Iridescent

By RaraCitra023

2.3M 206K 7.1K

Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "A... More

00| Blurb
01| Start
02| Be brave
03| How we
04| Talk that
05| About us
06| Xavierous
07| Beautiful Ghost
08| Party
09| Still Try
11| Hate you
12| Be Selfish
13| Sweet Male Lead
14| Danger!
15| Revenge
16| What?!
17| Stay with me
18| How about me?
19| Typa Girl
20| Kai, Thanks
21| Aurora's Past
22| Why You-?
23| War Is Coming!
24| Hallo, Daniel!
25| Nothing-
26| War Begins!
27| I'm Sorry
28| Please,
29| Goodbye, Marsel
30| Who is Vanilla?
31| Endings must Happen
32| The Truth
33| Next Chapter
34| Never like past
35| Two Characters
36| Karma
37| Goodbye, Miss Popularity

10| New Version of Us

73.9K 6.7K 117
By RaraCitra023

Kaki berbalut sepatu sneakers berwarna pink muda nampak dengan pelan keluar dari mobil mewah yang ia tumpangi. Sejenak perempuan itu merapikan poni yang menutupi dahinya, sebuah perubahan besar ketika ia memutuskan membuat poni pada rambutnya. Senyuman lebar ia tebarkan.

"Pak, nanti jemput kalau saya udah kabari ya" ujar Aurora

"Baik, nona"

Aurora menatap koridor dihadapannya, ia meraih airpods dari sakunya kemudian memasangkan di kedua telinganya yang berhias anting kecil. Kakinya mulai melangkah seiring dengan irama musik di airpods-nya, ia bergumam pelan mengikuti lagu.

Aurora mengernyit bingung ketika semua orang menatapnya terkejut, meski tak mampu mendengar gumaman mereka, namun Aurora mampu menyadari raut wajah mereka yang jelas terbaca olehnya. Aurora berhenti melangkah, namun raut wajah orang-orang nampak semakin aneh.

Sesaat Aurora terdiam dengan wajah bingung, namun kemudian ia menoleh.

Deg

Aurora tak mampu berkutik saat bibirnya menyentuh pipi Allaric yang entah sejak kapan memposisikan wajahnya sedekat itu pada Aurora. Namun, bukannya marah, Allarick justru tersenyum tipis dan menarik Aurora masuk dalam pelukannya. Melihat adegan tersebut, sontak saja membuat seisi koridor menjerit keras.

Allarick mengusap rambut Aurora lembut, kemudian kedua tangannya menutup telinga Aurora hingga sang pemilik semakin tak mendengar apa yang orang katakan tentang dirinya.

"She is my fiancé!"

Allaric mengecup pucuk kepala Aurora pelan, "Usik dia, cari masalah sama gue"

Pekikan koridor mulai sunyi, tatapan terkejut tak dapat terelakkan lagi.

"Aric, apa yang kamu lakuin?" Tanya Aurora sambil melepaskan pelukan Allaric. Namun tunangannya itu hanya menggeleng pelan dan menepuk pucuk kepala Aurora, setelahnya bergegas pergi tanpa kata meninggalkan Aurora sendirian.

Aurora menatap punggung Allaric bingung, ia melepaskan airpods di telinganya. Maniknya menyadari beberapa orang bahkan enggan menatap dirinya. Aurora berusaha acuh, ia berjalan cepat menuju kelasnya meski perasaannya berantakan karena Allaric.

■■■■

Aurora menghela napas panjang mendengar bel istirahat berbunyi. Ia menatap Freya yang terlebih dulu menatapnya tak berkedip, pun pula Vivian dan Maurel yang berbalik menatapnya lekat.

"Apasih? Kenapa liat gue gitu banget?" Kesal Aurora

Mereka masih belum menjawab, Aurora pun mencoba menerka apa yang membuat tatapan mereka begitu lekat menatapnya.

"Poni gue aneh banget ya? Orang-orang juga natap gue gitu pas di koridor, emang seaneh itu ya?"

"D-di koridor tadi emang lo nggak denger apapun?" Tanya Vivian ragu

Aurora menggeleng dengan polosnya, "Enggak, gue pake airpods. Terus Ar- maksudnya ada yang nutup telinga gue juga" jawabnya gugup.

"Allaric kan yang nutup telinga lo? Ralat bukan nutup lagi, tapi peluk bahkan cium" tembak Maurel tepat sasaran.

Aurora membula terkejut, menatap ketiga sahabatnya bingung.

"K-kalian tau?"

"Oh my god Aurora" Freya menatap teman sebangkunya frustasi. Ia sejenak menghela napas panjang, "Lo udah jadi ratu sekolah dalam sekejap. Asal lo tau, Allaric ngumumin bahwa lo tunangannya dan siapapun yang ngusik lo bakal berurusan sama dia. Gila aja nggak tuh"

Aurora merona sekaligus panik, "Dia bilang gitu?!" Teriaknya

Vivian, Maurel dan Freya mengangguk yakin. Kemudian Freya menarik tangan Aurora. "L-lo beneran tunangannya Allaric?"

Aurora menangguk pelan, kemudian terduduk lemas di kursinya. Namun rona di pipinya masih saja terlihat jelas.

"Gila sih, kita temenan sama calon menantu Maximillan. Kita punya pahala banyak ya?" Tanya Maurel

"Berhenti ledekin gue deh" keluh Aurora yang membuat tawa ketiga sahabatnya pecah.

"Yakin sih gue, Aurora bakal jadi pusat perhatian di kantin sekarang" Freya menatap sahabatnya satu persatu.

Vivian mengangguk setuju, ia menatap Aurora prihatin. "Sabar ya"

"Gue nggak ke kantin deh, kalian aja. Nanti baliknya bawain roti ya sama susu" Aurora menatap sahabatnya lemas.

"Yakin? Lo nggak laper? Perut karet lo kuat cuma roti sama susu?" Maurel tertawa

"Heh! Jangan jujur-jujur banget gitu dong" keluh Aurora

"Yakin nggak ke kantin?" Tanya Freya sekali lagi yang dijawab anggukan oleh Aurora

"Yaudah, kita ke kantin. Nanti baliknya kita bawain roti sama susu, tapi agak lama nggak papa?" Aurora hanya mengangguk menjawab perkataan Freya.

Ketiga sahabatnya pun bergegas pergi ke kantin meninggalkan Aurora sendirian di kelas. Helaan napas panjang terdengar dari bibir Aurora, ia menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan dan memilih sejenak memejamkan mata. Pikirannya kacau dan ia merasa bahwa tidur sejenak akan mengurangi kekacauan di pikirannya. Tak lama dengkuran halus terdengar, Aurora telah terlelap menjemput mimpinya.

Aurora terlalu nyaman dengan tidurnya hingga tak menyadari jika Allaric masuk ke dalam kelas. Allaric duduk di samping Aurora, tepat di bangku Freya. Dengan hati-hati, Allaric meraih Aurora dalam dekapannya. Aurora sempat mencari posisi ternyaman untuk melanjutkan mimpi indahnya hingga akhirnya kembali diam saat telah menemukan posisi nyaman dalam dekapan Allaric.

"You make me more interested every second we meet" bisik Allaric sambil merapikan poni Aurora

Senyum Allaric terbit, ia menunduk menatap Aurora yang dalam pelukannya. Allaric hanya diam, sesekali memainkan ponselnya dengan tangan kanannya yang tidak memeluk Aurora.

Allaric mengernyit saat grupnya ramai karena sebuah video, ia pun memutarnya. Namun ia lupa mengecilkan audionya hingga ia sendiri pun terkejut dengan suara keras dari video yang di kirim oleh sahabatnya, begitu pula Aurora yang langsung terbangun dari tidurnya.

Betapa terkejutnya Aurora ketika menyadari ia dalam pelukan Allaric, keduanya saling bertatapan dengan raut wajah terkejut. Cukup lama sebelum akhirnya Allaric berdehem dan memalingkan wajahnya. Telinga Allaric memerah pun pula pipi Aurora yang seperti tomat matang.

Aurora menatap Allaric garang, "Kenapa lo di sini?!"

"Nggak boleh?"

"Enggak, lo nggak boleh di sini. Ini kelas gue" sahut Aurora cepat.

Allaric menatap Aurora lekat, "So?"

Aurora salah tingkah sejenak, apalagi saat Allaric semakin memajukan wajahnya. Jarak keduanya pun semakin dekat, "Aric, jangan deket-deket!"

Aurora berusaha menjauh. Namun netranya membulat ketika tangan kekar Allaric menahan pinggangnya, ia refleks menatap Allaric dengan mata membulat penuh layaknya kelinci. "Aric.." gumamnya.

"Jangan menjauh" bisik Allaric

Aurora terpaku, maniknya tak lepas mengamati pahatan sempurna dihadapannya. Pun pula Allaric, manik abunya tak berpaling sedetikpun dari manik hazel yang kini menjadi kesukaannya.

"Nanti malem gue jemput, cukup pakaian casual jangan pakai dress. Just be yourself"

Aurora hanya diam, semakin mematung ketika Allaric mengecup keningnya setelahnya menepuk pucuk kepala Aurora dua kali dan pergi begitu saja.

"Hah?" Otak Aurora perlahan mencerna segalanya.

Ia buru-buru membekap mulutnya saat menyadari jika Allaric mengajaknya pergi berdua malam ini, senyum tak henti merekah dari bibir ranumnya. Bahkan Aurora telah berdiri dan berseru senang karena ajakan Allaric.

"Ini beneran? Aric ngajak aku jalan? Serius?!" Aurora berbinar cerah.

"Mama!! Aura seneng!"

Aurora tidak menyadari jika Allaric masih setia di depan kelasnya. Allaric tersenyum geli kemudian menyusul teman-temannya di warung luar sekolah untuk berkumpul.

Sementara itu, di sisi Aurora. Gadis itu masih sibuk menetralkan perasaannya yang terlalu senang, baru saja ia akan mengabari sahabatnya, namun notifikasi dari grup angkatan membuatnya membeku dengan wajah pucat.

Anonim~
Guyss!
Besok katanya ada murid beasiswa baru di kelas XII IPS 1
Dia cantik banget gila!

Aurora tersenyum, XII IPS 1 adalah kelas Allaric. Dan jelas ia tau jika satu-satunya kemungkinan bahwa murid pindahan itu adalah Vanilla. Takdir Allaric.

"Jadi harus secepat ini aku lepasin kamu, Ar?"

Aurora meletakkan ponselnya dan menatap bangku di sampingnya, bangku yang sebelumnya Allaric duduki.

"1 minggu, cukup kasih aku seminggu untuk simpan kenangan terbaik aku sama kamu" bisik Aurora pelan, maniknya kemudian berpaling pada pintu kelasnya "-sebelum akhirnya aku pergi dari kamu"


■■■■

30 Mei 2023

To be continue🐾


Continue Reading

You'll Also Like

125K 14.3K 60
Rebecca Anindira adalah Putri tunggal dari keluarga Maheswari, dia mempunyai seorang kekasih untuk yang pertama kali nya, dia sangat mencintai kekasi...
803K 71.3K 53
Cup Dari sanalah awal semua kehidupan gadis itu berubah... Dimana Sesha berciuman dengan mumi FIRAUN.
2.1M 49.3K 16
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.2M 12.3K 33
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...