ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

51

5.2K 425 43
By parkchim_chim2

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸





















Perapian hangat yang menyuguhkan pemandangan pegunungan dengan udara sejuk, sangat cocok dinikmati dengan nyala api yang membara menghangatkan tubuh.

Disana duduk seorang wanita cantik dengan pakaian hangatnya tampak asik mengukir kuku terawat nya dengan sebotol anggur di meja tentu sudah diteguk sebagian ah rumah pinggiran kota memang yang terbaik

" Apa yang sedang kau lakukan? "

Wanita cantik itu menoleh kala melihat sosok lainnya ikut bergabung wanita yang tampak sudah berumur

" Tidak ada hanya sedang memanjakan kuku tangan ku, ah bagaimana merah terlihat menarik bukan? " tanya wanita cantik itu

Wiranti mengangguk tak peduli melirik sekilas pada pewarna kuku yang di tunjuk oleh zaneta.

Sebentar ia pandangi wajah wanita cantik namun busuk hati itu lalu menggeleng entah apa hubungan mereka apakah masih sebagai menantu dan ibu mertua? rasanya tidak karena zanneta telah di ceraikan Andhika secara sah.

Entahlah saling memanfaatkan satu sama lain mengingat mereka punya tujuan yang sama mungkin simbiosis mutualisme adalah kalimat yang tepat

" Apa itu? " tunjuk Ranti pada sesuatu yang menarik perhatiannya

Pouch dengan gambar karakter lucu, rasanya tidak asing ia kerap rasanya melihat benda itu akhir-akhir ini.

.
.
.

Zanneta melirik dengan malas

" Entahlah " jawaban mengangkat bahunya acuh

" Yang jelas itu sesuatu yang penting bagi si anak jalang itu "

Abigael..

Satu nama yang terlintas di benak Wiranti anak lucu yang punya senyum gummy yang menggemaskan

Itu yang diingat Wiranti tentang anak itu, sangat aneh..

" Hg? kau mencuri nya? " tuding Ranti

" Mama pikir aku akan repot-repot mengotori tangan ku guna menyentuh barang sampah itu? tentu tidak..Supirmu yang melakukan nya ma" jawab Zane dengan senyum miring nya

" Atas perintah mu? untuk apa itu hanya pouch bodoh tidak berguna " tanya Wiranti heran

" Ya, eyy itu berguna mama kau tidak bisa melihatnya? "

Dengan menahan jengkel zanneta menyentuh benda itu memasang wajah meringis jijik seolah tengah memegang sampah

Srakkk

Wiranti mengerutkan keningnya melihat isi pouch tersebut, cukup banyak tapi ia tahu isinya sekarang

Obat.

" Lihat? ini semua penting isi nya penunjang hidup anak manis itu, bagaimana? Mama tertarik? "

Wiranti mengerjap pelan melihat obat-obatan yang tidak bisa bilang sedikit ada yang kaplet di dalam botol dan juga benda berbentuk seperti semprotan ia tahu apa itu

Inhaler...

Wiranti tahu anak itu punya asma, lalu obat dengan berbagai warna dan ukuran itu obat apa kiranya, apa anak itu mengkonsumsi obat sebanyak itu setiap saat?
sakit apa sebenarnya anak ini hingga harus mendapat obat sebanyak itu untuk menunjang hidupnya?

Parahkah sakitnya? anak manis, lucu yang terlihat sehat polos dan tanpa beban itu

Anak itu sakit?

.
.

" Ma! "

Suara zanneta membuat Wiranti tersentak sadar dari lamunannya

" Ada apa? mama terlihat terkejut tidak tau tentang ini? " tanya Zane

Wiranti terdiam sibuk mengamati benda di atas meja tangannya bergerak meraih satu botol berisi pil yang terasa sudah ringan lantaran hampir habis di konsumsi seperti nya

" Ini..? " gumamnya

" Bukankah seseorang mendapatkan obat ini untuk penyakit serius? kanker? " tanya Wiranti ia tidak asing dengan label yang tertera pada tabung obat tersebut, ayahnya dulu meninggal karena kanker pula.

" Kau tidak tau Mama? wow kurasa kau terlalu mendalami peran sebagai nenek tidak berguna Mama, cucu mu sedang sekarat pun kau tak tau ck! "

Zanneta tertawa meledak mantan ibu mertuanya itu.

" Kau sebaiknya berkaca kau jauh lebih buruk Zane, ibu macam apa dirimu?! " Wiranti mendengus dingin menatap penuh sinis pada zanneta yang acuh saja.

" Dan apa tadi? siapa yang sekarat? katakan dengan jelas" tuntut Wiranti

" Kenapa kau sangat tertarik ma, ada yang salah kau tidak benar-benar menyayangi anak itu kan? "

" Katakan saja apa yang terjadi padanya kenapa dia harus memakai obat-obatan ini" ucap Ranti

" Hhhh apa yang bisa aku katakan, well dia sekarat mah esteocarcoma
kanker tulang bagaimana? terdengar bagus kan "

Wiranti mematung ada gelayar aneh ia rasakan mengapa terasa sakit mendengar anak manis itu harus menderita penyakit mematikan seperti itu,

Kanker tulang...

" Ada apa? Mama tidak berubah pikiran kan? mama tetap memihak ku kan atau mama telah jatuh pada pesona anak sialan itu?! " cerca Zane sedikit cemas melihat perubahan wajah si mantan mertua yang sama picik nya dengan dirinya

" Apa yang kau katakan, jatuh pada pesona anak idiot itu? huh yang benar saja... " Ranti mendecih singkat

" Ya siapa tau,. lagipula dia terlihat mengemaskan dengan wajah polosnya itu jika bukan anak si jalang itu mungkin aku pun akan menyukai anak itu tapi sayang sekali dia terlahir dari wanita yang salah... ahh tidak harusnya anak itu tidak perlu lahir karena dia hanya akan menderita, anak manis yang malang. "

Zanneta berucap seraya meremas kepalan tangannya sendiri.

" Jadi kau membiarkan anak itu karena penyakitnya? " tanya Wiranti

" Yahh anak itu bukan halangan terbesar tanpa ku sentuh pun maut akan senantiasa di dekatnya, anak itu tidak akan berumur panjang mah lalu apa yang bisa kita lakukan pada tubuh mungil dan lemah itu?
membiarkan nya mati perlahan karena penyakit itu.. terdengar seru kan melihat anak-anak Wishnutama menangisi anak sialan itu "

Wiranti terdiam mendengar ucapan zanneta terdengar mengerikan seolah wanita ini tidak lagi memiliki hati atau memang telah lama kehilangan hatinya bagaimana ia tidak punya nurani sedikit pun.

" Anak itu.. Ia tidak seharusnya ada.. Harusnya dia ikut mati bersama Riani hari itu.. Dia tampak manis sama sekali tidak bersalah, kesalahannya hanya satu terlahir dari wanita rendahan karena telah terlahir sebagai bungsu Wishnutama... Dia tidak seharusnya ada.. "

Krakk!

Takkk !

Tangan berjemari lentik yang telah di poles cat kuku merah terlihat cantik melempar semua isi pouch itu kedalam kobaran api yang menyala terang terpancar jelas sampai di pandangan kosong zanneta mulutnya mungkin bergumam penuh dendam namun tiada emosi pada iris kelam nya yang tampak kosong tanpa rasa

Terlihat mengerikan...

Wiranti hanya diam menyaksikan perasaannya bertambah aneh menyaksikan apa yang di perbuat zanneta pada obat-obat itu sekejap mata benda-benda berubah menjadi lelehan bersatu menjadi abu mengeluarkan kepulan asap yang kurang nyaman di hirup hidungnya dada nya menyesak entah kenapa rasa sakit dan kecewa memenuhi relung hati wanita yang tidak bisa dikatakan muda lagi itu.
Maka dari itu ia memilih melenggang meninggalkan sang mantan menantu meneruskan kegilaannya sejenak ia berbalik memandangi punggung wanita cantik itu dengan tatapan yang sulit di artikan

Wanita gila, obsesi berhasil membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya.

.
.
.
.
.

Tiba di kamar mewah nan megah Wiranti hanya terdiam tatapan kosongnya mengarah pada jendela besar yang menyuguhkan pemandangan malam yang tampak gulita di luar sana

Drtttttrt

Getaran pada ponsel pintarnya mengalihkan atensi tanda sebuah pesan telah masuk
wajah datar nya tampak berkerut gelisah usai membaca pesan tersebut

Abigael masuk rumah sakit..

Itu adalah isi pesan yang mampu merusak ketenangan Wiranti, baru saja di ceritakan kini ia malah secara kebetulan mendapatkan kabar berita dari sosok yang berhasil menganggu pikiran nya malam ini, gelayar aneh memenuhi hatinya mengapa khawatir dan takut mendominasi perasaannya

Ada apa ini? ia tidak benar-benar menyayangi anak itu kan.

Seketika bayangan zanneta membakar obat-obatan anak itu terlintas di pikiran nya, apakah karena itu anak itu sampai dilarikan ke rumah sakit?
apa karena kehilangan penunjang hidupnya itu ia sampai harus di rawat?
Bagaimana keadaannya? apakah dia baik-baik saja?

Wiranti tidak munafik beberapa Minggu dekat dengan cucu kecilnya itu meninggalkan banyak momen manis yang mampu menghangatkan hatinya kala mengingat nya

Ia tidak pernah menyangka jikalau di tubuh kecil itu bersarang penyakit mematikan seperti itu

Kanker...

Ya Tuhan, Wiranti tidak pernah menyangka ia tahu bahwa anak bungsu putranya itu tidak se-sehat anak remaja lainnya bahwa anak itu berbeda dan ia menyebut nya idiot

Ia tahu anak itu punya asma namun hanya sebatas itu, kanker tulang? malang sekali...

Lalu ingatan nya memutar di hari-hari dimana ia menghabiskan waktu dengan anak itu bagaimana anak itu bisa tiba-tiba lemas tidak bertenaga, bisa tiba-tiba sesak nafas bahkan kehilangan kemampuan untuk bergerak meskipun sebentar ranti pernah melihatnya ketika anak itu tiba-tiba mimisan pernah melihat bagaimana anak manis kesulitan bernafas bagaimana mencoba menghirup udara dari inhaler dengan rakus

Wiranti pernah melihat itu semua, namun tiada sekalipun ia bertanya apa yang terjadi
Ia bahkan mengacuhkan anak itu

Ia pernah melihat bagaimana ketika sakit itu menyerang anak itu masih bisa tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, kenapa ia baru sadar anak itu ternyata kuat sekali

Pintar sekali menyembunyikan kesakitan nya di balik senyum gummy nya yang manis memikat hati.

" Hhhh malang sekali, tapi memang benar harusnya kau tidak terlahir abigael... "

Bibirnya terkekeh terdengar sumbang di keheningan malam, namun tidak kristal bening itu justru meluruh sempurna dari balik kelopak mata yang kendur termakan usia

Lalu, bukankah mata tidak akan pernah berbohong...?

.
.
.
.
.
.

Sementara itu di ruangan berbau obat-obatan seorang yang damai dalam lelap nya, mulai membuka matanya.

Netra cantik yang kerap berbinar memancarkan kepolosan kini perlahan terbuka mengerjap menyesuaikan dengan pencahayaan

Samar, pandangan kabur tak jelas suara dari mesin EKG adalah yang pertama menyambut pendengaran nya
netra cantik nya terus mengerjap perlahan, sakit..
seluruh badannya terasa sakit, ngilu kebas terutama bagian dada semua terasa sangat sakit tak nyaman sama sekali mengundang air mata mengalir

Sakitnya tak bisa ia jelaskan mulut nya berusaha berucap bukan kata yang keluar justru ringisan tidak nyaman yang keluar dari bilah bibir pucat nya

" Hiks... hhgg~" lenguh nya serak

" Astaga, adek?! " Abigael menoleh samar ia bisa mendengar seruan seorang

" Hei? sakit hm.." Sehan berbisik lembut di telinga sang adik

Usapan lembut ia rasakan pada sudut matanya begitu pula dengan tangannya yang di genggam menyalurkan hangat, ia hafal aroma parfume milik Mas nya ada Sehan dan juga Abrian disini

Sehan menatap sendu wajah pucat adik kesayangannya, hampir dua hari tak sadarkan diri akhirnya si kecil kembali membuka matanya

Pasca collapse nya waktu itu kondisi sang adik kembali menurun.
setelah menjalani perawatan intensif akhirnya abigael kembali sadar, Sehan senang sekali adik kecil kesayangannya kembali lagi

" Terimakasih, terimakasih adek nya mas udah bangun ~ " bisik Sehan lembut

Chuu

Ciuman hangat ia daratkan pada kening mulus si adik yang terasa dingin, senyuman hangat tak lupa ia berikan berharap kasih sayang yang ia salurkan membuat adiknya membaik

" Haii~ adek nya Abang"Abrian yang menyapa lengkap dengan senyum yang menenggelamkan matanya

Abigael menoleh senyum tersungging pada bibir mungilnya hangat menjalar afeksi yang diberikan mas dan abangnya membuat nya nyaman.

Dengan gerakan pelan dibalasnya genggaman tangan sang Abang mengerat berusaha mencari kenyamanan hangat Abi suka.

" Sakit ya dek.. sebentar ya mimi Freya sebenar lagi datang~ " Sehan berucap pelan

" P_papaa... " bisik Abi pelan sangat pelan

" Apa sayang? Papa? " tanya Sehan abigael mengangguk sedikit

" Ada, Papa ada dek lagi makan sama kakak, sama Abang juga mau sama papa hm? "

Abigael kembali mengangguk lirih, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang badannya lemas sakit bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara pun ia tak mampu rasanya.

" Kakaak"

Sehan tersenyum tangannya tidak berhenti memberikan usapan lembut di kepala si adik

" Ada, jangan pikirin apapun ya fokus dulu ke kesehatan adek"

Jawab Sehan paham akan kegelisahan yang ditujukan Abigael, insiden terakhir sebelum anak manis itu terbaring di ranjang pesakitan nya

" Maaf" ucap Abigael lagi kali ini ia benar-benar merasa bersalah, entahlah lah dari awal sepertinya kehadiran di keluarga ini selalu membawa masalah pikirnya.

" Shhh no need say sorry.. Adek~"

" Abi ngerepotin.. "cicit Abigael terdengar lirih lengkap dengan genangan air mata yang hampir mengalir membuat nya terlihat semakin menyedihkan.

Sehan melirik Abrian yang sama-sama bingung menghadapi sang adik yang sepertinya kembali mengalami penurunan mood, tidak ada yang bisa di lakukan keduanya selain terus memberikan kata-kata penenang dan tentunya pelukan hangat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Memasuki hari keempat pasca insiden collapse nya si bungsu, kini kondisi anak itu perlahan membaik
hubungan dengan Arseno pun baik-baik saja setelah sama-sama saling meminta maaf kini kakak beradik itu kembali ke sedia kala. Begitu juga dengan sang Nenek meskipun tidak pernah menampakkan diri secara langsung, menjenguknya akan tetapi sang nenek secara acak mengirimi abigael pesan singkat sekedar menanyakan kabar sang cucu, cukup begitu saja sudah mampu membuat hati abigael menghangat setidaknya neneknya masih Sudi meluangkan waktu untuk nya.

Meskipun ada keraguan di hatinya semenjak ucapan Arseno waktu itu, Abigael mulai mempertanyakannya tentang ketulusan sikap sang Nenek namun ia masih belum bisa menyimpulkan apapun ia masih sangat berharap neneknya benar-benar telah berubah kini.

Namun ada satu yang lagi yang masih membuat anak manis itu merasa cemas, Tentang Zaidan abigael merasa jika sang Abang semakin menjauhi dirinya sejak pertama kali membuka mata hingga sekarang tidak ada sekalipun sang Abang menyapa nya jangan kan sapa bertukar tatap pun sang Abang enggan.
entah apa masalah nya abigael menyadari jika sang Abang mulai membangun tembok pembatas dengannya jauh sejak insiden kemarin tapi yang membuat abigael tidak mengerti kenapa Zaidan tiba-tiba marah dan menjauh apa kesalahan nya? pikir Abigael sedih sendiri.

" Ck... Ga usah banyak pikiran bayi, inget kata dokter kalo mau cepat sembuh pikiran di jaga jangan stres.
ga usah mikirin yang macam-macam deh"

Abigael mendongak bibirnya semakin berkedut mendengar ucapan salah satu abangnya.

Itu Rayidan yang sedari tadi memperhatikan raut sang adik yang terlihat murung sedari tadi bahkan mengabaikan kehadirannya dengan Arsena disini.

" Is apa sii~ Abi nda mikir lho" jawab Abi

Rayidan mengangkat bahunya tanpa mengalihkan perhatian dari game yang sedang di mainkan nya

Jadi jelas kan yang terabaikan disini siapa, abigael jelas kesal kakak dan abangnya malah sibuk dengan dunianya

" Abang kapan bisa pulang? "

" Abi mau sekolah lagi" ucap Abi sembari menatap rayidan yang duduk di atas brangkarnya

" Ya sembuh dulu dong bayii~ " gemas Ray sembari mengacak surai lembut sang adik

" Kan udah! mau pulang abangg, kakakk! " abigael merengek kecil

" Mana ada sadar aja masih kemarin sok-sokan minta pulang, ck.." rayidan mendecak

" Bohong! Abii bangun udah empat hari yang lalu ya.." seru Abi

Rayidan terkekeh mendengar suara sang adik yang entah kenapa selalu lucu di telinganya

" Itu lima bayii" kekeh Ray

Abigael melongo sejenak melihat telapak tangan kecilnya yang terangkat, iya juga ia menunjuk lima jarinya.

Ekspresi nya yang terlihat lucu membuat dua yang lebih tua tertawa gemas, bahkan Arsena yang sedari tadi menyimak ia mendapat giliran untuk menjaga sang adik sementara yang lain melanjutkan rutinitas masing-masing jangan tanya mengapa ada Rayidanta di sini si tampan itu justru dengan senang hati bolos dari sekolahnya dengan dalih ikut menemani sang adik terang saja itu hanya sebagai alibi mungkin si tampan itu hanya punya 0,05 persen motivasi untuk bersekolah sisanya ya begitulah,.. Ia tidak akan mau repot mengasah otaknya yang katanya sudah terlampau pinter itu untuk bersekolah.

Iya kan saja, tidak untuk di tiru ya.

Kembali lagi Abigael menghela nafas sedihnya kembali menatap dua abangnya dengan tatapan sendunya

" Tuh kan, Abang! adek jadi bodoh karna lama nda sekolah~" ucapnya lirih sambil menurunkan tangannya

" Maka na pulang ya, Abi mau sekolah kakakk! "

Arsena mendekat duduk di kursi di samping brangkar

" Nanti dong kan pemulihan dulu adek, emang kakinya udah bisa berdiri dengan benar? dada nya ga sakit lagi emang? " tanya Sena seraya mengusap kedua tangan mungil sang adik, Ray hanya menyimak sambil mengangguk sok paham

Mendengar pertanyaan sang kakak abigael semakin mencebikan bibirnya diikuti kepala yang menggeleng pelan

Tubuhnya belum sekuat itu bahkan sampai sekarang dadanya masih terasa sakit apalagi menarik nafas terlalu dalam.
lalu apa kabar dengan kakinya ia tidak yakin bisa menopang tubuh nya sendiri untuk bergerak sedikit saja butuh effort

Penyakitnya benar-benar tidak mau berdamai barang sejenak pun, tidak bosan menyiksa si mungil itu.

Itu juga yang membuat abigael terus berpikir, kesehatannya semakin menurun akhir-akhir ini abigael bisa merasakan tubuhnya yang semakin melemah
bahkan rangkaian pengobatan yang dilakukan seakan tidak lagi berpengaruh pada penyakit nya

Abigael hanya takut, takut sekali ia tidak punya banyak waktu lagi untuk tinggal ia takut kehabisan waktu.

" Dek? " panggil Sena pelan melihat sang adik terdiam dengan raut wajah sendu nya

" Kenapa hm? adek mau sesuatu bilang kakak sayang... " ujar Sena lagi menatap lamat sang adik tidak lupa dengan senyum cerahnya

Abigael bergeming membalas tatapan sang kakak, lantas menggeleng pelan
tangan kecilnya membalas erat genggaman sang kakak seolah berusaha menyampaikan isyaratnya

" Abang? "Abi melirik Ray

" Hgg"

" Sebentar lagi kelulusan kan? " tanya Abi tiba-tiba

" Iyalah bentar lagi Abang bakal jadi Maba! dan adek naik tingkat jadi senior puas-puasin deh dek nanti nge-bully junior " jawab Ray seraya terkekeh

Abigael merespon dengan senyum tipis candaan sang Abang begitu juga Arsena yang hanya bisa menggeleng mendengar petuah si adik

" Adek nya jangan diajarin yang aneh-aneh, rayidan " peringat Sena, rayidan nyengir lebar

" Abi mau jadi penampil nanti di upacara kelulusan Abang " ujar Abi pelan

" Mau main piano bawain lagu na Beethoven " sambung Abi lagi dengan senyum tipis nya

" Hm makanya cepet sembuh ya.. Harus kuat, supaya bisa jadi pianist yang hebat! cita-cita adek kan? " kata Sena

Abigael mengangguk menatap sang kakak, hanya sebatas cita-cita mungkinkah terwujud?

" Dedek nya Abang harus semangat sembuh nya, Abang ga akan mau lulus kalo adek ga tampil nanti.. "Ray menyahut

" Nanti Abang akan ada disana teriak paling keras buat nyemangatin adek terus kan kita bikin konser tunggal buat adek main piano sepuasnya gimana bagus ga ide Abang?! " tanya Ray mengebu

" Hhg! " angguk Abi

" Abi mau bikin Papa bangga sama Abi, mau kasih liat Mama di surga sana kalo Abi bisa jadi anak hebat" jawab Abi

Sena mengulum bibirnya sebentar tenggorokan terasa tercekat mendengar suara lirih sang adik, berbeda dengan Ray yang terus merespon ucapan sang adik dengan kata-kata positif nya

" Abi bisa kan Abang? Abi akan punya kesempatan itu kan..? "

" Sekali aja, Abi mau kasih liat semua orang kalo Abi bisaa.. bisa berdiri di depan orang banyak kasih liat bakat na abi, supaya bisa penuhin permintaan mama liat Abi di banggakan semua orang.."

" Bisa kan kakak? "

Sena tertunduk masih menggenggam erat tangan dingin sang adik.
entah kenapa percakapan kali ini terasa berat untuknya.

" Bisa! pasti bisaa dong adek! " Ray yang menjawab

" Dan ketika itu selesai Abang orang pertama yang akan peluk adek, Abang yang akan pertama bangga sekali sama adek.
jangan takut yaa Abang akan selalu dukung adek! lari ke Abang ya nanti Abang peluk erat banget Abi ga akan Abang lepas sampe engap! "

Kata rayidan bibirnya tersenyum serupa kotak, jemarinya mengusap pelan sudut mata sang adik tidak berharap genangan air bening disana akan luruh lagi

Adiknya terlalu sering menangis

" Oke! nanti kita pelukan ya Abang! Abi akan ikut abanggg " seru Abi, rayidan mengangguk mantap

Arsena hanya terdiam menatap kedua adiknya, beruntung Rayidanta di sini sekarang jika tidak mungkin ia hanya akan menjawab segala ucapan abigael dengan isak tangisnya karena apapun yang menyangkut adik bungsunya itu selalu membuat nya lemah.











.
.
.
.
.














🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Woah luar biasa sekali ya book aku ini penuh dengan siders 👏👏

Terimakasih ya para siders yang sudah berkenan singgah di cerita jelek saya 🙏

Nanti kalo kebetulan lewat lagi jangan lupa tinggalin jejak yaa
bintangnya Kaka..

Ga bikin jerawatan kok nge-vote cerita orang
Ga akan bikin jomblo kok komen di cerita orang

Tapi bagaimanapun terimakasih ya sudah mampir untuk kedepannya ayo saling menghargai

Buat readers ku tercinta terimakasih banyak juga ya sudah mampir, terimakasih banyak 🙏

Semoga kalian semua selalu bahagia, sehat dan sukses dengan apapun yang kalian sedang lakukan sekarang.

All see you 👋



Dan maaf ya kemalamen lagii up nya, aku cuma punya waktu malam hari buat mampir dan nulis jadi mohon pengertiannya yaa, ga harus baca sekarang kok jadi sorry udah ganggu notif kalian!

Dan HAPPY September guys! semoga bulan ini lebih baik dari bulan kemaren yaa! semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu hadir sepanjang bulan iniii

All the best guys ❣️

Ehhh semoga Senin kita semua menyenangkan yaaa

Night 👋





VOMENT JUSEYO 🙏

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Continue Reading

You'll Also Like

397K 27.3K 44
NO CONFLICT ABOUT ATTALA'S DAILY LIFE AND MISCHIEVOUS BEHAVIOR Atta kenapa gak masuk kelas ?. Jangan bilang kamu telat lagi!"greget Pak Dika karena...
1M 85.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
33.8K 1.6K 22
squel dari 'kai and my dad' Kaizo yang dulu nya kecil sekarang sudah tumbuh besar seperti remaja pada umumnya Kai sekarang sudah memasuki usia ke 16...
Stayed with father By HUMAN

Historical Fiction

405K 28.1K 56
"17 tahun dan kau baru datang?"