Iridescent

By RaraCitra023

2.2M 199K 6.9K

Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "A... More

00| Blurb
01| Start
02| Be brave
03| How we
04| Talk that
05| About us
06| Xavierous
07| Beautiful Ghost
08| Party
09| Still Try
10| New Version of Us
11| Hate you
12| Be Selfish
13| Sweet Male Lead
14| Danger!
16| What?!
17| Stay with me
18| How about me?
19| Typa Girl
20| Kai, Thanks
21| Aurora's Past
22| Why You-?
23| War Is Coming!
24| Hallo, Daniel!
25| Nothing-
26| War Begins!
27| I'm Sorry
28| Please,
29| Goodbye, Marsel
30| Who is Vanilla?
31| Endings must Happen
32| The Truth
33| Next Chapter
34| Never like past
35| Two Characters
36| Karma

15| Revenge

62.3K 6.1K 244
By RaraCitra023

Kamar bernuansa putih dengan aksen pink di beberapa sudut berhasil menggambarkan sosok Aurora Navycalista, begitu tenang dan manis. Ruangan itu hening tanpa suara ketika sang pemilik sibuk duduk di atas karpet putih yang ada di kamar ditemani sebuah boneka Lotso besar dan buket bunga mawar pink di depannya. Perlahan Aurora meraih buket pink pemberian tunangannya, ia tersenyum kecil.

Aurora meraih satu tangkai mawar pink dalam buket, "Kamu kasih aku bunga yang cantik, tapi kamu lupa kalau mawar juga bisa buat aku luka"

Aurora meletakkan mawar pink itu dengan asal disampingnya, sejenak terdiam menatap kosong boneka Lotso besar dihadapannya. Aurora memeluk lututnya, perlahan Aurora menunduk dan tak lama bahunya mulai bergetar di susul bulir bening yang mengalir dari kedua manik hazelnya. Tangan Aurora menjadi dingin dan gemetar.

"Aura takut.." bisiknya.

Aurora tidak pernah membayangkan mendapat kehidupan kedua, ia ingin memperbaiki semuanya. Namun selalu ada ketakutan dan trauma yang menyelimutinya, ia takut akan terjadi hal yang sama untuk kedua kalinya. Tidak ada satupun yang mampu mengerti posisi Aurora, ia tak mampu bercerita pada siapapun mengenai kehidupan keduanya. Aurora seolah sendirian menanggung semuanya.

Aurora bersyukur, sangat. Namun terselip pula rasa takut akan gagal dan kecewa yang kembali terulang, rasa sakit itu seolah baru kemarin Aurora rasakan dan ia tak akan siap untuk kembali merasakannya.

Aurora bergegas mengusap air matanya ketika pintu kamarnya diketuk pelan. "Iya?" Tanyanya berusaha menetralkan suaranya agar tidak terdengar serak.

Helena masuk dengan wajah berbinar, namun seketika senyumnya redup menatap Aurora yang nampak menunduk enggan menatapnya. "Aura, are you okay?" Tanyanya pelan sambil mendekat pada sang anak.

"Mau mama peluk?" Helena ikut terduduk di karpet putih yang ada di kamar anaknya. Aurora menatap mamanya penuh, segera ia memeluk mamanya erat. Tangisnya seolah tak terbendung, perasaan haru menyeruak dalam hatinya. Ada perasaan lega luar biasa mampu melihat mamanya dalam keadaan baik-baik saja.

Bayangan senyum lemah dengan manik redup mama-nya di kehidupan sebelumnya selalu membayangi Aurora setiap melihat mama-nya. Hati Aurora masih selalu berdenyut perih ketika memori itu berputar dalam pikirannya. "Aura sayang banget sama mama. Terus bahagia ya, ma"

Helena mengecup pucuk kepala putrinya, "Mama akan bahagia kalau Aura bahagia, jadi Aura harus senyum" ujarnya sambil terus memeluk putrinya yang akan selamanya menjadi putri kecilnya.

'Aura bersyukur, setidaknya di kehidupan ini mama bahagia. Aura janji akan selalu buat mama senyum, apapun akan Aura lakuin buat mama. Termasuk jauhin tante Margareta dari papa dan dari keluarga kita' manik Aurora berkilat dingin.

"Kamu nggak papa? Butuh tempat cerita?"

Aurora menggeleng sambil mengurai pelukannya, ia menatap ibunya yang juga hampir menangis karena dirinya. "Aura nggak papa, ma. Tadi Aura sedih aja, perasaan Aura kacau gitu. Tapi karena udah dipeluk mama, jadi udah ilang sedihnya"

Helena menggenggam tangan Aurora erat, senyumnya begitu lembut khas seorang ibu.

"Kalau ada apa-apa cerita ke mama ya? Mama selalu ada buat Aura"

Aurora mengangguk kuat, ia membalas genggaman ibunya tak kalah kuat. 'Aura pun berdoa semoga mama selalu ada buat Aura' ujarnya dalam hati.

"Mama tadi kenapa ketuk kamar Aura?" Tanya Aurora mengalihkan perhatian.

"Papa tadi mau ajak mama ke restoran buat dinner, tapi kayaknya mending dibatalin aja. Putri mama lagi sedih gini masa iya mau ditinggal" Helena mencubit kecil hidung Aurora, kemudian keduanya tertawa kecil.

"Cie mama sama papa mau dinner, pantes mama pake dress gini" goda Aurora yang dibalas gelengan oleh sang mama.

"Mama sama papa pergi aja nggak papa, sebentar lagi abang pasti pulang. Aura nggak akan sendirian" lanjut Aurora berusaha meyakinkan mama-nya untuk pergi bersama sang papa.

"Bener? Kamu nggak papa?"

Aurora mengangguk cepat, "Yakin mamaku sayang. Mau dinner kemana?"

"Camaraderie Restaurant"

Bagaikan tersambar petir, Aurora seketika pucat. Ia berusaha tetap tenang, meski perlahan tangannya mulai dingin. Ia menatap manik hazel yang seiras dengan maniknya dengan lekat, ada perasaan kalut dalam hatinya yang berusaha ia tutupi.

Camaraderie berarti rasa saling percaya dan persahabatan di antara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama. Namun Aurora adalah orang pertama yang akan menentang arti itu karena nyatanya, di restoran itulah kehancuran keluarganya bermula.

Bermula dari sang juru masak yang berhasil membuat papa-nya jatuh hati dan berakhir menjalin hubungan terlarang yang tak seharusnya dilakukan seorang suami dan wanita yang telah mengetahui perihal salah dan benar. Perselingkuhan yang menjadi awal dari kehancuran keluarga kecil Aurora, istana Aurora.

"Ma, kayaknya mending kita masak bareng aja nggak sih? Aura pengen masak sama mama" rayunya dengan perasaan yang kacau namun berusaha tenang.

Helena mengernyit, "Tiba-tiba?"

"I-iya, ma. Kan jarang kita masak bareng gitu, barbeque-an?"

"Boleh sih. Tapi kata kamu tadi mama suruh pergi aja" Helena menggoda putrinya.

"Aura berubah pikiran, ma. Pengen ada waktu keluarga gitu" elak Aurora cepat

"Kenapa panik gitu, Aura? Kamu-" belum saja Helena menyelesaikan perkataannya, Jendra menginterupsi dialog antara ibu dan putrinya. Ia tersenyum, namun segera terkejut melihat mata putrinya yang sembab.

"Putri papa kenapa?" Tanyanya dengan tenang meski perasaan khawatir menyelimutinya.

Ide cemerlang terlintas di pikiran Aurora, "Aura nggak mau papa sama mama pergi, jadi ayo barbeque di rumah aja, pa. Aura mohon" ujarnya dengan mengeluarkan tatapan bak anak kucing yang tak mampu di tolak oleh sang papa.

"Gimana ya?"

"Papa, please" manik Aurora semakin penuh permohonan, Jendra pun terkekeh kecil melihatnya.

"Papa kalah, telpon abang kamu. Kita barbeque di rumah" Jendra menunduk mencubit pipi Aura pelan.

"Yes! Aye aye kapten!" Seru Aurora semangat, perasaan lega luar biasa membuncah di hatinya.

"Sayang, maaf ya. Kita tunda dulu dinner kita, hm?" Jendra menatap istrinya lekat, yang dibalas usapan lembut di pipinya dari Helena.

"Aku lebih suka kamu kayak gini. Kita bisa dinner kapan-kapan, aku nggak masalah"

Kecupan mendarat di kening Helena. Senyuman merekah sempuran di bibir Helena, entah mengapa Jendra merasa Helena terasa lebih cantik dari biasanya. Hatinya kembali berdebar kencang setiap menatap Helena, apalagi kini istrinya itu lebih perhatian padanya dan hubungan keduanya seolah lebih erat dari sebelumnya.

Aurora yang menyaksikan interaksi kedua orang tuanya diam-diam tersenyum lega. Kali ini ia berhasil mencegah pertemuan papa-nya dan Margareta, namun kedepannya Aurora tidak akan lengah. Papa-nya tidak boleh bertemu dan jatuh hati pada Margareta.

'Aura nggak akan biarin keluarga kita hancur, ma. Aura akan pastiin apa yang Aura punya akan tetap jadi milik Aura' tekad Aurora telah bulat, ia akan melakukan apapun untuk memperbaiki semuanya. Terutama untuk keluarganya.

Aurora ingin melihat keluarganya selalu utuh, Aurora ingin melihat senyum bahagia mamanya, Aurora ingin abangnya selalu ada di sisinya dan Aurora ingin papanya selalu menjadi pelindung bagi Aurora. Semua miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya. Katakan bahwa Aurora egois, katakan bahwa Aurora serakah, tapi kali ini saja izinkan Aurora untuk berusaha dengan sekuat tenaganya. Aurora akan mempertahankan apa yang sejak awal ia miliki hingga titik akhir.

Tapi perihal Allaric, biarlah semuanya terjadi. Aurora tidak akan memaksa takdirnya menyatu dengan Allaric, biarlah benang merah itu memutuskan dengan siapa ia akan terikat. Tapi jujur, perasaan serakah mulai melingkupi hati Aurora. Ada rasa kepemilikan yang kuat pada Allaric, Aurora ingin menahan Allaric untuk dirinya, bukan untuk Vanilla.

■■■■

16 Juni 2023

To be continue🐾

Continue Reading

You'll Also Like

106K 12.4K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
798K 71.5K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
234K 20.4K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
441K 29.4K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...