THE VILLAIN (BibleBuild)

By biy_yourmamagula

110K 13.3K 1.9K

Pensiun dari dunia Ice Skating akibat cedera kaki, Build merasa bahwa seluruh tujuan hidupnya hilang. Kondisi... More

0. Prolog
1. The Rising Star, Build Jakapan
2. I Wish I Was You, Pete
3. I Am Pete Jakapan
4. The Night Club
5. By The Way, I'll Change The Story
6. Something's Wrong
7. The Unspoken Truth
8. Ain't Your Omega (M)
9. Unpredictable Secret
10. Desire (M)
11. Q-Time With Phi Mile
12. Mr & Mr(s) Ratanaporn
13. The Man Who Can't Be Moved
14. Who's Nirmala?
15. Lies Over Lies
16. Have You Ever Loved Me?
17. Tasted Like a Real Heaven (M)
18. I Got You
19. Are You Coming Back, Pete Jakapan?
20. Start, Now! (Jak's POV)
21. The Forbidden Name
23. Adopted Son?
24. Lana, The Last Nirmala
25. Accident

22. Jealousy, Jealousy

1.6K 199 30
By biy_yourmamagula

Muak.

Itulah yang dirasa oleh Jakapan pasca Wabah-Bermimpi-Xavier mengganggu dirinya hampir setiap saat. Tak hanya membingungkan, sosok Xavier dalam mimpi Jakapan berhasil membuatnya rasakan debaran yang sedikit janggal. Kondisi ini sempat membuat Jakapan curiga bahwa mungkin, ia telah jatuh untuk mencintai Wichapas. Memang, Jakapan sempat menduga bahwa hal yang menimpanya saat ini berkaitan dengan kenangan milik Pete Jakapan yang asli. Tak bertahan lama, dugaan itu lekas ditepis oleh Jakapan setelah menyadari bahwa ia telah menjawab pertanyaan lama dengan pertanyaan baru.

Kalau memang mimpi itu berkorelasi kuat dengan kenangan dan perasaan Pete Jakapan yang asli, lantas..

Kenapa aku bernama Lana?

Kenapa Wicha bernama Xavier?

Kenapa harus nama-nama asing itu?

Tenggelam dalam lamunan, Jakapan tak menyadari bahwa omega lain di sebelahnya mulai kesal. "Jak! jawab! jangan diam saja!"

"Hah? apa? Maaf, Nit. Aku mengantuk dan tidak mendengarmu."

Tay Nititorn, pria yang semula melirik tajam ke arah Jakapan pun melembut dengan rasa khawatir. "Kenapa bisa?? kau insomnia? tunggu dulu, aku akan beritahu Phi JJ dan—"

"Nit, jangan. Aku hanya.. tadi malam.. aku begadang karena menonton film." Tak ingin melanjutkan topik, Jakapan kembali buka suara. "Tadi kau bicara apa? coba ulangi."

Nititorn mengarahkan kepala Jakapan untuk menoleh ke kanan. "Kau lihat!!! Si Gundik itu memakai crop top demi tebar pesona! apa dia tak kedinginan? Demi Tuhan, ini musim dingin! hanya karena hari ini kita menyambut para alpha, dia rela melakukan semua itu! menjijikan!" Tak mendengar jawaban, ia beralih menatap Jakapan.

"Apa dia meniru gaya berpakaianmu? Cih, tubuhnya saja tidak indah! suami brengsekmu itu benar-benar bodoh!!! mengabaikan berlian untuk seonggok kotoran kucing!"

Menghela nafas panjang, Jakapan tak memiliki opsi selain mengiyakan apa yang dikatakan oleh Nititorn. Naphat yang selama ini terlihat lebih banyak diam seraya melakukan tugas selaku manager rupanya masih, mendamba Wichapas. "Kita di bandara, Nit. Ada banyak orang, jangan merusuh. Biar saja, mungkin dia bercita-cita untuk menjadi beruang kutub. Ya, terserah lah kalau memang dia ingin berlaku murahan saat Wicha tiba. Aku lebih semangat untuk bertemu Nattawin."

Setengah fakta, setengah dusta. Saat ini, Jakapan memang bahagia untuk menyambut kedatangan sahabatnya. Meskipun, alasan dari sikapnya saat ini lebih mengarah pada pengalihan atensi. Sudah cukup akhir-akhir ini Jakapan dibuat salah tingkah setiap memikirkan Xavier yang kebetulan, wajahnya sama dengan Wicha. Jika Naphat berhasil merebut perhatian Wicha, maka Jakapan bisa terbebas dari jangkauan suaminya itu. Jujur, Jakapan takut untuk bergerak maju. Bagaimana jika ia mencintai Xavier yang hanya ada dalam mimpi? lalu, haruskah ia tersiksa setiap melihat interaksi Naphat dan Wicha? hanya karena Wicha dan Xavier berwajah sama? tidak, jangan sampai hal itu terjadi. Jakapan enggan mengulang akhir tragis dari novel dengan satu alasan yang sama, cinta buta.

"Jak, kau dan Nattawin.. kalian yakin hanya bersahabat?"

Belum sempat Jakapan menanggapi, Jayler tiba-tiba datang dan menyela. "Mereka sudah tiba, jadi—"

"VEGAS!!!"

Baik Jakapan, Jayler maupun Nititorn, ketiganya melirik Naphat yang berlari ke arah Wichapas untuk memberikan peluk. Tipikal adegan romantis dalam drama, cukup menggelikan.

"Jakapan! dia benar-benar kelewatan! berani sekali memanggil suami orang dengan nama inner wolf nya! kau saja yang istrinya masih memanggil nama tengah. Bajingan tengik! aku akan—"

"Nit, hentikan." Memberi usapan pada bahu, Jayler tak ingin calon omeganya membuat kekacauan. "You okay, Jak?? banyak kamera di sekitar kita, jangan meledak di hadapan publik. Aku tahu kau hebat untuk menahannya."

Mengabaikan protes dan petuah yang ditujukan padanya, Jakapan kesulitan dalam menebak makna dari perasaan hati. Aneh, debar jantung yang sedari tadi menggila seketika hilang terganti sakit. Sesak, Jakapan merasa lehernya tercekik saat Naphat memeluk Wicha.

Sadarlah, Jakapan.. Wicha dan Xavier itu bukan orang yang sama. Berulang kali ia bermonolog dalam hati seraya beradu tatap dengan Wichapas yang anehnya, tak merespon pelukan dari Naphat.

"Kita bukan di Thailand, Jak. Apa yang membuatmu begitu nekat melupakan sarung tangan?!" Secara mengejutkan, Nattawin berdiri di hadapan Jakapan. "Kau tidak kedinginan? dasar teledor, kalau demam bagaimana?!"

Terkekeh, Jakapan cukup lega karena Nattawin sudah menolongnya dalam tujuan pengalihan isu. "Cerewet, kau tidak merindukan aku??! Huhu, hati mungilku tersakiti—" Belum sempat menyelesaikan ucap, Jakapan cukup mati gaya kala menerima peluk dari Nattawin.

"Kau tidak tahu apa-apa, Jak. Rindu yang bersarang dalam hatiku, serta keinginan untuk berlari ke arahmu, kau tidak tahu.. aku tersiksa."

Wichapas yang sedari tadi diam pun akhirnya mencapai batas kesabaran. Dengan sedikit memaksa, pria alpha yang menekan udara lewat feromon kemarahannya pun bersiap abaikan rasionalitas.

"Tuan Jayler! adik iparku bilang dia memiliki sebuah manor yang dapat kita tempati. Haruskah kita adakan pesta untuk merayakan segalanya?" Membaca peluang kekacauan, Mile merangkul pundak Wichapas serta mengarahkan sang adik ipar untuk bicara dengan Jayler.

"Wah, ide yang bagus. Kami sangatlah tersanjung untuk menerima kebaikan dari tuan-tuan sekalian. Perlukah kita mengundang wartawan?" Memahami kode dari Mile, Jayler pun buka suara.

"Lepas! jangan sok akrab! si brengsek itu memeluk istriku, omegaku!"

Tanpa melunturkan senyum khasnya, Mile menahan Wichapas. "Tenanglah, wahai adik ipar tercinta. Saat Naphat memelukmu, Jakapan diam saja. Kau juga harus melakukan hal yang sama. 1 + 1 = 2, semua harus tepat." Lain di mulut, lain di hati. Tanpa sadar, Mile menatap kedekatan antara Nattawin dan Jakapan dengan netra yang juga meredup.

*****

Pesta dan makan malam berlangsung dengan sangat baik. Suka cita seluruh pihak yang terlibat diabadikan media untuk konsumsi berita. Mendapatkan respon positif bukanlah capaian sulit. Perkara kebenaran di belakang layar, publik tak perlu tahu. Termasuk saat seluruh pemeran kembali fokus pada urusan masing-masing.

"Vegas~ sepertinya aku mabuk.."

"Ya ampun, kekasihku imut sekali."

"Ish, Vegas! jangan menggodaku."

Brak.

Tanpa niat untuk menaruh botol wine yang telah ia pakai untuk menggebrak meja, Jakapan menatap sengit ke arah dua sejoli di hadapannya. "It's fucking disgusting, can you guys shut the fuck up? pergilah ke kamar, kalian terlihat seperti anjing birahi."

"Jakapan, jaga ucapan—"

"Ya, ya, ya, terserah. Kalian bisa saling menjilat tubuh masing-masing di atas meja. Good night, have fun, Bastards!" Mengabaikan Wichapas yang nampak tersinggung, Jakapan pergi tinggalkan kursinya. Langkah demi langkah yang gontai dalam pengaruh minuman tak mampu untuk hentikan Jakapan. Pria omega itu bernafas lega kala bertemu dengan sebuah balkon tak bertuan.

"Menyebalkan, semua orang memiliki urusan dan.. menghilang, begitu saja." Langit malam berhias salju mendekap Jakapan dalam keheningan. Entahlah, tiba-tiba saja ia merasa sepi di bawah naungan kabut. "Niti sakit, Jayler pun pergi untuk merawatnya. Natt hilang, Phi Mile juga. Wicha dan Naphat.. ya, sudahlah. Dunia ini memang dimiliki oleh tokoh utama seperti mereka."

Membuka jas yang ia gunakan di luar kemeja, Jakapan melangkah ke tepian balkon. Botol wine yang semula hadir di atas meja telah ia genggam di salah satu tangan. "Bodoh, kau sudah gila?? kenapa harus marah? mereka berdua saling mencintai. Sejak awal pun, kau hanya orang luar yang datang kemari secara ajaib. Kau bukan Pete Jakapan, kau tidak boleh mati konyol. Dia.. dia, dia bukan Xavier.."

Berharap agar sesak yang ia rasa akan segera hilang, Jakapan meneguk habis wine yang dibawanya. Mudah baginya untuk abai terhadap pening di kepala, sulit baginya untuk diam kala ketahui bahwa ia telah ditemani. "Pergi, tidak sopan untuk mengganggu ketenangan orang lain. Tempat ini sudah kuambil duluan." Tak ada jawaban. Seseorang yang Jakapan usir bersikukuh untuk mendekat ke arahnya.

"Kau tidak mengerti bahasa manusia? pergilah sebelum aku—" Jakapan tak melanjutkan ucapan saat jas maroon tersampir di kedua bahu. "Wichapas, berhenti main-main denganku. Kau.. jangan tinggalkan Naphat."

Pria alpha yang namanya diujar oleh Jakapan pun tertawa. "Anggur merah dan hujan salju di malam yang gelap, kau orangnya melankolis sekali, ya?" Tak memperoleh jawaban, Wichapas pun membalik tubuh Jakapan hingga menghadapnya. "Ini sudah botol ke-4 dan kau masih sanggup mengusirku. Toleransi alkoholmu luar biasa."

Jakapan tak menghiraukan ucap dari lisan Wichapas. Pria omega itu sibuk untuk mengamati netra yang tertuju hanya padanya. "Sialan, kau dan dia, kalian terlalu mirip. Kenapa sifatmu jauh berbeda dengannya?? bisakah.. bisakah kau menjadi dia? aku.. mau, aku mau dia, bukan kau." Bayangan wajah dan lembut dari sosok Xavier seketika hadir dalam ingatan. Sakit, Jakapan hancur kala merindu pada bunga tidurnya.

"Kau mabuk, Jak. Bicaramu melantur. Lebih baik—"

"Aku tidak mabuk! hatiku sakit, sakit.. sekali. Sakitnya tidak mau hilang. Tak peduli seberapa banyak minuman itu aku habiskan, di sini.. sesak." Jakapan menunjuk pada dadanya. Hilang daya keseimbangannya hingga nyaris jatuh ke atas lantai.

"Dasar ceroboh." Wichapas meremas kuat pinggang Jakapan yang ia tahan. "Apa yang terjadi padamu? bicaralah. Kenapa kau terus menghindar? kalau memang aku berbuat salah, aku akan meminta maaf. Tidak bisakah.. tidak.. bisakah kau hanya merindu padaku? kenapa Nattawin yang tadi—mphh!!"

Dalam satu tarikan kerah dari kemeja yang Wichapas pakai, sebuah ciuman dicipta Jakapan tanpa permisi. Gerak yang dipintal untuk benang saliva itu terlampau agresif hingga sulit dibuat imbang. Jakapan terengah, Wichapas merasa panas. Ereksinya bangkit atas harap untuk mengikat omega yang ia jamah dengan lapar. Terus seperti itu hingga Jakapan menyudahinya.

"Salahmu banyak." Menangkup wajah Wichapas, ekspresi Jakapan sangatlah kelabu. "Satu, kau tak membalas cinta Pete Jakapan. Dua, kau selingkuh. Kau mendua hati dengan jalang. Tiga.. kau brengsek. Kau mengacaukan hati..ku."

Brugh.

Memeluk Jakapan yang jatuh pingsan, Wichapas hanyut dalam kebingungan situasi. Setiap kata yang Jakapan ucap selalu ampuh hadirkan teka-teki. "Aku memang jahat, tapi kau yang memulai semua ini. Kau mempermalukanku di hadapan umum, menghinaku, bahkan kau.. kau melupakanku, Build."






TBC

Kalian nunggu mereka ninaninu gak sih? sabar ya, gak lama lagi. Mereka nih soalnya alpha sama omega, jadi ya hngggg harus itu.. anu.. rut sama heat 😓

See you next chapter! ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

16.8M 731K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
772K 77.5K 25
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
338K 26.3K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
569K 41.1K 39
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...