elang terpotong saat Nara menarik tangannya dan membawa nya untuk berlari.

"Hei!Tenang dulu!"seru Elang menghentikan langkahnya,otomatis langkah Nara juga ikut terhenti.

"Kita gak ada waktu.Ayo pergi dari sini!"ujar Nara dengan napas yang tak beraturan.

Mengingat janjinya pada Rion dan Arzo membuat Elang menghembuskan napas kasar."Lebih baik kamu di sini aja.Sama Abang juga."

Nara menatap Elang tak percaya."Bang!?Otak Abang kayaknya udah kena hasut sama Rion,ya!?"

"Nara,ini demi kebaikan bersama."

"Kebaikan apa?Jadi Abang tega liat Nara di siksa terus sama si Rion!?"

"When did I torture you,darling?"sahut Arzo dari arah belakang.

Elang membungkuk hormat.Nara menatap Arzo dan Elang secara bergantian.
"Bang,ayo pergi dari sini!Orang ini udah stres!"ajak Nara sembari menunjuk ke arah Arzo.

"Nara,jaga ucapan kamu."tegur Elang.

"Bang Elang mihak dia?"Nara menatap Elang dengan sendu,rasanya Nara merasa kehilangan Elang untuk yang kedua kalinya.Namun bukan soal raga,melainkan sikap.

Elang tetap diam.Arzo merotasikan bola matanya."Kemari lah,"ucap Arzo.

"Nara,"tegur Elang mengkode Nara agar ikut bersama Arzo.

Nara menggeleng pelan,kepalanya menunduk dalam.Rasa kebahagiaan karena Elang tidak meninggalkannya seketika lenyap.Kini rasa kecewa menyelimuti hatinya.

Elang mengalihkan pandangannya,dirinya juga tidak ingin melihat Nara seperti ini.Tetapi,mau tak mau Nara harus tetap bersama Arzo maupun Rion.Dan yang harus kalian ingat,Elang melakukan ini karena sebuah alasan tertentu.Karena jika Elang tidak melakukan alasan tersebut,bisa saja nyawanya,Nara,atau orang-orang disekitarnya bisa melayang dalam sekejap mata.

"Jika tuan mengizinkan,saya ingin berbicara empat mata dengan adik saya."pinta Elang.

"Baik,10 menit cukup,bukan?"tanya Arzo.

"Tentu."







HELLO EVERYONE
MAKASIH KARENA UDAH DUKUNG AKU SAMPAI SEJAUH INI༼⁠;⁠´⁠༎ຶ⁠ ⁠۝ ⁠༎ຶ⁠༽
JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND KOMEN!!!!
YOK BISA YOK 100K VOTE~⁠(⁠つ⁠ˆ⁠Д⁠ˆ⁠)⁠つ⁠。⁠☆
CUKUP SAMPAI DISINI YA

~see you~

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

3.9K 525 19
ini hanya cerita fiksi !!
Bintang Av Fhateiliya

Science Fiction

506K 44.8K 24
(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam malam.
332K 25.8K 23
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...
Daddy Av ulan

Science Fiction

319K 27.9K 22
bagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke rag...