8th Grade [END]

By permenyupi123

4.3K 940 547

Naksir cowok culun kelas sebelah Start: 26 Januari 2022 End: - Highest Rank: #1 Puberty 2/2/2022 1. Dilarang... More

Cast
[L] 1. Copycat
[L] 2. Matchmaker
[L] 3. Culprit
[L] 4. Goodie Bag
[L] 5. Kiss You
[L] 6. Biggest Enemy
[L] 7. Heartbeat
[L] 8. New Phone
[L] 9. 33,33 Minutes
[L] 10. His Friend
[L] 11. Movie
[L] 12. Rapunzel
[L] 13. Annoying 'Brother'
[L] 14. Camping
[L] 15. Am I Pretty to U?
[L] 16. Pizza
[L] 17. The Weather is Hot
[L] 18. Holding Hands
[L] 19. Mine
[L] 20. Ice Cream
[L] 21. Message
[L] 22. Wet Dream
[L] 23. Contact Name
[L] 24. Lies
[L] 25. Study Tour
[L] 26. The Happiest Girl in Bali
[W] 27. Do I Like Her?
[W] 28. Anger
[W] 29. Lovely
[W] 30. Sleep Call
[W] 31. Dilemma
[W] 32. Break Up
[W] 33. Single
[W] 34. Sudden Attack
[W] 35. 9th Grade
[W] 36. Romeo
[W] 37. Hug
[W] 38. Past
[W] 39. Struggle
[W] 40. Move On
[W] 41. Final Exam
[L] 42. Reunion
[L] 43. Friend?
[L] 44. Fries
[L] 46. Fake or Real
[L] 47. Cheerleader
[L] 48. Tired
[L] 49. Healing
[W] 50. Wallpaper
[W] 51. Say You Love Me (Ending)

[L] 45. Weird

29 9 4
By permenyupi123

"Ini jam berapa sih?" Wildan melihat jamnya. "Pulang sekarang yuk!"

Aku ikut mengecek jam tanganku sendiri, sudah pukul 15.12.

"Yaudah. Bye, Wil. Ati-ati." Aku melambaikan tangan.

Wildan melangkah ke motornya, kemudian memasukkan kepala ke dalam helm bersiap pergi.

Sementara itu, aku balik badan ke area sekolah untuk mengambil motor di parkiran.

Begitu keluar dengan motor dari area sekolah, Wildan ternyata masih di depan gerbang dengan posisi seperti tadi. Kukira dia sudah pergi.

Tin!

"Ayo, Wil!" panggilku sambil membunyikan klakson satu kali saat melewatinya.

Aku melihat kaca spion kanan dan Wildan ikut melaju di belakang.

Sepanjang perjalanan, kadang bocah itu menyalipku, kadang aku menyalipnya. Saat jalannya sepi, dia membarengiku di samping.

"Lin!" teriak Wildan tiba-tiba sambil mengklakson. "#!#!#!#!#!#!#es!"

"HAH?"

"#!#!#!#!#!#!#es!"

"Hah? Main pe-es?"

"#!#!#!#!#!#!#!"

Bocah itu menyalipku, kemudian berhenti di tepi jalan dan menengok ke belakang. Membuatku otomatis ikut menepi.

"Kenapa sih?" tanyaku bingung.

"Banmu kempes." tunjuknya ke ban belakang motorku.

"Oh, kirain apaan. Emang kempes daritadi pagi. Biarin aja."

"Kalo kempes ya ditambal lah."

"Ntar aja biar ayahku kalo pulang kerja."

"Kelamaan, mending sekarang, tuh di depan situ ada bengkel. Buruan."

Aku diam sejenak sambil menatap ke bengkel itu, "Gak usah deh, biar ayahku aja nanti."

"Masa kamu mau naikin motor yang bannya bocor gini ke rumah? Bahaya tau. Orang aja biasanya dituntuntun kalo bannya bocor. Rumahmu masih jauh loh."

"Ya aku bawanya pelan-pelan."

"Ditambal aja, Lin."

"Ntar aja."

"Kenapa sih? Takut digodain sama abang-abang bengkelnya? Hahaha."

"Enggak ya."

"Buruan tambal sekarang, aku bilangin ke abangnya."

Akhirnya aku mengikutinya ke bengkel yang ditunjuk tadi. Motorku diparkir dan distandar dua setelah Wildan bilang ke abang-abangnya kalau bannya bocor.

"Ini mau ditambal aja apa diganti ban? Tambalannya udah banyak banget."

"Lin." Wildan menoleh padaku.

"Gak tau, kan aku gak ngerti soal perbengkelan. Bagusnya aja."

"Ganti aja, Bang." kata Wildan.

Kami berdua duduk di kursi kayu sembari menunggu motorku diganti ban dalam.

"Ketahuan belom pernah ke bengkel kamu, Lin."

"Ya emang belum pernah. Kamu berekspektasi aku sering ke bengkel?"

"Gak mungkin sih." kekehnya.

"Kalo yang bawa ke bengkel gitu biasanya ayahku. Kalo gak Kak Yudha. Tapi dia udah gak di sini. Udah merantau di Kalimantan sekarang, kerja di sana."

"Terus kamu kesepian dong?"

"Gak, aku malahan happy. Cuman gak enaknya, sekarang jadi aku terus yang disuruh-suruh ibu. Dulu kan dia."

"Kakakku juga kuliahnya ngekos, Lin. Jadi karena sekarang gak ada dia, yang dimarahin Bunda aku terus."

"Kalo aku untungnya masih ada adekku, jadi gak cuma aku yang dimarahin." kekehku.

"Oiya Lin, waktu itu Nono nanya aku bener enggak kamu pacaran sama Jeje. Terus dia panik gara-gara udah ngomong sesuatu ke kamu."

"Oh iya, udah beres kok."

"Emang ngomong apaan sih? Kok ampe panik gitu dia?

"Biasa, celetukan anak SMP."

Alis Wildan menyatu, "Celetukan anak SMP?"

"Dan, udah kelar nih bannya." abang-abang bengkel memotong pembicaraan kami.

"Lin, bayar."

"Iya."

*****

Sherin SMP:
Kalo ini curhat tentang betapa cueknya jeje ke kamuh
Sori aku sibuk

Padahal dulu tiap dia curhat tentang Kak Thunder aku selalu mau merespon 24/7.

Cesa juga. Anak itu kalau chat-an selalu fast-response, tapi giliran aku mulai membahas Jeje, dia langsung slow-response. Padahal tiap kali dia curhat tentang kejombloannya selalu kurespon dengan antusias.

Aku kembali membalas pesan Sherin.

Lina:
Orang cerita tentang kak damas
Bukan jeje

Padahal tadinya Jeje.

Aku kemudian cerita tentang cowok kuliahan itu.

Lina:
Jadi gitu sher
Dia kayanya cowo baik2
Kamu udah liat sendiri gimana IG nya kan?

Sherin SMP:
Yaudah tunggu apa lagi
Be happy with ka damas

Aku kemudian cerita kalau tadi bertemu Wildan dan dia mengucapkan sesuatu tentang Kak Damas.

Lina:
Masa wildan bilang kak damas cowok mesum?

Sherin SMP:
Kok dia ngomong gitu?
Tau darimana mesum?

Lina:
Kayaknya dia kenal
Orang dia langsung tau namanya
Terus tau nama band nya juga

Sherin SMP:
Tapi bisa aja tu anak ngadi2
Biar kamuh ngejauh dari kak damas
Wildan kan suka kamuh lin

Lina:
Ngapain juga ngelakuin kaya gitu
Kayanya ga mungkin
Lagian dia punya pacar

Sherin SMP:
Udah putus lin
Sekarang fania deket ma kakel

Lina:
Emang iya?

Sherin SMP:
Heem
Tapi ga tau udah jadian apa belom
Aku cuma diceritain temenku
Yang seekskul ama fania

Lina:
Barusan aku cek fb
Relationshipnya udah single
Bukan married with wildan satrio lagi

Sherin SMP:
Nah kan
Emang udah putus lin
Kayanya wildan deh yang diputusin
Kamuh sama wildan aja lin
Dia makin cakep kan sekarang?
Adeknya thunder gituloh

Lina:
Mulai.. mulai..

Sherin SMP:
Wildan kasian tauk
Udah ortunya pisah
Putus sama pacar
Dia pasti kesepian
Temenin sana lin

Lina:
Pisah?

Sherin SMP:
Iyaa☹️
Kak thunder yg bilang
Tapi emang udah lama ga akur si
Waktu sd aja banyak rumor2 bersliweran tentang papanya wildan
Gosipnya punya anak sama biduan dangdut
Ga tau bener apa engga
Mau kroscek langsung ke kak thunder/wildan ga enak

Lina:
Waitt
Kamu kontekan sama kak thunder lagi?

Sherin SMP:
Hehe
Dia tbtb follow ig ku
Terus nge dm tanya kabar

Lina:
Yeee
Pasti langsung gamon

Sherin SMP:
Hehe

Lina:
Tuh kan tuh kan
Sonny gimana

Sherin SMP:
Ga ya
Anw, aku jadi kerumamu

Lina:
Langsung ngalihin pembicaraan

Sherin SMP:
Serius aku jadi ke rumahmu

Lina:
Nitip motor?

Gadis ini memang sering menitip motor kalau mau pergi dengan Sonny, pacarnya yang katanya mahasiswa semester tua itu. Pamit ke papanya ke rumahku, padahal pacaran.

Sherin SMP:
Bukaaan
Aku jadi nginep
Katanya minta temenin

Lina:
Oiyaa
Lupaa
Yaudah sinii

*****

Kebetulan Sabtu tanggal merah, jadinya libur 2 hari. Ayah dan Ibu pergi ke rumah eyang uti, sedangkan aku dan Ino tinggal di rumah berdua.

Kalau hanya berdua dengan Ino, rumah selalu kukunci rapat seolah-olah kalau ada orang lewat pasti berpikir tidak ada orang di rumah. Jadi tidak akan ada sales perabot yang mengetuk pintu.

Karena Sherin mau menginap di sini, aku sudah membeli beberapa camilan. Katanya Cesa juga mau ikut, tapi dia tidak menginap.

Ting Tong!

Sepertinya itu Sherin.

Aku bergegas turun ke bawah untuk membukakan pintu.

Begitu pintu kubuka aku terkejut.

"Kok dia ikut?"

Katanya tadi datang dengan Cesa, tapi sejak kapan Cesa berubah jadi anak laki-laki?

"Kita ketemu di pom bensin, terus aku bilang mau ke rumah kamu, eh tau-tau ini anak ngebuntutin di belakang." kata Sherin.

"Dih, apaan. Tadi kamu yang ngajak ya, bilang Lina ulang tahun terus ngundang makan-makan." tepis Wildan.

Aku menatap Sherin tajam, "Ulang tahun?"

"Kan emang ulang tahun, Lin? Beberapa bulan yang lalu~"

"Jadi kamu ngibul, Sher? Kirain beneran. Yaudah lah aku balik."

"Siapa yang ngibul. Aku udah bawa makanan nih buat ngerayain ulang tahun Lina yang udah beberapa bulan yang lalu itu." Sherin menunjukkan kresek putih yang entah isinya apa.

Setelah memasukkan motor ke garasi, gadis itu lalu masuk ke dalam layaknya rumah sendiri. Bahkan naik ke lantai atas tanpa disuruh.

Aku mengambil minum dan beberapa camilan di dapur untuk dibawa ke atas.

"Lin, kita maskeran yuk! Aku udah bawa nih." Sherin membalik tasnya dan semua isinya berjatuhan seperti pinata.

"Banyak banget, Sher."

"Iya, kemarin aku pergi ama temen-temen ke pameran, eh ada yang jual masker organik. Ngeborong deh."

Setelah memilih-milih, aku mengambil air dan cawan untuk membuat bubuk masker menjadi pasta.

"Bersihin muka dulu, Lin."

Aku dan Sherin lalu membersihkan wajah ke wastafel secara bergantian.

"Yah, Wildan liat muka kita tanpa make up dong, Sher."

"Halah, kalo cuma di depan Wildan gak perlu berusaha cantik. Kalo di depan pacar, baru."

"Ya ampun, Lina sama Sherin ternyata banyak bekas jerawatnya~ Ternyata kulit mulus yang selama ini kita liat itu palsu~" nyinyir bocah itu sambil bibirnya dimonyong-monyongkan.

"Ih, sumpah parah banget!"

Sherin menepuk-nepuk bahuku, "Gak usah marah, Lin. Biarin dia ngomong sesukanya. Jomblo tersakiti yang mantannya punya gandengan baru tuh emang gitu, ngomongnya pait."

"Siapa yang tersakiti. Biasa aja tuh?"

"Lin, kita cuekin aja dia. Biarin."

"Kamu kalo sama cewek jangan ngomentarin fisik gitu, Wil. Apalagi bahas-bahas jerawatnya. Bikin insecure tau."

"Kamu juga gitu ya, Lin. Kamu juga suka ngomentarin fisik orang." balas bocah itu.

"Kapan aku kayak gitu? Gak pernah ya."

"Waktu kita sebangku, aku lagi nulis terus kamu tiba-tiba megang tanganku sambil bilang, yi impiin tingin kimi kicil bingit sih, Wiil. Nyenyenyenye."

"Emang iya? Aku lupa malah."

"Bentar-bentar, apa tadi? Lina megang tangan kamu, Wil?! Cie~~"

"Enggak ya, Sher! Kamu jangan ngarang, Wil."

"Siapa yang ngarang. Masa lupa sih? Tangan yang kamu hina ini saksinya, Lin. Coba dia punya mulut, pasti udah ngomong sejujurnya." Wildan mengangkat telapak tangannya.

"Kalopun aku pernah ngomong gitu, maksudnya bukan menghina. Kecil itu maksudnya kecil gemes gitu."

"Hah? Apa, Lin? Gemes? Cie Wildan dibilang gemes sama Lina~" Sherin tertawa menjadi-jadi dan melirik ke bocah yang kini pura-pura melihat ponselnya.

"Senyum aja, Wil. Gak usah ditahan-tahan." Sherin melempar Wildan dengan bantal sofa.

Wildan menoleh dan mengernyitkan dahi, "Hah?"

"Kalau mau senyum, senyum aja. Gak usah ditahan-tahan gitu."

"Hah? Apah?"

"Senyum aja gak usah ditahan."

"Apanya?"

"Senyum aja gak usah ditahan!!!"

"Oh, senyum. Nih."

Bocah itu melempar cengiran kuda.

"Tauk ah!"

Sherin emosi. Wildan kalau terpojok memang begitu, suka pura-pura lemot.

Aku dan Sherin kembali fokus ke kegiatan bermasker kami, pasta yang kami buat tadi kemudian dioleskan di wajah hingga membentuk topeng. Sementara itu, Wildan masih tiduran di sofa sambil hape-an dan menyemil makanan.

"Eh, haunted house besok terakhir ya? Kalian udah ke sana?" celetuk Wildan tiba-tiba.

"Belom, temenku yang udah. Katanya serem parah sih."

Wildan bangkit dari tiduran di sofa dan berujar dengan antusias, "Ke sana yuk besok!"

"Ayok, pagi aja."

"Jangan pagi, aku ada latihan band. Siang aja jam 2 tet ya?"

"Yaudah."

"Kumpulnya di sini aja. Jam 2 tet udah siap loh tapi. Ntar kalian ngaret lagi. Dandan lama banget." Wildan mewanti-wanti.

"Iya iyaa. Begitu jam 2 kita udah siap."

*****

Jam 5 sore Wildan pulang, sementara Sherin masih di rumahku karena memang akan menginap.

"LINAAAA!!!!!"

Tiba-tiba gadis itu berteriak dari dalam kamarku.

Aku baru saja menuang air panas ke dalam gelas untuk membuat teh vanilla. Untung airnya tidak terciprat.

"Kenapa sih, Sher?" teriakku dari bawah.

"Bonekamu sereeem. Temenin."

Aku naik ke atas sambil membawa tehku tadi.

"Itu, Lin." tunjuknya ke boneka berwujud anak perempuan kecil berambut panjang yang cantik. "Kok kamu punya boneka kaya gitu sih? Emang gak takut?"

"Kadang kalo bangun tidur suka kaget sih tiba-tiba ada sosok berambut di kamarku."

"Tuh kan. Kenapa ada boneka kayak gitu sih, Lin?"

"Itu kado ultahku kemarin. Dari Jeje."

"Jeje ngasih barang mengerikan kayak gini? Seriously? Parah banget tu anak."

"Katanya mirip aku, makanya dia ngasih ini."

"Tapi serem, Lin. Kayak orang beneran. Kalo dia tiba-tiba hidup gimana?"

"Gak lah, emang di film."

"Ntar masukin ke lemari aja kalo kita tidur. Aku takut."

*****

Hari berganti dan jam menunjukkan pukul 14.30, tapi Wildan belum datang juga padahal aku dan Sherin sudah siap.

Group chat (3 anggota)

Lina:
Jadi ga sih? @wildan
Kita udah nunggu nih
Katanya jam 2 tet berangkat
Kamu sendiri yang bilang
Tes
Tes
Tes
Tes

Wildan SMP:
Bentar
Lagi nguburin nenek

Lina:
Loh
Nenek kamu meninggal?

Sherin SMP:
😭

Lina:
Wil?

Wildan SMP:
Iya
Tadi subuh

Aku dan Sherin bergegas menyalakan motor dan boncengan ke rumah Wildan.

"Kok dia gak bilang daritadi pagi kalo neneknya meninggal?" Aku dan Sherin bertanya-tanya sepanjang perjalanan dari rumahku ke rumah Wildan.

Tidak sampai lima menit, kami sampai di rumahnya, alias rumah neneknya. Tenda takziah masih terpasang namun suasana sudah lumayan sepi.

Aku memarkir motor di pinggir jalan dan mendekat ke halaman depan bersama Sherin. Wildan ataupun keluarganya yang kami kenal tidak terlihat, yang ada hanya orang-orang yang asing.

"Kayaknya belum pada balik dari makam deh, Lin."

"Yaudah kita duduk dulu aja."

Aku dan Sherin duduk di kursi plastik yang memang masih belum diberesi.

Tidak lama setelah itu Tante Satrio muncul dibonceng Kak Thunder. Kami lalu salaman dan mengucapkan turut berdukacita.

"Wildan mana, Kak?" tanyaku ke Kak Thunder.

"Tadi sih jalan kaki sama sodara yang lain. Palingan bentar lagi nyampe."

Cowok yang kini rambutnya sudah tidak menutupi wajah itu memberi kami air mineral dalam gelas berukuran mini.

"Nah, tuh dia tuh."

Muncul gerombolan yang salah satunya Wildan. Bocah itu tampak berjalan sambil merangkul anak laki-laki mirip dirinya yang badannya lebih kecil.

"Kalian? Bentar, aku ganti baju dulu." kata Wildan begitu melihatku dan Sherin.

"Emang mau kemana?" Kak Thunder melihat kami bertiga secara bergantian.

"Ke rumah hantu." Wildan yang menjawab.

"Wil, orang aku sama Sherin ke sini mau ngelayat, bukan nyamperin kamu ke rumah hantu. Kalo itu kapan-kapan aja, gampang ntar. Tahun depan juga ada lagi."

"Gak jadi ke rumah hantu sekarang? Kan hari terakhir."

"Wil, nenekmu baru aja meninggal loh ini?"

"Aku juga butuh hiburan, kan nenekku meninggal."

Aku menoleh ke Kak Thunder, "Kak, adekmu gimana sih ini?"

Kak Thunder menoleh ke adiknya, "Sana bilang Bunda, kalo dibolehin ya pergi aja."

Aku dan Sherin terkejut dengan respon Kak Thunder barusan, "Kak, yang bener aja?" tanyaku heran.

"Beneran."

"Bentar ya guys." kata Wildan. Anak itu masuk ke dalam rumah.

Tak lama ia keluar dengan baju yang lebih santai. Jeans yang dipotong sedengkul dan jaket abu-abu.

"Ayok!" ajaknya riang.

Aku dan Sherin saling menatap keheranan. Sama sekali tidak paham dengan jalan pikiran Wildan.

"Kalian yang di depan ya, aku gak tau jalannya."

"Ini seriusan? Kita yang gak enak, Wil."

"Serius."

Kami bertiga pun pergi ke rumah hantu setelah berpamitan dengan Kak Thunder.

Continue Reading

You'll Also Like

4.3K 318 20
Sedih karena ga bisa bertemu dengan member NCT? Buku ini akan mengobati kesedihanmu dan tergantikan dengan kebahagiaan yang kalian idam-idamkan bersa...
258K 38.4K 56
Menikah? Siapa Kang Taehyun? kenapa harus dia? Aku baru 17 tahun? kenapa kami harus menikah?
1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
107K 6.8K 15
𝘏𝘢𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪, 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘫𝘢𝘶𝘩 Bercerita tentang Yebin dan Jisung sangat tidak...