.
.
.
Catherine menatap langit cerah dari jendela kamarnya.
Tepat hari ini, 1 tahun yang lalu ia bermimpi mengenai masa depan yang begitu jelas setiap detiknya. Entah apa itu mimpi ataukah ia yang mengulang waktu. Namun yang jelas, Catherine akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat akhir bahagia untuk semua orang.
Kali ini tidak boleh ada yang tersiksa karena-nya.
"Nona, surat dari Tuan Stinsky sudah datang, beliau mengabarkan akan tiba di manor esok pagi"
Catherine menoleh dan mengangguk pelan.
"Terimakasih, kau bisa beristirahat, aku akan memanggilmu jika membutuhkan sesuatu"
"Baik, Nona"
Dengan patuh pelayan pribadi itu keluar dari ruangan, meninggalkan Catherine yang kembali dengan isi kepalanya.
Kini gadis itu melihat sesosok lelaki dengan dengan ajudan dan beberapa prajurit berpangkat tinggi yang setia mengikutinya.
Catherine tersenyum lembut menatap lelaki yang paling menonjol disana dan menikmati pemandangan sebisa dan selama mungkin karena ia tahu, waktunya sudah tak banyak lagi.
***
November tahun 1522
Edward dan aku akan menikah sesuai dengan perjanjian antar kerajaan.
Selama pernikahan Edward memperlakukanku selayaknya. Tidak buruk, namun bukan hubungan manis sedikitpun.
Edward mengacuhkanku namun memastikan setidaknya aku hidup sehat dan nyaman.
__
Januari tahun 1523
Aku mengetahui fakta bahwa Edward memiliki orang lain dihatinya.
__
Maret tahun 1523
Edward menghabiskan hari ulangtahunnya dengan wanita itu.
**
Catherine menutup catatannya. Tidak ingin membaca lebih banyak dan membuat mood nya turun seharian.
Saat ini Mei 1522, 6 bulan sebelum pernikahan mereka diadakan.
Pernikahannya dengan Edward merupakan simbol perjanjian politik antar 2 kerajaan.
Kerajaan Berdinth- kerajaan asal Catherine dan Kerajaan Eudonia memiliki sejarah persahabatan yang cukup erat. Karena itu, perjodohan antar 2 negara ini pun bukanlah hal yang mengejutkan. Hal itu tentunya sudah di prediksi dan nyatanya perjodohan politik merupakan hal yang sangat umum.
Namun sayangnya, 2 keturunan lelaki Raja dari Eudonia sudah berkeluarga, karena itu perjodohan pun dialihkan pada Duke Emeric yang juga memiliki garis keturunan kerajaan sekaligus Grand Duke paling berkuasa di Eudonia.
Dan itulah awal mula mengapa Catherine- Putri bungsu kerajaan Berdinth berakhir disini.
***
"Selamat Pagi Tuan Putri"
Catherine mengangguk dan mempersilahkan Tuan Kinsky untuk kembali duduk.
"Jadi kau membawa semua yang kubutuhkan?"
Tuan Kinsky dengan sigap mengeluarkan beberapa lembar kertas dan memberikannya pada Catherine dengan sopan.
"Semua berjalan sesuai dengan kemauan anda"
Catherine membaca seksama seluruh dokumen yang diberikan oleh orang kepercayaannya itu.
"Tapi Putri, Yang Mulia mengundang anda ke istana kerajaan untuk membahas persyaratan terakhir anda"
Gadis muda itu menoleh dan mengangguk seakan sudah memprediksi hal tersebut.
"Kabarkan pada Raja Horion, bahwa aku akan berkunjung 3 hari dari sekarang"
Dengan sigap Tuan Kinsky mencatat perkataan Catherine untuk disampaikan pada Raja.
Mereka berbincang beberapa saat sebelum akhirnya Tuan Kinsky pergi.
***
"Tuan Putri, jamuan teh sore anda dan Duke Emeric sudah siap" ucap Siana -Pelayan pribadi Catherine.
Catherine mengangguk dan mengikuti langkah kaki Siana menuju rumah kaca- salah satu tempat favorit Catherine di manor ini.
Hampir seluruh bunga dan tanaman yang berada disini Catherine yang mengendalikan. Gadis itu diberi kebebasan oleh sang tunangan untuk menghias rumah kaca sesuka hatinya.
"Selamat Sore Grand Duke,"
Catherine memberi salam sesuai etika. Begitu pula Edward yang menggapai tangan Catherine dan mengecupnya singkat sebagai salam antar tunangan.
"Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?" Tanya Catherine.
Edward menggeleng,
"Aku baru sampai" ucapnya sembari membuka kursi untuk di duduki Catherine.
Gadis itu tersenyum lembut.
Edward saat ini maupun di masa depan tidak berubah. Lelaki itu memperlakukannya dengan cukup baik.
*
Edward menduduki kursinya setelah Catherine duduk dengan nyaman.
Setiap 1 minggu sekali, mereka memang menjadwalkan pertemuan minum teh di rumah kaca untuk setidaknya sebagai formalitas hubungan mereka.
Karena walaupun berada di manor yang sama, Edward terlalu sibuk untuk setidaknya menemui Catherine. Meskipun gadis itu tidak pernah mengeluh, namun Edward tetap mengusulkan pertemuan setidaknya 1 minggu sekali.
"Tuan Kinsky memberikan teh ini sebagai buah tangannya setelah mengunjungi bagian timur" ucap Catherine sembari menuangkan teh hijau ke cangkir Edward.
"Kudengar Tuan Kinsky berkunjung Kembali" ucap Edward sembari menyesap teh seduhan Catherine.
"Ya, maaf dia tidak bisa menyapamu karena ada urusan mendesak, dia juga tidak ingin mengganggu jadwalmu di barak"
Edward hanya mengangguk paham. Tuan Kinsky -yang dikenal sebagai Duta besar antara kerajaan Eudonia dan Berdinth itu memang sering kali berkunjung, dan ini bukan pertama kalinya lelaki berkepala 4 itu tidak menyapanya.
"Apa dia membicarakan mengenai pernikahan?"
Tangan Catherine sontak saja berhenti saat mendengar pertanyaan Edward.
Tak ingin terlihat aneh, dengan cepat gadis itu tersenyum.
"Ya,"
"Kerajaan sudah mempersiapkan? Seharusnya kita akan menikah 6 bulan lagi"
Berbeda dengan Edward yang sudah berusia 24 tahun, saat ini Catherine masih menginjak usia 16 tahun dimana ia belum dikategorikan sebagai orang dewasa. Karena itu mereka harus mengundur acara pernikahan hingga Catherine berusia 17 tahun.
Tapi,, kenapa Edward begitu tertarik dengan pernikahan mereka?
Biasanya... lelaki itu bahkan tak ingin membahas sesuatu yang berbau kearah sana.
"Ya... aku tidak begitu mengetahuinya. Aku akan menanyakannya saat bertemu dengan Raja" jawab Catherine.
Edward hanya mengangguk.
Untuk beberapa saat mereka saling terdiam dengan pikiran yang tidak dimengerti satu sama lain.
***
TBC
Published, 31-05-2023