ODDINARY: The Day After Tomor...

Від sylverky

1.2K 281 141

Blurb: Sekelompok "anak muda" dengan nama Oddinary berhasil menduduki headline berita dengan performa sirkus... Більше

「 Opening & Warning 」
「 Character(s) & Visualization 」
0: Prologue
01: The New Identity of Us
02: A Strange Morning
03: Once Upon a Night
04: Hide and Seek
05: Carnival Night
06: Behind the Scene
07: A Beautiful Target
08: The Red Pentagram
09: Item(s)
10: An Unknown Location
12: The Eyes
13: Trapped

11: The Next Invitation

37 8 0
Від sylverky

11: The Next Invitation.

♤ ♤ ♤

Jakarta Pusat,
21 Juni, 2025.

[23.45 WIB
: Kediaman Gistara]

"Tidur, Gi. Nanti kalau besok lo kerja dengan mata item-item, kuping gue juga yang ujung-ujungnya panas dengerin omelan lo."

Athala yang baru saja selesai membersihkan badan dari kamar mandi terpaksa membawa kakinya singgah di depan pintu kamar Gistara, saudara tirinya, yang sudah satu jam lebih dulu kembali ke habitatnya namun 'tak kunjung jua lampu kamarnya terlihat mati. Bilangnya hendak tidur cepat namun begitu ia buka, rupanya Gistara masih terjaga dengan posisi separuh tubuh bersandar dengan kepala ranjang, lengkap dengan sebuah tablet yang masih ia operasikan di tangan.

"Gi, lo nggak dengerin gue?"

"Ssstt, diem dulu coba! Gue lagi nyari tahu sesuatu."

Jawaban ketus yang melompat keluar begitu saja dari mulut Gistara berhasil membuat Athala geregetan. Cowok yang setahun belakangan berhasil menyabet julukan si paling teliti di antara teman-teman polisi seangkatannya itu pada akhirnya berjalan mendekat ke kasur Gistara dan ikut mencuri pandang ke benda persegi panjang canggih yang sedari tadi menyita fokus si cewek berambut merah marun sepundak.

"Lah, kok gue baru tahu lo tertarik sama konspirasi gue?"

Krik-krik

Gistara menoleh dan menoyor kepala Athala dengan jari telunjuk, "Idih, pede banget lo. Orang gue ngepoin member Oddinary buat cuci mata doang kok, sekalian nyari-nyari info show mereka selanjutnya."

Athala mendesah malas, dua lengannya tersilang di depan dada, "Udah gue bilang mereka terlibat, Gi. Nggak percaya banget, sih, lo sama gue," ujarnya, mengobarkan kembali api permusuhan dengan cewek yang juga mengais pundi-pundi uang di bawah naungan instansi yang sama dengannya.

Gistara yang mendengar serentetan kalimat yang menginjak nama 'pangeran-pangeran'nya itu tentu saja merasa tidak terima, "Rusak iman gue kalau percaya sama lo," semburnya masih dengan nada 'tak bersahabat, "lagian mereka ini pemain sirkus, Tha. Mana mungkin, sih, bisa berhubungan sama kasus anak hilang yang belakangan ini lagi rame."

"Sekarang coba kasih tahu gue alasan paling logis kenapa mereka bikin aturan show mereka nggak boleh didokumentasiin lewat foto atau video penonton kalau emang bener nggak ada yang disembunyiin dari kita?"

Gistara mengernyit, dua alisnya tertekuk ke bawah. Selepas melempar asal tablet yang masih menyala ke atas kasur, ia berbalik menghadap Athala dengan lengan tersilang di depan dada, dagunya terangkat, "Ya elah, itu mah namanya teknik marketing, Tha. Mereka sengaja nggak ngebiarin show mereka ke-spoiler biar orang-orang penasaran terus nonton langsung."

Athala tertawa sarkastik, "Sampai nggak ngebiarin diliput channel berita mana pun? Bahkan nggak nyantumin identitas asli mereka di internet, sampai situ menurut lo masih bisa dimaklumin?"

"Apaan sih lo, Tha," keluh Gistara, nada bicaranya semakin rendah; digerogoti oleh rasa kesal, "suka-suka mereka lah mau nyantumin identitas asli apa bukan. Lagian sah-sah aja kali mereka exist, ya orang-orang ngeliatnya mereka menghibur kok dengan karya, nggak ngelakuin macem-macem. Mending lo sekarang -"

"Ya ampun, Gi. Lo pikir para pelaku kriminal nggak ngikutin perkembangan zaman buat ngelancarin aksi jahat mereka?" Athala memberi koma di tengah peluru yang ia tembakkan, seringai tipis terbit dari bibirnya, "kalau kayak gitu, udah dari dulu kali penjara bakal penuh kalau mereka mainnya tetap pakai trik jadul."

Kali ini, pertanyaan tersebut berhasil memutus ucapan Gistara yang masih separuh jalan. Cewek cantik dengan mata sayu dan pipi berisi itu menghela napas, tangannya yang terlipat di dada perlahan turun, "Alah intinya itu mah cuma tabiat jelek lo doang yang suka mikir aneh-aneh ke orang nggak dikenal. Ditambah tekanan mecahin kasus-kasus yang makin membludak, lengkap deh lo jadi stres kuadrat. Hati-hati lo jadi botak," tandasnya dengan intonasi yang jelas tidak bisa lagi membendung rasa kesal dengan ucapan-ucapan Athala. Cewek itu bahkan rela bangun dari kasur hanya untuk mendorong tubuh Athala menjauh keluar sepenuhnya dari kamar, lalu menutup akses masuk dengan mengunci pintu.

Setelah diadopsi dan resmi tinggal seatap dengan keluarga Gistara, mereka berdua tentu bisa belajar untuk mengenali karakter masing-masing. Dan cowok itu tahu betul bahwa Gistara bukan tipikal orang yang akan memelihara emosi berlama-lama. Namun terkadang si cantik itu tidak segan bertindak barbar bila ada orang lain yang terlalu mencampuri dunianya, dalam hal ini sekelompok pemain sirkus dengan nama panggung Oddinary itu sudah resmi termasuk ke dalamnya. Maka yang bisa dilakukan Athala di depan pintu kamar Gistara sekarang hanya berdiri mematung, tidak berniat juga ingin memprotes tindakan pengusiran yang baru saja ia dapatkan.

Ting!

Profesinya yang sebagai seorang polisi membuat Athala tidak terbiasa untuk mengabaikan dering notifikasi yang masuk ke dalam ponsel, maka ia merogoh saku celana training yang ia kenakan untuk menarik keluar benda pintar tersebut. Pupil mata Athala melebar ketika menemukan serangkaian kalimat yang tertera di layar, seringai tipis muncul tidak lama setelahnya.

"Eh Gi, Oddinary mau ngadain show, nih, di Jakarta bulan Oktober nanti!"

Karena posisinya yang masih berdiri tepat di depan kamar Gistara, maka tidak sulit untuk mendengar respon si cewek yang Athala tebak tengah menahan jeritan senang di dalam sana. Memang sudah dari beberapa bulan terakhir Gistara 'ngidam' sekali ingin menonton langsung penampilan ketujuh 'pangeran'nya itu, namun berhubung kasus yang datang ke mereka 'tak kunjung memberikan kelonggaran waktu sehingga ia tidak sampai hati pula bila harus mengambil cuti hanya untuk memuaskan hasrat pribadinya di tengah kawan seperjuangannya yang membudak dengan jam tidur yang dicuri-curi.

"Gue udah liat juga kok announcement-nya! Ingetin gue minggu depan buat beli tiketnya, ya!" seru Gistara dari balik kamar. Meskipun pekikannya harus ditahan agar tidak membangunkan orang rumah, Athala masih dapat membayangkan cewek itu pasti sedang melompat-lompat kegirangan di atas kasur sekarang.

"Beres! Tapi pesenin satu juga buat gue, ya?"

Cklek!

"Hah? Lo bilang apa barusan?"

"Gue mau nitip tiket show Oddinary ke lo."

Gistara menarik lengan Athala, membuatnya terhuyung masuk kembali ke dalam kamar. Tangannya dengan tergesa meraba permukaan dahi Athala dengan ekspresi wajah terheran-heran, "Normal aja kok. Lo kesambet setan cabang mana, huh?"

Athala mendengus, tangannya menepis tangan Gistara yang masih menempel di dahi, "Setelah gue pikir, mungkin lo bener. Kayaknya gue emang butuh hiburan dikit biar nggak gila beneran ngadepin kasus-kasus yang lagi membludak," ujarnya cuek sembari mengangkat kedua bahu.

Kedua mata Gistara membelalak, ia mencekal tubuh Athala yang hendak berjalan keluar, "Tapi Tha, lo serius mau ikut gue nonton mereka?"

Satu anggukan tanpa suara diberikan Athala setelahnya, berhasil membuat Gistara menutup mulutnya untuk meredam teriakannya sendiri. Setelah mengguncang-guncangkan tubuh Athala beberapa kali, ia membuka mulut, "Anjing! Kenapa lo nggak gini aja coba dari kemaren-kemaren? Kan jadinya gue nggak perlu repot-repot ngeyakinin bokap buat solo trip ke luar kota!"

Maka jangan salahkan Athala bila sebelah tangannya terangkat naik untuk memberikan satu jitakan sayang di kepala Gistara, "Dih ngelunjak, dikasih hati malah ngambil yang lain."

Bukannya mengaduh atau berteriak protes, cewek itu malah semakin melebarkan senyumnya, "Oke deh, gue keep, ya! Daripada lo berubah pikiran, mending gue aja yang ngubah pandangan lo tentang mereka. Siapa tau abis ini lo jadi ngefans juga kan gue jadinya gampang nyari temen nonton."

Dan Athala hanya bisa mengulum senyum ketika kikikan senang Gistara bahkan masih dapat ia dengar dari balik pintu. Cowok kelahiran September itu membaca lagi rangkaian kalimat yang muncul di laman resmi website Oddinary sembari bergumam, "Pre-sale tiketnya cuma dibuka satu jam dari jam dua belas malam? Interesting."

"Awas aja ya lo Gi kalau sampai dugaan gue bener."

"Our next stop is:
Jakarta.
13th October, 2025.

Wil you share your
most memorable
Halloween with us?"

♤ ♤ ♤

♤ ♤ ♤

"Susanné?"

Irish mengangguk, bibirnya mengembang membentuk senyum kecil, "Betul, Susanné. Anak kesayangan madamme Terrésa."

Di waktu yang sama, Julian dan Abraham saling melempar pandang tanpa suara. Mendapati mereka berdua yang memberi reaksi seperti itu membuat netra sipit Irish melebar, "Astaga, jangan bilang kalian belum mengenal madamme Terrésa."

"Sepertinya saya pernah mendengar namanya beberapa kali, tapi - " Abraham memberanikan membuka mulut, meski dengan kalimat yang rumpang, "tapi - "

"Kalau tugasku menjemput para anggota baru, maka madamme Terrésalah yang akan mengantar kalian bertemu langsung dengan Dia," sela Irish sebelum Abraham sempat menyempurnakan kalimatnya, "nah, seperti yang sudah kubilang tadi, Susanné itu anak kesayangannya. Sebelum naik pangkat, Terrésa dan aku adalah rekan kerja di Bali. Tapi setelah naik pangkat dan dipindahtugaskan ke ibu kota, sekarang anak cantik itu yang menuruni langsung bakat Terrèsa dalam merayu orang-orang untuk bergabung bersama kita."

Mendengar penjelasan panjang lebar dari bilah delima 'tak bertulang milik Irish, kepala Abraham dan Julian kini mengangguk-angguk. "Tapi, Madamme, apa mereka berdua tidak keberatan kalau harus dimintai tolong oleh anak bawang seperti kami?" Sekali lagi Abraham yang bertanya, bibir bawahnya digigit.

"Tentu saja tidak," Irish kembali mengembangkan senyum, "kalau bicara soal ritual agung yang dilakukan setiap tiga tahun sekali di bulan Oktober nanti, member-member kita pasti akan saling berlomba untuk berpartisipasi. Berhubung tahun ini kalianlah yang mendapat misi mengumpulkan massa sebanyak sepuluh ribu orang di tempat Terrésa dan Susanné bertugas, maka mereka berdua pasti akan dengan senang hati membantu."

"Kalian tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan," Irish menepuk pelan pundak Abraham, "selama kalian masih menjunjung tinggi sopan santun dan menghormati mereka yang pangkatnya lebih tinggi, maka tidak masalah. Mereka pasti dengan senang hati akan mengulurkan tangan."

Puk!

"Jul? Gue kira lo masuk kamar mau langsung tidur, taunya malah bengong gini."

Melalui satu tepukan yang ia terima di pundak kanan, Julian tersentak, lamunanannya ditarik habis dalam sekejap. Lantas ia menoleh, mendapati Darren berdiri di sebelahnya dengan membawa beberapa lembar kertas berisi sketsa pertunjukan mereka di kedua tangan.

Di bawah redup cahaya lampu kamar mereka, Julian tersenyum tipis sebelum menjawab, "Maunya sih gitu, tapi pikiran gue ribut banget," senyum getir terbit di kedua belah bibirnya, "gue masih nimbang-nimbang sesuatu, Ren."

"Loh, ada yang ganggu pikiran lo?"

Julian menyodorkan kertas kecil yang dari tadi digenggamnya ke hadapan Darren, sebuah kartu nama seseorang. Darren menyambutnya ketika Julian melanjutkan, "Lo yakin dia mau diajak kerja sama bareng kita?"

Sejenak Darren terdiam, matanya terfokus ke selembar kartu nama yang sekarang berpindah posisi ke tangannya. Di sana tertera nama seorang gadis cantik dengan identitas sebagai sekretaris pribadi seorang CEO perusahaan real estat terkemuka di kota yang tengah mereka pijaki saat ini.

"Gue juga belum pernah ketemu sama Susanné sih jadi gue nggak bisa kasih jawaban pasti, tapi," Darren menghela napas sebelum melanjutkan, "lo percaya sama madamme Irish, 'kan?"

Lo percaya Madamme Irish, 'kan?

Satu kalimat tanya itu entah kenapa terasa sangat berat bagi Julian untuk dijawab. Meski benaknya sendiri jelas-jelas telah meneriakkan sebuah fakta, namun tetap sangat kelu untuk ia ucapkan.

"Jul?"

Lagi-lagi Julian tersentak, pandangan matanya kosong ketika beradu tatap dengan milik Darren, "H-hah?"

"Kayaknya lo terlalu overthinking duluan, deh," Darren menepuk-nepuk pundaknya, senyum simpul ia berikan, "dah kita istirahat dulu aja sekarang. Besok baru dipikirin lagi masalah ini, oke?"

Ya gimana nggak overthinking. Terakhir kali gue percaya dia, kita semua jadi berakhir kayak gini.

Embusan napas dan anggukan kecil tanpa frasa diberikan Julian setelahnya. Hacker muda itu mengambil lagi kartu nama tadi dari tangan Darren lalu membuka dompetnya sendiri untuk menyimpannya di sana. Rasa takut dan khawatir tumpah ruah begitu ia membaca sebuah nama yang tertulis angkuh di selembar kertas itu, Susanné Ameera. Meskipun bisa dibilang ini bukan kali pertama ia dihadapkan dengan situasi bagai 'di tepi jurang' begini, namun tetap saja Julian tidak bisa mengusir pergi rasa ragu untuk menaruh kembali kepercayaan kepada wanita cantik yang menjadi sebab adanya awal cerita mereka bertujuh hari ini, Irish. Ia hanya tidak ingin membuat teman-temannya jatuh semakin terperosok ke dalam lingkaran setan ini.

Apa gue nggak bakal salah ambil keputusan lagi sekarang?

Darren telah naik ke atas dipannya sendiri yang berada di tingkat dua begitu Julian memutuskan untuk menyudahi pertengkaran batinnya dengan meletakkan dompet di bawah bantal. Sebelum ikut merebahkan diri di kasur, cowok itu berjalan menuju saklar lampu untuk mematikan penerangan dalam ruangan sekaligus mengunci pintu kamar.

Sayangnya, baik Darren maupun Julian tidak ada yang sadar bahwa sepanjang mereka bicara tadi, ada orang lain yang 'tak sengaja lewat dan memberhentikan langkahnya di depan kamar mereka.

"Madamme Irish? Susanné?"

♤ ♤ ♤

[a/n]

Hai! Aku tadinya mau update Malam Jum'at kemaren tapi lupa revisi hehe jadinya sekarang aja :D Makasih banyak, ya, udah mau baca sampe bab ini! Coba drop dong teori kalian, aku mau denger 👀

With Love,
kéa.

[Senin, 14 Agustus '23]

Продовжити читання

Вам також сподобається

BAD Jaemren [✔] (REVISI) Від Hoshi_kwon

Детективи / Трилер

356K 25.7K 17
Ini tentang Na jaemin dengan cara anehnya, dalam mencitai Huang Renjun. Warning!!! mengandung kekerasan, adegan penyiksaan, dan sejenisnya:) BXB YAOI...
The Billionaire Prison Від Penna

Детективи / Трилер

169K 4.8K 48
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
MEMBAKAR GAIRAH Від V.I.P

Детективи / Трилер

120K 467 38
(khusus dewasa) Joshua dan Reinata pernah menjalin hubungan asmara, tapi semuanya kandas karena insiden mengerikan di sebuah hotel. Hingga sepuluh ta...
KENZOLIA Від Alpanjii

Детективи / Трилер

73.9K 4.1K 13
Iexglez diketuai oleh Kenzo, anggota inti menyamar menjadi siswa di SMA Rajawali untuk suatu misi. Ditengah misi itu ada Lilia, gadis yang Kenzo suka...