Baby Project (COMPLETED)

By BlackStarofIN

689K 21.2K 2.6K

[21+] Hamil adalah satu-satunya cara untuk keluar dari dunia aneh ini? Adifa dan Zayn tiba-tiba masuk ke dun... More

PROLOGUE
1 Tersesat
2 Bertemu Orang
4 Solusi
5 Satu-satunya Jalan
6 Pernikahan
7 First Night (21+)
8 Mulai Bekerja
9 Let It Out
10 Only You
11 Tetap Pada Tempatnya (21+)
12 Bergantung
13 Stupid
14 No Attitude (21+)
15 Mesum
16 Hamil
17 Ngidam
18 Guilty
19 Tulus
20 Flexing
21 Dicabut (21+)
22 Positive
23 Laporan Zayn
24 Adifa vs Maharani
25 Bercinta di Sungai (21+)
26 Berhenti
27 Everything for You
28 Bisnis Zayn
29 Jengukin Dedek Bayi (21+)
30 Firasat Buruk
31 Pertunjukan
32 Berita
33 Family
34 Melepas Rindu
35 Manja (21+)
36 Gelisah
37 Melahirkan
38 Comeback
39 Remember
40 End : I'm Coming
Extended
Special Offer
PROMO LAGI

3 Kampung Kuno

15.4K 619 24
By BlackStarofIN

Hey Guys...!!!  Welcome back to my story...!!!

Siapa yg udah nungguin Baby Project??  Yg udah penasaran sama kisah Adifa dan Zayn yg nyasar di hutan??

Yg udah nungguin makasih yaa... Malam ini Author bawain lagi kelanjutan kisahnya buat kalian semua. Sebelum baca jangan lupa klik vote dulu biar nggak kelupaan ya guyss..

Langsung aja,  hope you guys enjoy it, let's check this out...

Enjoy and happy reading...

*
*
*

"Permisi Pak, maaf. Kami mau nanya, jalan keluar ke jalan raya arahnya kemana ya Pak?" tanya Adifa begitu sampai ke depan pria itu.

Pria yang ditanyai oleh Adifa itu pun menatap kedatangan Zayn dan Adifa dengan tatapan terkejut begitu mendengar pertanyaannya. Pria itu tampak sedikit memundurkan tubuhnya.

Adifa dan Zayn hanya saling melirik melihat reaksi aneh pria yang mereka temui ini.

"Kalian datang dari mana?" tanya pria itu menatap Zayn dan Adifa dengan tatapan menelisik.

"Kami dari kota Pak. Kemaren kami masuk ke pinggir hutan buat ngambil sampel tumbuhan yang akan kami bahas di sekolah, tapi kami nyasar dan nggak bisa pulang sampe sekarang." jawab Zayn menjelaskan.

Pria yang menanyainya itu tampak menggelengkan kepalanya seolah mendengar sesuatu yang sangat aneh dan tidak menyangka.

"Sebaiknya kalian ikut saya dulu, tetua kami akan menjelaskan kepada kalian nanti." ucap pria itu.

Zayn yang mendengar itu pun tampak mengernyitkan keningnya curiga. Jika diperhatikan lagi pria yang sedang mereka ajak bicara itu tampak jauh dari kata modern. Pakaian yang dikenakannya tampak seperti pakaian orang jaman dahulu dimana celana bahan yang dipakai tampak seperti yang dikenakan prajurit kerajaan, belum lagi kain usang yang dipakainya semakin memperjelas ketidakmodernan pria itu.

Zayn pun mengajak Adifa mundur sejenak untuk mengajaknya berdiskusi.

"Kamu ngerasa aneh nggak sama bapak-bapak itu?" tanya Zayn dengan suara kecil.

"Aneh gimana?" tanya Adifa.

"Bajunya kuno banget. Mana nggak pake sandal lagi di hutan gini." jawab Zayn membuat Adifa tampak mengamati penampilan pria itu yang dilakukannya secara terang-terangan.

Zayn yang melihat itu pun memejamkan matanya pasrah karena tingkah Adifa yang sangat terang-terangan itu.

"Kalau kalian tidak percaya kalian bisa pergi dan mencari jalan keluar sendiri. Tapi saat ini saya pastikan hanya tetua kami yang tau bagaimana cara kalian bisa keluar dari sini." ucap pria itu begitu mengetahui Adifa yang memperhatikannya lekat-lekat.

Mendengarnya Zayn pun segera menarik Adifa untuk mundur ke belakangnya merasakan aura berbeda dari pria itu. Ia menoleh dan mencoba bertelepati dengan Adifa tentang tindakan apa yang harus mereka ambil.

Adifa tampak menganggukkan kepalanya setelah beberapa saat menimang-nimang tindakan apa yang harus mereka ambil.

"Baik Pak, kami akan ikut bapak untuk menemui tetua yang Bapak bilang." ucap Zayn akhirnya.

Pria itu hanya mengangguk sekilas sebelum mengangkat kedua ember yang dibawanya dan menyuruh Adifa dan Zayn untuk mengikutinya.

Tampak suasana hutan yang dilalui Zayn dan Adifa benar-benar berbeda dari hutan tempat mereka mengambil tumbuhan kemarin. Hutan ini terkesan lebih asli dan sangat alami. Bedanya jalan yang mereka lalui tampak sudah terbuka seperti jalan setapak yang sering digunakan untuk lalu lalang. Mungkin untuk mengambil air seperti pria yang mereka ikuti saat ini.

Sepanjang jalan Zayn dan Adifa sama sekali tidak mengeluarkan suara, begitupun dengan pria yang memandu jalan mereka, hanya diam dengan pikiran masing-masing. Adifa sudah tidak bisa berpikir positif lagi mendengar perkataan pria itu mengenai jalan keluar. Sungguh ia berharap apapun yang ada di pikirannya tidak akan terjadi.

Lama mereka berjalan hingga akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan. Mungkin kalau bisa dibilang itu adalah perkemahan mengingat bentuk tempat tinggalnya yang tampak seperti tenda. Mungkin bukan benar-benar tenda, hanya saja besarnya menyerupai tenda.

Perkampungan itu diisi oleh rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan dinding bambu. Atapnya terbuat dari jerami dan ukurannya juga kecil. Mungkin tidak terlalu kecil tapi masih dibilang kecil dibandingkan rumah-rumah yang biasa dijumpai oleh Adifa dan Zayn. Mungkin hanya sebesar 4x7 m2. Selain itu peralatan yang ada di sekitar rumah juga sangat jauh dari kata modern. Semua terbuat dari kayu dan bambu. Jika kalian pernah menonton film tentang kerajaan mungkin bisa dibilang seperti itu.

Kedatangan mereka tentu menarik perhatian para penduduk yang ada di sana. Tidak sedikit yang menghentikan aktivitasnya hanya untuk melihat kedatangan Zayn dan Adifa yang sangat mencolok di tengah-tengah mereka. Hal itu membuat Adifa merasa gugup dan mulai menundukkan pandangannya. Berbeda dengan Zayn yang hanya fokus melihat-lihat sekitar.

Pria tadi akhirnya berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tampak paling besar dari rumah-rumah lainnya. Zayn dan Adifa juga langsung melihat rumah itu dengan pandangan kagum. Meskipun rumah ini tampak kuno dan primitif tetapi bagaimanapun rumah ini terlihat indah untuk ukuran rumah primitif.

"Kalian tunggu di sini." perintah pria yang tadi membawa mereka.

Pria itu masuk meninggalkan Adifa dan Zayn di luar. Membuat Zayn dan Adifa hanya saling menatap sebentar.

"Mereka bukan suku pedalaman yang kanibal kan?" bisik Adifa mulai menyuarakan pikirannya.

"Kalo mereka kanibal berate mereka harus saling bunuh untuk makan sehari-hari." jawab Zayn.

"Ihh, mending kita pergi aja yuk." ajak Adifa yang termakan pikirannya sendiri.

"Kalo mereka suku pedalaman nggak mungkin mereka ngomong pake bahasa kita." ucap Zayn menganalisa.

Adifa baru tersadar dengan hal itu. Sejak awal pria yang berbicara dengan mereka berbicara menggunakan bahasa mereka sehari-hari. Benar kata Zayn, kalau mereka suku pedalaman sudah pasti bahasa yang digunakan akan berbeda karena tidak pernah tersentuh unsur modern.

Tenggelam dalam pikirannya membuat Adifa tidak menyadari kalau pria yang tadi masuk sudah keluar dan mengajak mereka berdua untuk masuk.

Zayn segera menggiring Adifa yang masih melamun untuk masuk ke dalam rumah besar tadi. Sejak tadi pandangan Zayn selalu waspada dengan apa yang ada di sekitarnya.

Terlihat pria tadi sudah berdiri di samping seorang pria besar yang sedang duduk di sebuah kursi besar yang terletak agak tinggi dari lantai tanah itu. Pria besar tadi terlihat mengenakan pakaian yang berbeda dari pria yang tadi. Pakaiannya tampak menutupi seluruh tubuhnya dan terlihat lebih rapi. Terlihat seperti pakaian pejabat di jaman kerajaan. Entahlah hanya itu yang dapat dipikirkan Adifa.

Pria besar yang melihat kedatangan Adifa dan Zayn tampak tercengang sebelum akhirnya berdiri dan melangkah mendekati mereka berdua. Pria besar itu memiliki wajah tegas yang berwibawa. Mungkin berusia sekitar 50 tahunan.

"Darimana kalian berasal?" tanya pria besar tadi yang melihat Zayn dan Adifa dengan seksama.

"Kami berasal dari kota Pak." jawab Zayn sopan.

"Bukan itu, dari abad berapa kalian berasal?" ulang pria itu lagi.

Mendengarnya Zayn dan Adifa langsung saling melihat dengan alis tertaut sebelum kembali menatap pria besar.

"Kami dari abad 21 Pak." jawab Zayn.

Pria besar itu tampak mengangguk sebelum menghela napas panjang. Pria besar itu tampak kembali ke tempat duduknya sembari memijat keningnya.

"Kalian telah memasuki dimensi berbeda. Kalian saat ini berada di abad 16." ucap pria tadi menatap Zayn dan Adifa.

Sontak Zayn dan Adifa membulatkan matanya. Abad 16 dibilang? Yang benar saja. Bahkan mereka hanya masuk hutan dan sekarang tiba di abad 16?

"Apa? Gimana bisa? Nggak mungkin!" pekik Adifa tidak menyangka.

"Sebenarnya ada apa Pak? Kenapa Bapak bilang kami ada di abad 16? Kami hanya masuk hutan sebentar dan masuk abad 16?" tanya Zayn lebih tenang dengan bahasa yang sudah berubah menjadi bahasa baku seperti pria itu.

"Apa kalian berasal dari hutan di seberang sungai?" tanya pria besar itu.

"Benar Pak." jawab Zayn lagi.

"Hutan itu memang memiliki sesuatu yang mistis. Kami menganggapnya hutan sakral dan selalu menjaga kelestariannya. Saya tidak menyangka hutan itu bisa mendatangkan manusia dari dimensi waktu yang berbeda." jelas pria besar itu.

Zayn dan Adifa juga tidak menyangka apa yang sedang terjadi saat ini. Hal ini sungguh berada di luar nalar dan logika.

"Lalu apa yang harus kami lakukan untuk kembali Pak?" tanya Zayn mencoba tidak terlalu syok.

"Saat ini saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Saya harus berdoa dan bertanya kepada leluhur untuk meminta petunjuk. Untuk saat ini kalian bisa tinggal sementara di kampung ini." jawab pria besar itu tenang.

"Kapan Bapak akan berdoa untuk meminta petunjuk?" tanya Zayn lagi.

"Beruntung kalian datang hari ini karena nanti malam adalah bulan purnama. Saat yang tepat untuk berdoa kepada leluhur." jawab pria itu lagi.

"Kalian akan menginap di salah satu rumah di sini. Catur akan mengantar kalian. Besok pagi saya bisa menyampaikan informasi yang saya dapat." lanjut pria besar itu.

Zayn dan Adifa tampak saling melirik mendengar tawaran dari pria besar itu. Apakah mereka harus menginap di sini?

"Kalian tidak perlu khawatir. Kampung ini bukan kampung kanibal seperti yang kalian pikirkan." ucap pria besar itu yang membuat Zayn dan Adifa terhenyak karena pria itu mengetahui isi pikiran mereka.

"Nama saya Gana, tetua di kampung ini. Pria yang mengantar kalian kesini namanya Catur. Saya tau masih banyak hal yang ingin kalian tanyakan. Saya akan memberitahukan intinya kampung ini memang jauh dari kampung yang kalian tahu karena rentang waktu yang sangat jauh. Saya memiliki informasi tentang dimensi kalian tapi tidak di abad 21, melainkan abad 19. Saya pernah masuk dimensi lain, tapi kasusnya saya dibantu oleh leluhur. Sementara kalian masuk dengan sendirinya. Jadi saya perlu bertanya dulu kepada leluhur. Kalian tenang saja karena kalian berada di tempat yang aman." jelas tetua yang bernama Gana itu.

"Catur akan mengantarkan kalian ke rumah tinggal kalian." tutup tetua mengakhiri pertemuan mereka.

Pria bernama Catur itu segera mengantarkan Adifa dan Zayn keluar dari rumah besar milik tetua. Mereka berjalan di perkampungan itu menelusuri rumah-rumah penduduk dan berpapasan dengan banyak orang.

"Kalian tenang saja. Kampung kami adalah kampung yang aman. Selagi tetua mengatakan akan mencari solusi maka solusinya pasti akan datang besok pagi." ucap pak Catur memulai pembicaraan.

"Apa Pak Gana memang pernah berpindah dimensi?" tanya Zayn.

"Iya. Hanya sekali kira-kira 10 tahun yang lalu. Saat itu kampung kami terkena wabah dan membuat tetua mencari cara untuk menangani wabah kemanapun, termasuk pindah dimensi." jawab pak Catur.

"Nah kita sudah sampai." jawab pak Catur tepat di depan rumah kecil yang tampak bersih.

"Ini adalah rumah tetua yang dikhususkan untuk para tamu yang singgah ke sini. Sekarang kalian bisa tinggal untuk sementara di sini." jelas pak Catur.

Adifa dan Zayn berterimakasih kepada pak Catur sebelum pria itu berpamitan untuk mencarikan makanan untuk mereka berdua.

Adifa dan Zayn mulai memasuki rumah itu. Rumah dengan dinding anyaman bambu yang tampak kecil itu terlihat bersih di dalamnya meskipun berlantaikan tanah. Rumah itu memiliki ruangan besar yang langsung terhubung dengan pintu keluar. Ruangan kecil berisi dipan tempat tidur dan juga tampak perabotan kayu yang menyerupai meja dengan berbagai peralatan kuno di atasnya.

"Kita harus tinggal di sini malam ini?" tanya Adifa memperhatikan segala kondisi rumah itu.

"Ini lebih aman daripada kita tidur di bawah pohon di luar sana." jawab Zayn yang tampak menurunkan tasnya ke atas dipan tempat tidur yang hanya dialasi tikar anyaman daun yang entah apa.

"Tempat tidurnya cuman satu." keluh Adifa sambil memperhatikan sekelilingnya yang hanya lantai tanah.

"Kenapa emangnya?" tanya Zayn yang kini mendudukkan diri di dipan itu.

"Masa kita tidur berdua di sini?" balas Adifa dengan kening mengkerut.

"Bahkan kita tidur sambil pelukan tadi malem." sahut Zayn yang membuat Adifa langsung memejamkan matanya merasa malu.

"Itu kan karna dingin banget. Masa kita harus tidur kayak gitu terus sih?" protes Adifa.

Zayn yang melihat tingkah Adifa hanya tersenyum kecil. Adifa sangat lucu jika dalam kondisi malu begitu.

"Paling nggak cuman sampe besok. Semoga aja besok pak tetua Gana itu dapat solusinya." ujar Zayn menghela napas.

Adifa hanya mengangguk dan ikut mendudukkan dirinya di atas dipan itu. Ya semoga saja tetua itu mendapatkan solusinya malam ini karena jujur saja Adifa tidak ingin terus berlama-lama hanya berdua bersama Zayn. Apalagi mengingat kejadian tadi malam membuatnya tidak memiliki muka menatap Zayn.

*
*
*

TBC

Gimana part ini???  Siapa yg makin penasaran??

Yg makin penasaran kalian wajib banget tekan tombol bintang untuk vote dan komen sebanyak-banyaknya yaa Author tunggu.

Ok, see you in the next chapter...

Continue Reading

You'll Also Like

146K 4.3K 21
"Kamu sudah berani kembali, itu artinya kamu enggak bisa berharap aku akan membiarkan kamu pergi lagi." Allucard. Empat tahun yang lalu, Sheina menin...
376K 19.1K 21
[SEQUEL STOLE HIS HEART] 21+ Setelah kematian Kathleen Riamos, hidup Ansell Millian berubah. Dia seakan tak bernyawa. Dingin tak tersentuh. Meski sen...
469 131 5
"Saya tidak mau tahu, saya mau ganti rugi. Kerugian saya sangat besar hanya karena kelalaian ekspedisi kamu," ucap Delon "Kami sangat mengerti, tapi...
189K 12.1K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...