BACK TO YOU

Af buretae

6.8K 994 277

Pada akhirnya takdir membawa mereka kembali Mere

BACK TO YOU [SUMMARY]
1. Hilang
3. Pelangi
4. Jeda cerita
5. Tentang Hujan
6. Rasa ku yang mati rasa
7. Rasa tanpa tepi
8. Katanya mati rasa?
9. Ketakutan yang mengerikan
10. Pria yang pergi bersama hujan
11. Bukan yang pertama
12. Rumit yang sangat rumit
13. James pemersatu masa lalu
14. Ada yang berbeda

2. Sembuh

483 83 9
Af buretae

Pulih lah bersama waktu
Sembuh lah dengan kesibukan, lalu lupakan tanpa melibatkan orang baru




Seseorang sudah menunggu Gulf di lobby rumah sakit untuk dibawanya makan siang. Laki-laki itu tersenyum melihat Gulf berjalan dari kejauhan. Rupanya Gulf tidak sendiri, dia bersama dua orang lain.

"Dokter Ben, kamu menunggu lama?" Tanya Gulf.

"Tidak, Gulf. Aku baru saja disini. Kit, Tar kalian ikut?"

"Uhm. Biasanya ada makanan gratis kalau ada Khun Ben!" Jawab Kit penuh semangat.

"Ish," Ben terkekeh. "Pergi dengan mobilku ya?"

"Memangnya jauh?" Tanya Gulf penasaran.

"Ke Siam bagaimana? Apa kalian masih ada praktek?" Ben meminta pendapat.

"Aku sudah selesai sih. Kamu bagaimana Gulf, Kit?" Tanya Tar.

"Aku ada praktek di rumah sakit lain. Tapi itu masih nanti. Jadi let's go," jawab Kit.

"Aku juga luang," jawab Gulf.

"Okay, jadi kita bisa pergi. Come on!"

Empat dokter muda tampan berjalan bersamaan ke arah tempat parkir tak jauh dari lobby utama. Saat menentukan posisi duduk Kit dan Tar membuka pintu samping kemudi bersamaan. Gulf berpikir kedua temannya sangat ingin duduk di samping Ben sampai mereka berebut membuka pintu. Tapi Gulf tidak peduli dan tetap membuka pintu bagian belakang.

"Hey, apa yang kamu lakukan?!" Kit memarahi Gulf.

"Apa?" Tanya Gulf bingung.

"Duduk di samping Ben. Kamu pikir ajakan makan siang Ben itu untuk siapa, khusus untukmu sebenarnya," Kit mengomel dengan lirih.

Dahi Gulf mengernyit heran karena Kit terus berpikir Ben masih dalam usahanya mendapatkan atensi dari Gulf, "Hey, duduk di manapun sama saja," kekeh Gulf kemudian.

"Cepat Gulf, aku sudah lapar loh!" Protes Tar.

"Apa yang kalian tunggu?" Tanya Ben yang sudah siap di kursi kemudi.

Kit melotot pada Gulf dengan galak membuat Gulf khawatir dengan keselamatannya setelah ini. Gulf menggeleng membayangkan seperti apa Kit akan memarahinya kalau Gulf sampai menunda keberangkatan mereka mencari makan siang dan membuat kit terlambat praktek selanjutnya.

"Ckk, beruntung kamu seniorku," cicit Gulf sambil mengambil posisi duduk di samping kemudi.

"Ah, junior yang baik," Kit bergumam dengan senyum penuh kemenangan.

Setelah semua orang sudah berada di dalam mobil dengan tenang Ben mulai menginjak pedal gas, melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang meninggalkan area rumah sakit.

Sepanjang mobil berjalan menuju Siam ke empat Dokter muda terus mengganti topik obrolan. Kit dan Tar paling cerewet membuat Gulf dan Ben berulang kali ikut tergelak oleh cerita-cerita random Kit tentang banyak hal.

Dua puluh menit berjalan, mereka sudah tiba di Siam dan menentukan sebuah restoran barat cepat saji sebagai tempat mereka makan siang ini. Mereka mengambil posisi duduk di pinggiran restoran yang memudahkan mereka untuk melihat ke sekitar dan orang yang berlalu lalang.

"Ao, Phi Kit!" Seseorang berseru dari kejauhan. Suaranya membuat empat pasang mata melihat ke arahnya. "Eh, Gulf kamu juga?!" Dia semakin terkejut.

"Ai Mild!" Otomatis Kit dan Gulf menyebutkan nama pemuda itu.

Mild dengan kedua tangan penuh paper bag setengah berlari ke arah orang-orang yang menunggunya dengan penasaran.

"Mild! Kamu masih hidup ya?!" Panggil Gulf lagi sambil beranjak dan memberikan teman lamanya itu sebuah pukulan di kepala.

"Ah sial! Ini caramu menyambut?!" Mild menggosok bagian belakang kepalanya. "Ei, swadee krab Phi Phi," Mild memberi wai pada Kit senior di universitasnya dulu dan pada dua orang lain disana.

"Ini Mild dia junior di universitas ku dulu, satu angkatan dengan Gulf. Dia pengacau, psikiater yang butuh psikolog aku rasa," ujar Kit panjang.

"Ao Phi apa separah itu?" protes Mild.

"Hehe. Tidak tidak. Kamu sudah mendapat ijin praktek di rumah sakit besar, artinya kamu hebat," ujar Kit lalu merangkul Mild.

"Nong, duduk lah dan makan bersama kami. Kami baru memesan," ajak Ben akrab.

"Uhm. Duduklah, jangan menyia-nyiakan ajakan orang ini. Dia bahkan putra ketua komite di rumah sakit mu," ujar Kit mempersilahkan Mild.

"Ha? Serius?!" Mild terkesan.

"Kit selalu berlebihan," kekeh Ben.

"Duduklah, letakkan barang belanja mu disana," ujar Gulf sambil menunjuk bangku yang kosong.

"Uhm," jawab Mild yang kemudian melakukan apa yang Gulf ucapkan. Mild lalu menyeret sebuah bangku untuk ia duduk diantara Gulf dan Tar.

Semua orang sudah mendapatkan makanan yang mereka pesan. Kembali mereka bercerita sambil menyuapkan makanan yang sudah memenuhi meja.

"Jadi apa yang membuatmu tiba-tiba menghilang?" Tanya Gulf pada Mild.

"Kamu tidak melihat IG story yang pernah aku posting? Aku kehilangan ponselku saat aku pergi ke beach club di Phuket. Aku melewatkan banyak hal sejak ponselku hilang. Bahkan aku baru mendengar kalau istri Mew mati," ujar Mild panjang.

"Uhuk," otomatis Kit tersedak makanan yang seolah berhenti di kerongkongannya.

Lain dengan Kit, Gulf tiba-tiba menjadi diam dengan gerakan tangannya mengiris irisan beef terhenti.

"Gulf, kenapa?" Tanya Ben menyadari perubahan ekspresi Gulf yang kentara.

Gulf hanya menggeleng, "Tidak," jawab Gulf lalu tersenyum kecil.

"Oih, maafkan mulutku yang brengsek Phi," cicit Mild pada Kit saat Kit menatap ke arah Mild tajam.

***


"Bahkan aku baru mendengar kalau istri Mew mati,"

Ucapan Mild seolah masih menggema di kepala Gulf. Dalam pandangan yang kosong, pikirannya tak sekalipun berhenti memikirkan seseorang yang sekali lagi di sebut namanya hari ini. Lalu Gulf tiba-tiba berpikir.

"Apakah dia baik-baik saja?"

"Dia sudah kehilangan. Apakah dia baik-baik saja?"

Pertanyaan itu tiba-tiba mendominasi isi kepala Gulf.

Gulf yang payah. Harusnya yang Gulf ingat adalah bagaimana waktu-waktu menyakitkan yang ia lewati setelah ia ditinggalkan. Harusnya yang Gulf ingat hanyalah tentang kesendiriannya sepanjang hari tanpa orang baru sejak ia ditinggalkan. Gulf terlalu payah dengan perasaanya.

"Gulf, apa Mew yang temanmu maksud adalah dia?" Tanya Ben dengan tiba-tiba. "Yang membuatmu sampai saat ini belum menerima siapapun?"

Gulf berhenti dengan pikiran rancunya. Ia menoleh pada Ben yang menyetir dengan tenang di sampingnya. Gulf tetap diam.

"Aku rasa jawabannya adalah iya," ucap Ben kemudian. "Gulf, meskipun dia telah sendiri bukan berarti kalian bisa bersama lagi kan? Memberikan kesempatan kedua pada orang yang pernah menyakitimu seperti menyatukan kembali pecahan kaca. Tidak bisa utuh sempurna, bahkan kapan saja bisa hancur lagi," ujar Ben.

"Hhh," Gulf menghela nafas kasar. "Bersama lagi apa maksudmu, Ben? Aku bahkan tidak pernah tahu dia ada dimana. Karena bagiku semua sudah berakhir,"

Ben menoleh pada Gulf lalu tersenyum dengan simpul. "Jadi tugasku hanya tinggal tetap menunggu mu kan?"

"Ckk, Ben. Aku sudah mengatakan nya kan? Aku tidak tahu kapan aku bisa memulainya lagi jadi sebaiknya kamu tetap mencari orang lain juga," ujar Gulf.

"Tidak," jawab Ben dengan aksen cemberut.

"Ao. Kenapa?" Tanya Gulf.

"Karena itu bukan kamu."

Gulf terkekeh bersamaan dengan Ben tersenyum padanya.

Namun saat itu perasaan Gulf tetap saja hampa.



Semetara itu di tempat yang berbeda seorang wanita dengan seragam Nanny sedang membawa anak asuhnya pergi ke taman yang ada di sekitar rumah. Dari semangkuk bubur yang ia buat siang ini tersisa kurang dari setengahnya. Hal itu membuat Nam dan Fah sedikit lebih lega.

"Permen James sudah habis, Nanny," ujar James pada Fah.

"Seperti kata Paman Dokter, kita akan pergi ke sana lagi untuk mendapatkan permen," jawab Fah renyah.

James mengangguk singkat. Ia lalu memandang Fah dengan dalam, "Nanny, apa Daddy memarahi Nanny?" Tanya James.

Fah tersenyum simpul, "Tidak, nak. Daddy hanya meminta Nanny untuk memberi tahu Daddy di mana James. Hari ini Nanny tidak melakukannya jadi Daddy kecewa," jelas Fah lembut.

"Emm," sebuah anggukan lagi dari James.

"James, James sayang Daddy kan?" Tanya Fah hati-hati.

James menggelengkan kepalanya dengan yakin.

"James, James harus sayang pada Daddy," imbuh Nam.

"Apa Daddy sayang James?" Tanya James kemudian.

"Tentu saja," jawab Fah.

"Tidak," sahut James. "Daddy sudah berhenti memeluk James. Daddy berhenti berbicara baik pada James. Mungkin James nakal, mungkin James sedang di hukum sekarang," ujar James dengan polos.

"Bukan seperti itu. Bagaimana Nanny mengatakannya? Uhmm... Sekarang Daddy hanya sedang senang duduk sendiri. Besok ketika Daddy sudah bosan Daddy akan memeluk James lagi," ujar Fah memberi tahu.

"Karena Daddy lebih senang duduk bersama Mommy ya daripada bersama James?" Tanya James polos.

Fah tersenyum dengan getir, "Mommy ataupun James, Daddy senang duduk bersama siapapun. Sekarang, Daddy hanya sedang ingin duduk sendiri, nak,"

"Ohh, baiklah," jawab James.

***

Dua pekan berlalu setelah pertama kali James dan Dokternya bertemu. Hari ini James memiliki jadwal untuk bertemu dengan Paman Dokternya lagi. Ada banyak hal yang ingin Nanny Fah ceritakan pada Paman Dokter. Tentang James yang sudah mulai banyak bicara seperti dulu, tentang James yang sudah bisa makan dan tentang James yang mulai aktif di sekolah seperti temanya yang lain.

Namun untuk mendapatkan ijin Mew agar Fah bisa pergi ke rumah sakit sangatlah sulit. Mew tetap dengan pendiriannya melarang Fah dan James pergi ke rumah sakit dan membuang waktu dengan cerita-cerita melankolis pada Dokter itu. Pengawasan yang ketat oleh penjaga rumah pada Fah membuat Fah tidak bisa berbuat apapun.

"Ayah gila mana yang menghalangi putranya pulih?!" Dengan menahan tangis Fah berjalan memasuki rumah setelah upayanya bernegosiasi pada penjaga rumah tidak membuahkan hasil.

"Benar-benar tidak bisa pergi ya?" Tanya Nam sedih.

Fah melihat ke arah James yang duduk tenang menyaksikan Coco melon di layar televisi. Fah menyeka air matanya di pipi. "Aku berpikir tentang apa yang James katakan tempo hari. Apa ini cara Khun Mew menghukum James? James terlalu kecil untuk bisa memahami ini, tapi kenyataannya dia bisa membaca situasinya. Apa Khun Mew berpikir James adalah penyebab Khun mati?"

"Aku harap bukan seperti itu, Fah. Tenangkan dirimu,"

Ponsel di saku celana kerja Dah bergetar. Fah melihat pada layar ponselnya dan orang yang menelponnya adalah dari rumah sakit.

"Halo, suster Mon," sambut Fah.

["Halo, Nanny. Apa kabar Nanny dan James? Apa James sudah bisa makan?"]

Fah tersenyum. "Kabar kami baik, Suster. Kabar James juga lebih baik karena dia sudah mengisi perutnya."

["Wah pasti Dokter senang mendengarnya. Oh iya, hari ini James bertemu Dokter lagi ya?"]

"Suster, maaf. Tapi sepertinya kami tidak bisa pergi. Kami memiliki masalah di rumah."

["Oh, baiklah aku akan memberi tahu Dokter Gulf karena kalian sedang berhalangan"]

"Kami tidak bisa pergi kemanapun karena penjaga rumah ini harus memastikan kami tidak akan kemana-mana."

["Err, kenapa Nanny? Apa kalian baik-baik saja?!"] Terdengar suara suster Mon mulai panik..

["Ada apa Nanny?"] Suara laki-laki kemudian terdengar.

"Dokter? Maaf kami melewatkan jadwal pertemuan siang ini. Itu karena memang sebenarnya sejak awal Khun tidak menginginkan James mendapatkan penanganan Dokter psikolog."

["Serius?! Begini Nanny, sebenarnya aku tidak ingin memaksa Nanny ataupun James untuk melanjutkan ini tapi James masih membutuhkan pendamping untuk mengembalikan mentalnya. Dia masih terlalu kecil. Dia harus banyak mendengarkan hal baik untuk mengembalikan semangatnya. Aku hanya ingin membantunya,"]

Fah tersentuh dengan ucapan yang Dokter lontarkan dari sambungan telepon. "Terimakasih Dokter," ucap Fah haru.

["Kalau benar-benar kamu tidak memiliki cara pergi, aku akan menemui James. Kamu bisa mengirimkan alamat rumahnya?"]

"Benarkah Dokter?"

["Ya. Aku akan pergi setelah jam praktek ku berakhir."]

"Terimakasih Dokter. Aku akan mengirim alamatnya."

["Krab."]


Sesuai apa yang Fah dan Gulf sepakati sore itu Gulf pergi ke alamat yang Fah berikan. Gulf tiba di rumah besar itu tanpa atribut kedokteran dan penjaga memberikan Gulf ijin masuk setelah Gulf memberi tahu penjaga bahwa dia adalah kerabat Fah dari desa.

Seperti pertemuan Gulf dan James sebelumnya. Gulf memberikan James permen untuk meminta James bercerita. Sekarang perkembangan komunikasi James lebih baik, dia bisa memperhatikan lawan bicaranya dan memberi respon yang senada. Sebuah kemajuan yang cukup cepat. Hal itu karena Gulf terus meyakinkan James jika Mommy nya sedang menunggu James di suatu tempat.

Sekitar satu jam Gulf, James dan Nanny bercerita di ruang utama rumah itu. Gelegar petir di luar sana dan awan mendung yang menyelimuti langit sore menjadi pertanda hujan deras akan tiba dalam waktu dekat. Gulf segera berpamitan untuk pergi sebelum hujan turun.

"Dokter terimakasih banyak untuk waktumu," ujar Fah pada Gulf.

"Karena aku sangat bersemangat untuk membantu James pulih. Dan melihat James seperti sekarang membuat semuanya terasa terbayar. Kalau begitu aku pergi ya Nanny? Sepertinya akan turun hujan," ujar Gulf.

"Kha, Dokter. James ucapkan bye pada Paman Dokter,"

"Bye, Paman," ucap James sambil melambaikan tangan malu-malu.

Gulf tersenyum lalu mengusak pucuk kepala James, "Makan permennya setelah James mengisi perut James dengan nasi atau roti ya?"

"Uhm," James mengangguk.

Fah dan James sudah tiba di depan rumah mengantar Gulf untuk pergi ke mobilnya. Namun nampaknya hujan sudah turun dengan deras bersamaan dengan angin kencang.

"Nanny, bawa James masuk. Cuacanya sedang buruk," ujar Gulf pada Fah.

"Bagaimana dengan Dokter?" Tanya Fah.

"Aku akan berlari ke mobilku dengan payung. Bawa James masuk ya,"

"Kha, Dokter."

Fah membawa James ke gendongannya dan berjalan memasuki rumah.

Gulf membuka payung yang akan dibawanya menembus hujan dan sejenak berdiam memerhatikan jalan di depannya yang akan dia lewati setelah ini. Mobilnya parkir agak jauh di carport yang ada di dekat taman. Mungkin Gulf tetap akan basah.

Gulf mulai berjalan menuruni undakan di depannya. Sebuah mobil melaju dari pintu gerbang yang berjarak beberapa puluh meter dari bangunan utama. Melihat mobil mewah itu Gulf sudah bisa menebak bahwa pemilik mobil itu bisa dipastikan adalah sang Tuan rumah. Gulf tetap berjalan ke arah mobilnya dengan sebuah payung di tangan.

Mobil hitam berhenti di samping mobil Gulf disusul penjaga yang berlari untuk memayungi pengemudi. Saat itu Gulf tidak peduli dan mulai membuka pintu mobilnya. Tangan Gulf terlalu licin sampai membuatnya kesulitan membuka kenop pintu mobil.

Bersamaan itu angin kencang menerbangkan payung di tangan Gulf yang tidak cukup kuat Gulf tahan. Akhirnya pemilik mobil hitam bisa dengan mudah melihat sosok dibalik payung setelah sejak tadi ia hanya menerka. 

Gulf berpaling untuk meraih payungnya. Alih-alih mendapatkan payung yang terbawa angin, Gulf dibuat membeku dengan apa yang ada di depan matanya.

Dua orang berdiri dengan jarak tidak terlalu jauh, matanya sama lurus menatap pada satu sama lain. Hening dalam kebekuan. Disergap perasaan tidak karuan.

Waktu mereka seperti berhenti berputar.

"Hujan membawa mu pergi dan hujan tiba-tiba membawamu di depan ku lagi? Jadi inilah mengapa aku membenci hujan."

Fortsรฆt med at lรฆse

You'll Also Like

78.7K 11.7K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
316K 34.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ยฐ hanya karangan semata, jangan melibatkan...
56K 5.1K 31
ยฐ WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ยฐ โ€ข Brothership โ€ข Friendship โ€ข Family Life โ€ข Warning! Sorry for typo & H...
Adopted Child Af k

Fan Fiktion

177K 27.8K 51
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...