ERLANGGA | END

By pawssieshc

3.4M 103K 1.1K

FOLLOW DULU BARU SECROL ! Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo... More

01. Pertemuan Pertama
02. Pulang Bareng
03. Daren Alpheus Zorion
04. Bohong?
05. Keributan
06. From Someone
07. Wedding
08. Awal yang Baru
09. Nonton Bareng
10. Satu Atap
11. Masuk Tim
12. 5 Menit Cukup?
13. Peliharaan Baru
14. Ungkapan
15. Turnamen
16. Kepergok!
17. Omah Sarah
18. Pindah
19. Perasaan
20. Jebakan
21. Milik Sepenuhnya!
22. Kepergian
23. Sendiri
24. Hari Berikutnya
25. Menang or Kalah?
26. Berita Buruk
27. Siapa Salah
28. Kembali
29. Belum Membaik
30. Muak
31. Rumah Sakit
32. Terpaksa
34. Kenyataan
35. Berduka
36. Pemakaman
37. Tiba Saatnya
38. Kesedihan
39. Ujian
40. Pisah Rumah
41. Cek up
42. Study Tour
43. Truth or Dare
44. Pantai
45. Papa Muda
46. Aku Kamu Nih?
47. Bersama Mereka
48. Pulang
49. Bukti
50. Takut Kehilangan
51. Gak Terima?
52. Pengakuan
53. Kelulusan
54. Marah
55. Anin Birthday's
56. Rese
57. Sate Ayam
58. Kebohongan
59. Yang Katanya Rumah
60. Insiden
61. Akhir dari Kisah
62. Bucin
63. Dubai
64. Welcome baby! [END]
ANNOUNCEMENT
OPEN PO!!
CERITA BARU

33. Masih peduli?

43K 1.2K 4
By pawssieshc

Keesokan harinya. Waktu terus berjalan seperti biasa, mapel pagi ini di kelas XI IPS 2 yaitu olahraga, semua siswa berada di lapangan memakai seragam olahraga. Tapi bukan pak Hanif yang mengajar, melainkan perwakilan anak laki-laki dari kelas XII IPA 1, tentu ini menjadi suatu kegembiraan bagi Lexa bertemu Mahen, tapi tidak dengan Anin, bertemu dengan Erlan baginya adalah hal terburuk, mereka hanya bisa saling diam dan saling pandang tanpa mengeluarkan suara.

"Ekhem!" Devan memecah keheningan. "Btw sekarang kita pemanasan aja dulu yagesya biar gak keseleo."

Semuanya membentuk posisi empat baris kebelakang kemudian melakukan pemanasan sesuai yang di arahkan Devan. Devan jadi pembimbing olahraga sekarang.

"WOI OPET! Tangannya di angkat! Ngapa lo diem diem bae." teriak Faldo tepat di dekat Agnes membuatnya terlonjak.

"Sabar gue mah sabar, karna orang sabar jodohnya banyak." Agnes mengusap dadanya.

"Huh! Satu, dua, tiga----," sementara yang lain mengatur napas sambil berhitung.

Belum apa apa tapi keringat sudah bercucuran, Anin mengusap peluh keringat yang membasahi pelipisnya, dan itu semua tak jauh dari pandangan Erlan, merasa kasihan melihat Anin yang panas panasa.

"Nin, lo nggak papa, kan?" di sela sela pemanasannya Lexa menghawatirkan sahabatnya.

"Gue nggak papa Sa, santai aja," jawab Anin.

Dan Lexa mengangguk. "Kalo gak kuat bilang aja sama gue, biar gue temenin lo ke UKS."

Anin mengacungkan jempolnya, berharap semua akan baik baik saja. Anin akan berusaha keras agar tubuhnya tidak tumbang supaya tidak merepotkan orang lain.

Sepuluh menit berlalu, Devan memberi intruksi pada semua siswa untuk membentuk lingkaran, dan Devan menjadi berada di tengah tengah mereka.

"Lo semua udah tau kan sekarang kita praktek main Voli?" semuanya mengangguk semangat.

"Oke, sekarang kalian bagi 2 tim ya! Cewek cowok, campur!" mereka berpencar mencari anggota masing masing, 1 anggota terdiri dari 6 orang dan pemain 4 cadangan.

Tau kan definisi orang pilih pilih? Disaat Lexa dan Agnes sudah dipilih sama yang lain Anin cuma bisa diam, karena tidak ada yang milih, kemungkinan Anin cuma jadi pemain cadangan.

Sambil berjalan ke sisi lapangan Anin menarik napas lalu menghembuskannya pelan. "Nggak papa Nin nggak papa, jadi pemain cadangan gak ada salahnya, kok!"

Menguatkan diri sendiri, itulah yang di lakukan perempuan itu. karena kalo tidak ada yang ngajak yaudah, toh Anin juga tidak minta untuk di pilih.

Setelah cukup orang Devan membuka suara. "Kali ini wasit kalian akan saya serahkan kepada bapack Mahen, terhormat!"

Mahen sudah siap di tengah tengah net, kemudian melempar bola voli ke udara, dan bola terjatuh ke sisi kiri, pertanda tim sebelah kiri melempar lebih dulu.

Di sisi lapamgan Anin hanya bisa menyaksiakn teman sekelasnya bermain dengan sportif tanpa dirinya, lagipun kalo main voli yang ada Anin malah membuat rugi orang lain, karena Anin paling takut sama bola.

"Gimana kemaren? Lo udah baikan?" Daren ikut duduk di sebelah Anin.

Anin menoleh singkat. "Seperti yang lo liat sekarang, gue udah baik-baik aja, lo sendiri gimana? Luka di wajah lo udah kering kan?"

"Hm, lumayan. Berkat lo muka gue jadi ganteng lagi," ucap Daren terkekeh.

"Pede amat." balas Anin.

"Jelaslah! Gue kan cowok, mana ada cowok cantik."

"Iya sih, gak salah lagi." Anin mengangkat bahunya acuh, semenjak percakapan waktu itu Anin merasa canggung sama Daren.

"Hari minggu ini lo ada waktu gak? Kalo ada boleh kali kita ngopi ngopi di cafe, udah lama juga kan gak kumpul," ucap Daren.

"Kita? Siapa aja?"

"Alumni SMP lah, mereka ngadain pertemuan di coffe shop, sekalian ngerayain ultah gue yang ke 20 tahun."

Anin melongo. "Hah? Ultah lo yang ke 20 tahun? Gak salah lo? Tua amat!"

"Buset dah dibilang tua, ya meskipun umur gue tua tapi muka gue tetep baby face kan Nin?"

Anin menahan tawanya. "Gila lo Ren haha, badan segede gaban gini mana ada muka lo baby face! Yang ada muka lo kek om om yang suka nyari janda!"

"Yaudah lah terserah lo." Daren milih mengalah. "Jadi lo bisa ikut gak?"

Anin terdiam sesaat. "Em--- bwolehhh deh, nanti gue datang! Gratis kan?"

"Tenang aja semua gratis! Lo boleh ambil apa aja."

"Oke."

Jarak yang tak lumayan jauh, Erlan melihat Daren bersama Anin sudah beda pandangan. Sekarang Daren menjadi musuhnya, dia terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya, kelihatan kalo Daren itu bakal merebut Anin darinya.

Tiba tiba saja Anin merasa perutnya sakit, kayaknya mag-nya kambuh lagi. "Ren, tolong bilangin ke temen lo ya! Gue mau izin ke UKS."

"Lo kenapa? Sakit?"

"Ah enggak! Gue cuma pusing dikit doang kok." Anin bohong, beranjak dari duduknya.

"Oh yaudah, kalo ada apa apa bilang sama gue." Anin mengangguk.

Anin melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan.

"ANIN AWAS!" teriak Lexa.

Dugh!

Bola voli yang melayang meleset mengenai kepala antara belakang telinga kanan perempuan itu, hantaman terasa sangat keras sampai telinganya merasa berdengung, Anin sangat ceroboh! Dia tidak mengetahui kalo ada bola voli yang menuju ke arahnya.

"Awshhh shit!" Anin menahan rasa sakit yang menjalar.

"Anin sumpah gue gak sengaja Nin." Lexa mendekati Anin dan memint maaf. "Kita ke rumah sakit ya?"

Anin menggeleng pelan. "Hah? Gak usah Sa! Nggak papa."

"Nggak papa gimana? Lo keliatan kesakitan gini, udah ya mending ke rumah sakit aja! Gue takut lo kenapa napa!"

Permainan mendadak berhenti, Mahen, Devan, Faldo, Daren, juga Erlan menghampiri Anin yang terkena cedera.

"Nin! Lo gakpapa?" terpancar kekhawatiran di mata Erlan.

"Gak usah sok peduli lo!" cetus Anin menepis lengan yang berada di pundaknya.

"Biar gue yang bawa lo ke rumah sakit ya?" pinta Erlan.

"Gak! Gue gak mau sama lo Ashhh!" tolak Anin, semakin merasa nyeri.

"Udah! Mending gue aja yang bawa dia ke rumah sakit!" ucap Daren cepat.

°°°°


Kelima pria itu setia menunggu Anin di depan ruangan pemeriksaan, dokter tidak mengizinkan mereka masuk, meskipun lukanya tidak seberapa, tapi ini semua demi kesterilan ruangan.

Erlan berdiri bersandar pada dinding dengan tangan yang dilipat didada, untung saja dia masih bisa mengontrol emosinya di depan Anin, walaupun sebenarnya ingin ngajak gelut Daren yang sok jadi pahlawan kesiangan.

"Lo gak pegel apa Lan berdiri disitu?" ucap Faldo. "Samping si Daren masih kosong tuh!"

Erlan melirik ke samping Daren sekilas lalu membuang muka, keduanya keliatan saling menahan amarah.

Mahen yang paham akan raut muka Erlan dan Daren yang berbeda pun cuma bisa diam, semuanya pasti gak jauh dari masalah kemarin.

Di dalam ruangan Dokter baru saja selesai memeriksa Anin. "Jangan dulu banyak gerak ya, takutnya punggung leher kamu sakit lagi."

Anin mengangguk. "Iya dok, tapi ini gak lama lagi sembuh kan?"

"Buat sembuh bisa aja kalo kamu nya mau istirahat yang cukup." peringat Dokter Nay.

"Tubuh kamu kalo saya perhatiin kayanya banyak banget barcode, kamu baik baik aja kan?"

Barcode yang di maksud dokter Nay pasti lebam lebam yang ada pada tubuhnya, memang akhir akhir ini Anin banyak mengalami masalah sama tubuhnya sendiri. Di wajah, lengan, perut kaki, tapi sayangnya banyak yang belum ngeh sama keadaannya sekarang.

"Iya dok, tapi ini gak seberapa sih, saya masih bisa tahan sakitnya," jawab Anin.

"Saya suka nih sama pasien yang gak ngeluh kaya kamu ini, apapun kondisinya kamu tetep keliatan semangat banget!" kagumnya.

"Bisa aja sih dok." Anin terkekeh.

"Wait!" Dokter Nay menyentuh perut Anin dan menusuknya pelan dengan jari, "HEH! KAMU LAGI HAMIL YA?"

Skakmat! Malah teriak.

"Dok! Jangan teriak teriak! Nanti yang lain pada denger!" tegur Anin khawatir kalo sampe kedengeran sampai keluar.

"Upsh, swory." Dokter Nay menutup mulutnya. "Memangnya mereka gak tau kalo kamu hamil?"

Anin menggeleng. "Saya mohon rahasiain ini ya? Plisss! Jangan sampe mereka tau! Apalagi cowok yang mukanya sangar itu."

"Weh weh, kenapa gitu? Seharusnya di kasih tau dong, siapa tau kan jadi kabar gembira membahana!"

"Ish! Yang jelas saya gak mau kalo sampe ada yang tau dok!" kesalnya, "Tolong dokter jangan bilang siapa siapa ya?"

"Hm-----, yaudah deh, saya bakal tutup mulut! Tapi ini gak gratis."

"Lah?"

Dokter Nay berbisik ke telinganya. "Beliin saya PC nya Mark ya?"

Anin memutar bola matanya malas. "Iya iya, nanti saya beliin dok! Saya juga sekalian mau beli PC nya Jaemin nih."

"Wuih! Good good! Kalo gitu kita tukeran nomor WA dulu gak sih?"

"Boleh boleh." Anin mengeluarkan handphonenya. "Habis ini palingan jadi penonton story."

Pintu ruangan terbuka, kelima pria itu masuk ke dalam membuat Anin dan Dokter Nay langsung menormalkan raut wajahnya seolah mereka tidak ada hubungan dekat kayak bestie.

"Gimana dok? Cewek gue perlu di rawat gak?" tanya Erlan menekan kata bagian cewek gue, melirik Daren.

"Oh itu, tidak perlu mas, sekarang juga sudah boleh pulang," balas Dokter Nay tak lupa dengan nada formal.

"Oh ini yang mukanya sangar itu, ganteng juga." Dokter Nay membatin.

Erlan mengangguk ngangguk. "Ada luka yang serius?"

"Tidak ada juga mas, semuanya normal normal saja."

Sementara Anin menatap jengah suaminya sendiri. "Sok perhatian banget lo!"

Faldo melirik Anin dan Erlan secara bergantian, "Bau bau nya bakal ada perang dunia terakhir nih."

"Udah yakin gue mah pasti masalahnya di bawa ke pengadilan agama," sahut Devan menambahi.

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 123K 63
[ Perjodohan-Fiksi Remaja-Romantis ] Alaska Regan Alexander. Seorang laki-laki tampan yang memiliki wajah datar dan sifat dingin, harus menerima keny...
3.1M 262K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.1M 148K 48
OPEN PO 18 JULI-8 AGUSTUS TERBIT DI PENERBIT RDIAMOND PUBLISHER Yoo baca cerita kedua aku. Yang suka cowo Childish monggoh di baca siapa tau suka... ...
AKSARA By 🦋

Teen Fiction

7.1M 363K 75
BAPER GAK TANGGUNG JAWAB!!! ================================ ⚠️ Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca. Aku saranin baca cerita ini sebel...