Pendekar Teyvat | GENSHIN IMP...

By Leeva2888

17.2K 1.7K 156

~~Cerita seorang peri yang terdampar di dunia lain~~ - - - - - - - - - - Genshin Impact © Mihoyo Sword Art On... More

~~~Coming Soon and Note~~~
~~Ch.1
~~Ch.2
~~Ch.3
~~Ch.4
~~Ch.5
~~Ch.6
~~Ch.7
~~Ch.8
~~Ch.9
~~Ch.10
~~Gambar~~
~~Ch.11
~~Ch.12
~~Ch.13
~~Ch.14
~~Ch.15
~~Ch.16
~~Ch.17
~~Ch.18
~~Ch.19
~~Ch.20
~~Ch.21
~~Ch.22
~~Ch.23
~~Ch.24
~~Ch.25
~~Gambar 2~~
~~Ch.26
~~Ch.27
~~Ch.28
~~Ch.29
~~Ch.30
~~Ch.31
~~Gambar 3~~
~~Ch.32
~~Ch.33
~~Ch.34
~~Ch.35
~~Ch.36
~~Gambar 4~~
~~Ch.37
~~Ch.38
~~Ch.39
~~Gambar 5~~
~~Ch.40
~~Ch.41
~~Ch.42
~~Ch.43
~~Ch.44
//One Piece Fanfic//
~~Ch.45
~~Ch. 46
~~Gambar 6~~
~~Ch. 48

~~Ch. 47 [Aether & Yuuki POV]

185 16 3
By Leeva2888

[Aether's POV]

Yuuki menjadi pendiam.

Sudah seminggu lebih kami tak berbicara sejak kami terakhir kami bertemu Abyss dan berpisah dengan Dain. Dia selalu menghindari ku setiap kali aku mencoba mendekatinya begitu juga terhadap Paimon.

Wajah nya tak secerah biasanya, dia tak tersenyum, dan dia selalu menyendiri. Tapi dia masih keluar dari rumah melaksanakan tugasnya sebagai kesatria Favonius.

Aku cukup terkejut saat tahu adikku adalah putri Abyss dan aku tak bisa berhenti memikirkannya, juga fakta bahwa Yuuki memiliki saudara dan juga bagian dari Abyss cukup membuatku tambah banyak pikiran.

Aku tak tahu banyak soal Yuuki, yang kutahu dia seorang peri dan dari dunia lain sepertiku, hanya itu saja. Aku tak tahu apapun soal keluarga dan apa yang dipikirkannya.

Yuuki penuh rahasia yang tak kutahu, aku merasa tak dipercaya meski kami adalah teman seperjalanan.

"Haaaah..."-Aku.

Aku menenggelamkan wajahku ke atas meja. Aku dan Paimon kini sedang sedang di Good Hunter untuk makan siang.

Aku merasa tak nafsu makan. Ku angkat wajahku melihat Paimon yang makan begitu lambat dengan wajah lesu.

"Tumben, biasanya kau makan cepat sekali dan langsung nambah"-Aku.

Paimon menghela nafas.

"Paimon gak nafsu makan."-Paimon.

Dia meletakkan sandwichnya yang masih setengah sisa. Bahkan Paimon juga? Yuuki benar-benar membuat kami berdua cemas. Lalu datanglah Amber.

"Pengelana!"-Amber

Dia melambai ke arah kami. Kami melambai balik.

"Amber, ada apa?"-Paimon.

Wajah Amber terlihat cemas.

"Ano, Yuuki-chan ada tidak?"-Amber.

"Hah, bukannya dia bersama mu?"-Aku.

"Iya, tapi akhir-akhir ini dia terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat. Dia suka keluyuran sendiri dan melamun, lalu yang paling anehnya adalah entah kenapa dia kini selalu ragu-ragu saat berhadapan dengan Hilichurls, padahal dia yang selalu cepat membereskan mereka. Tadi dia sempat bersamaku, tapi tiba-tiba pergi begitu saja, kukira dia kembali ke kalian, jadi...."-Amber.

Amber menundukkan kepalanya sedih. Aku tidak habis pikir dengan apa yang kudengar, ternyata Yuuki begitu banyak pikiran hingga segitunya?

"Tidak apa, Amber. Nanti aku saja yang akan mencarinya."-Aku.

Ini membuat Amber sedikit lega.

"Ah, syukurlah kalau begitu. Kalau ketemu Yuuki-chan, tolong sampaikan padanya agar lekas membaik ya? Aku pergi dulu, aku masih ada tugas."-Amber.

Amber melambai pada kami ebelum pergi. Kami melambai balik padanya dan tersenyum, tetapi tak lama kemudian senyumku memudar lagi. Aku tertunduk menatap meja.

"Huuuh, Yuuki kenapa jadi begitu sih? Aether cari Yuuki sekarang, yuk! Paimon khawatir dia kenapa-napa!"-Paimon.

Ucap Paimon dan langsung melayang dari tempat duduknya. Aku menatapnya dan mengangguk. Aku berdiri dari kursi.

"Ya, ayo kita mencarinya"-Aku.

Kami mencari Yuuki kemana-mana, di Wolvendom, Springvale, Windrise, di mana pun sama sekali tidak ketemu.

Jantungku berdetak begitu keras dan menyesak semakin kami tak menemukannya di mana pun. Kemana dia pergi? Mengapa dia pergi? Aku masih membutuhkanmu Yuuki, kau kemana? Tolong pulanglah!

Pada akhirnya, hasilnya nihil. Kami pulang saat menjelang sore dengan wajah ditekuk. Aku tertunduk lesu sembari berjalan di samping Paimon.

"Aduuh, Yuuki mana sih? Dia pergi ke mana?"-Paimon.

Si pemandu melayang ke sana kemari dengan cemas sambil menggigit kukunya.

Dimana Yuuki berada? Bagaimana jika dia terluka atau terjadi sesuatu yang buruk padanya? Skenario terburuk yang kubayangkan adalah dia benar-benar pergi meninggalkan kami...

Tunggu...

Tidak...

Tidak mungkin kan?

Dia tidak benar-benar meninggalkan kami kan?

Aku masih membutuhkannya....

Dia dan Paimon hanyalah yang kupunya...

Jika dia pergi, aku....

Kepalaku terisi hal-hal buruk yang bisa saja benar-benar terjadi. Tanganku gemetaran dan aku tidak bisa mendengar apapun selain dengungan dan suara detak jantungku, nafasku mulai tak karuan selagi aku panik dalam diam.

"Pengelana! Pengelana! Aether!"-Paimon.

"Ah...!"-Aku.

Aku tersentak saat mendengar suara Paimon yang menyadarkan lamunanku, inderaku mulai bekerja kembali begitu mendengarnya memanggil namaku.

Paimon menatapku khawatir dengan mata berkaca-kaca.

"Aether jangan nangis..."-Paimon.

Ucapnya dengan sedih.

Tunggu, menangis dia bilang?

TES

"Ah..."-Aku.

Kurasakan air hangat jatuh dari pelupuk mataku dan mengalir di pipiku ke dagu. Aku menangis?

TES

TES

TES

Kucoba untuk mengelap mataku tapi entah kenapa air mata tak mau berhenti.

"Hiks..."-Aku.

Aku mulai terisak. Dadaku begitu sesak dan sakit, aku begitu frustasi tak bisa menemukan Yuuki dimanapun. Aku begitu takut ditinggalkan olehnya.

"Aether..."-Paimon.

Paimon sendiri mencoba untuk tidak menangis, aku merasa bersalah harus terlihat lemah seperti ini di depannya.

"Jangan nangis....nanti....nanti Paimon.....Paimon ikutan nangis....hiks..."-Paimon.

Dia juga mulai terisak. Aku panik akan hal itu, buru-buru kuhapus air mataku dan berdiri dengan tegar.

"Hei, hei, Paimon, Paimon, lihatlah aku sudah gak nangis, lihatlah. Aku tidak nangis kok, jadi Paimon jangan nangis."-Aku.

Kataku mencoba meyakinkannya sambil tersenyum, tapi Paimon sudah terlanjur menangis.

"Tapi....hiks....Yuuki gak ketemu....Paimon gak mau dia kenapa-napa....hiks...."-Paimon.

Paimon mengusap kedua matanya sembari menangis, aku pun menggenggam kedua tangan kecilnya untuk menenangkannya.

"Paimon, dengar. Aku yakin Yuuki pasti bakal ketemu, dia tidak akan meninggalkan kita apapun yang terjadi, dia juga pasti baik-baik saja. Jadi jangan menangis lagi ya? Ya? "-Aku.

Ucapanku sepertinya bisa menenangkannya perlahan tangisannya memudar dan ia mengangguk mengerti, akhirnya dia berhenti menangis dan mengelap kedua pipinya.

"Tapi Paimon masih khawatir."-Paimon.

"Aku tahu, tapi untuk sekarang ayo kembali. Aku harus menemui Nona Lisa."-Aku.

"Nona Lisa? Buat apa?"-Paimon.

"Untuk menanyakan sesuatu..."-Aku.

Di perjalanan menuju perpustakaan, kami di sapa oleh si pengamen femboy.

"Oiiii, pengelana!"-Venti.

Venti menyapa kami, dia seperti biasa mengamen di pinggir jalan dengan lyrenya untuk beberapa receh Mora, miris sekali hidup Archon Anemo ini. Aku merasa tak enak untuk Yuuki harus meladeni orang ini barnya Tuan Diluc setiap kali dia bekerja di sana.

"Venti, kau tau gak di mana Yuuki?"-Paimon.

"Yuuki? Ah, dia baik-baik saja kok?"-Venti.

Aku melebarkan matanya saat dia bilang begitu. Aku langsung memegang kedua bahunya.

"Benarkah?! Apa dia baik-baik saja?! Di mana dia sekarang?!"-Aku.

Kutanya dengan tergesa-gesa, aku harus tahu di mana Yuuki. Venti menatapku kaget saat tiba-tiba ku cengkraman kedua bahunya.

"D-dia sedang di angkasa, sedang menerbangi langit Monstandt."-Venti.

Jawabnya dengan gugup.

Setelah mendengar jawabannya aku melepaskan cengkramanku darinya. Aku sampai lupa dia peri yang bisa terbang dan pantas saja kami tak menemukannya di mana pun, rupanya dia sedang di angkasa.

Aku bernafas lega, sekarang aku tahu di baik-baik saja. Syukurlah.

"Kau mengagetkanku. Yah, tapi aku tak heran kau bersikap begini. Kau dengan Yuuki sedang dalam keadaan buruk ya?"-Venti.

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Gadis itu selalu datang kepadaku akhir-akhir ini."-Venti.

Ini menangkap atensiku.

"Eh? Tapi kenapa datangnya padamu."-Paimon.

"Dia sudah menceritakan apa yang terjadi seminggu yang lalu, Yuuki selalu menangis setiap kali membicarakanmu, Aether."-Venti.

Venti menatapku dengan senyuman sedih. Mendengarnya bilang bahwa Yuuki selalu menangis membicarakanku sungguh membuat hatiku tersayat, aku merasa sedih karena menjadi alasan Yuuki menangis.

"Lalu, kalian akan pergi ke mana saat ini?"-Venti.

"Kami mau menemui Lisa, dia salah satu orang yang juga dekat dengan Yuuki. Siapa tahu dia tahu sesuatu tentangnya yang belum kami ketahui."-Paimon.

Venti mengangguk sambil memegang dagunya sendiri.

"Oohh, gitu. Oke, aku ikut ya!"-Venti.

Ucapnya dengan ceria.

"Buat apa? Memangnya kau minat ke perpustakaan Monstandt?"-Aku.

"Nggak sih, mau numpang ngeteh. Ehe~"-Venti.

Kau itu Archon atau pengemis sih?

Sampailah kami di perpustakaan Monstandt. Sang pustakawan menyambut kami dengan senyumannya.

"Selamat datang. Apa kalian ingin meminjam buku?"-Lisa.

"Sebenarnya kami-"-Paimon.

"Oh, duduklah sebentar, aku siapkan dulu teh untuk kalian."

Lisa memotong ucapan Paimon lalu pergi untuk menyeduh teh. Kami bertiga duduk di salah satu meja perpustakaan. Saat Lisa kembali, ia membawa nampan berisi beberapa cangkir teh dan kue kering.

Setelah mereka disuguhkan teh dan makanan ringan, Venti dan Paimon dengan tidak sopannya langsung menyambar. Mereka pikir kita ke sini buat makan gratis?

Aku kan jadi malu sendiri dengan tingkah mereka, juga Paimon pikirannya malah teralih karena makanan. Kuputuskan untuk mengabaikan mereka dan langsung berbicara to the point ke Nona Lisa.

"Nona Lisa, kami ke sini ingin tanya soal Yuuki."-Aku.

Ucapku kepada sang pustakawan.

"Yuuki-chan? Ah, dia masih berkunjung ke perpustakaan kok. Tapi akhir-akhir ini dia terlihat murung dan tak bersemangat, dia sering melamun dan terkadang mengabaikan orang-orang di sekitarnya saat dipanggil."-Lisa.

Lisa menjelaskan keadaan Yuuki saat berada di perpustakaan. Gadis peri itu sungguh jarang tersenyum setelah pertemuan terakhir kami dengan Abyss Order, bahkan memengaruhi perilakunya hingga hari ini.

"Aku penasaran apa yang telah terjadi, tapi dia sepertinya tidak ingin membicarakannya."-Lisa.

Ucapnya. Lisa sepertinya juga ikutan sedih karena kemurungan Yuuki. Aku bisa relate dengan perasaannya, ketika orang yang murah senyum berubah sifat 180 derajat, maka orang-orang di sekitarnya juga bisa kena dampaknya

"Nona Lisa..."-Aku.

Aku menatapnya serius.

"Apa kau tahu tentang sesuatu tentang Yuuki yang tidak aku ketahui?"-Aku.

Aku begitu penasaran soal masa lalu Yuuki, aku ingin mengenal gadis itu lebih dalam dan apa yang selalu dipikirkannya.

Lisa terdiam oleh pertanyaanku. Terlihat jelas dari wajahnya kalau dia tahu sesuatu, dia salah satu orang yang Yuuki percaya. Tapi mengapa terlihat tidak nyaman?

"Sebenarnya, Yuuki-chan berencana memberitahumu sendiri. Tapi, dia terlalu takut dengan reaksi apapun yang akan kau buat. Maka dari itu, aku boleh memberitahumu jika sudah waktunya. Namun, aku khawatir jika aku menceritakannya, kau mungkin akan menyesal..."-Lisa.

Ucap Lisa. Saat dia mengatakan bahwa aku mungkin akan menyesali apa yang telah kudengar, aku menjadi semakin penasaran dengan masa lalu Yuuki. Apakah...seburuk itu?

Tapi aku tidak akan mundur.

"Tidak."-Aku.

Aku menatap serius Lisa.

"Tolong ceritakan, itu sebabnya aku ke sini."-Aku.

Lisa lalu membuka rahasia Yuuki yang seharusnya ia rahasiakan sampai aku benar-benar siap mendengarkannya.

Aku hanya mendengarkan dalam diam selagi sang pustakawan menjelaskan. Setiap kata yang ia ucapkan seakan seperti beban yang terus menumpuk dan berbobot di pundakku, semakin Nona Lisa berbicara semakin dadaku sesak.

Yuuki dari dunia lain dan dulunya seorang manusia biasa yang tak begitu beruntung.

Dia mengidap penyakit mematikan sejak lahir, keluarga dan kakak kembarnya juga mengidap penyakit yang sama, lalu mereka semua perlahan meninggal dan hanya tersisa Yuuki sendirian. Saat Yuuki meninggal, ia terdampar ke dunia ini dan bertemu denganku.

Aku jadi merasa sangat iba kepada gadis peri itu, dibandingkan denganku, takdirnya jauh lebih kejam, umur hidupnya pendek dan dia bahkan kehilangan orang-orang yang disayanginya.

Bagiku, 15 tahun itu ibaratnya seperti hitungan menit. Jadi aku tidak tahu rasanya hidup sekejap itu.

Aku tak bisa membayangkan betapa kesepiannya Yuuki harus menjadi yang satu-satunya bertahan dan menderita.

Venti dan Paimon mendadak tidak enak saat mendengarkan kisah Yuuki juga, mereka jadi sedikit tidak nafsu dengan teh dan kue yang disuguhkan.

"Pantas saja....dia tidak memberitahuku...."-Aku.

Kupijat keningku setelah Lisa selesai bercerita. Tubuhku berasa lemas mendengar cerita tragis Yuuki.

"Dia tak ingin membuat mu khawatir dan mengasihaninya, namun anak itu tetap saja memikul beban berat di punggungnya yang kecil. Ia selalu merasa menyusahkan orang-orang di sekitarnya..."-Lisa.

Lisa hanya bisa tersenyum getir sambil memegang erat sisi cangkir teh.

[Yuuki's POV:]

Orang bilang, sedih berkepanjangan tidak baik untuk kesehatan psikologis dan tubuh. Tapi di sini lah aku, lagi-lagi tak mampu melepaskan kepergian orang-orang yang kusayangi sejak mengetahui fakta bahwa kakakku ternyata terdampar di sini setelah mati dan sekarang telah menjadi musuhku.

Aku dulunya punya Asuna yang menemaniku saat ajalku menjemput, di situlah aku merasa sangat bahagia. Aku rindu padanya setiap hari setiap saat. Dia yang dapat membuatku melupakan kerinduan and rasa sedih terhadap anggota keluargaku meski hanya sesaat.

Sekarang dia tidak bersamaku, dan aku hanya bisa merasa menyedihkan karena bergantung padanya. Perasaanku selalu meluap-luap mengingat Asuna dan Nee-chan, betapa miripnya mereka berdua.

Aku bingung harus apa, aku ingin pulang.

Begitu membuka mata, aku mendapati diriku terbaring di atas ladang bunga tempatku saat pertama kali bangun. Aku bangkit ke posisi duduk, menatap dengan kosong.

Ah, iya. Aku baru ingat. Aku jadi sering ke sini setelah pertemuan terakhirku dengan Nee-chan. Aroma bungan di sini membuatku tenang dan mengantuk, menjadikanku tukang tidur.

Aku sekarang sering membolos kerja dan komisi akhir-akhir ini. Kalau pun kerja aku akan balik ke rumah atau datang ke sini. Makanan apapun tidak membuatku bernafsu dan aku bahkan mengabaikan rekan-rekan perjalananku.

Aku sangat tau apa yang telah kulakukan, tapi aku tidak tahu harus apa. Aku ingin waktu sendirian, namun disaat yang sama aku sangat kesepian.

Aku ingin seseorang bisa memelukku agar rasa sesak ini menghilang, Asuna atau Nee-chan sudah tak ada di sisiku.

Siapa saja, tolong peluk ak-

GREP

Kurasakan lengan kiri atasku ditarik dari belakang, membuatku menoleh seketika. Di belakangku, rekan berambut emasku menatapku terengah-engah seperti habis berlari maraton. Mata emasnya tertuju padaku penuh.

"Syukurlah, kau ternyata di sini...."-Aether.

Ucap Aether dengan nafas pendek. Aku menatapnya heran. Ia melepaskan genggamannya dan bertumpu pada lutut sambil bernafas sejenak, ia berkeringat dan rambutnya sedikit acak-acakan.

"Aether...."-Aku.

Gumamku. Mengapa dia bisa tahu aku berada di sini?

"Aku...."-Aether.

Aether terdiam sejenak sebelum melanjutkan.

".....Lisa sudah memberi tahu semuanya...."-Aether.

"Oh...."-Aku.

Aku sudah menduga Lisa memang akan memberitahu Aether. Aku terlalu penakut dan pengecut bahkan untuk mengatakannya sendiri dan malah menghindar sepanjang waktu. Ini terasa seperti deja vu.

Kami berdua terdiam di tempat untuk beberapa saat tanpa mengatakan sepatah katapun. Rasanya aneh karena sudah lama kami tidak mengobrol, jadinya canggung begini.

"Yuuki."-Aether.

Aku sedikit tersentak saat dipanggil.

"Y-ya?"-Aku.

Aku sedikit menoleh ke arah Aether, ia sendiri terlihat canggung.

"Bisakah....kita pergi ke suatu tempat? Sebentar saja."-Aether.

Aku ragu namun pada akhirnya mengangguk setuju. Aether lalu menggenggam tanganku dan menarikku ke suatu tempat.

Selama berjalan-jalan, kami sama sekali tak berbicara. Aether berjalan di depan sementara aku berjalan di belakang dimana aku bisa menatapi punggung dan rambut panjangnya dikepang.

Ini untuk diriku sendiri saja, tetapi aku selalu berpikir Aether sangat indah setiap kali aku berjalan di belakangnya. Rambutnya seakan seperti sedang menatap ribuan debu emas ditiup angin lembut, matanya yang juga bersinar setiap kali terkena matahari atau ambisius akan sesuatu.

Kalau bukan jadi pengelana, Aether akan sangat cocok dipanggil seorang pangeran seperti di buku-buku dongeng saking terlihat menakjubkan dirinya.

Aku bahkan bisa melihat Asuna pada dirinya.

Aether membawaku ke sebuah pantai dengan tebing tinggi. Hilir air laut begitu menenangkan dan matahari yang terbenam terlihat begitu dekat dari sini. Bahkan di duniaku dulu pantai seperti ini bahkan tidak ada.

Aether menuntunku untuk duduk di sebuah batuan, sementara ia berdiri. Kami berdua menatap matahari terbenam bersama.

"Kau tahu, ini adalah tempat dimana aku pertama kali menapakkan kaki ke dunia ini."-Aether.

Aether mulai bercerita.

"Setelah Dewa tak dikenal memisahkan adikku denganku, aku tidak bisa menggunakan kekuatanku, seakan ada segel yang mencegahku menggunakannya. Aku terperangkap di sini, entah sudah berapa lama, aku tidak tahu. Tapi yang pasti, ini adalah kali pertama aku berdiam di satu tempat dengan waktu yang lebih lama dari yang biasanya kuatur dengan Lumine."-Aether.

Ucap Aether tak menoleh, namun ia meletakkan tangannya pada bahuku.

"Aku bertemu Paimon setelah sekian lama sendirian, yang kupancing di laut ketimbang dapat ikan. Rasanya sudah lama aku tidak berinteraksi dengan siapapun."

Aether terus bercerita, lalu tangannya mengelus telinga lancipku, membuatku sedikit merasa geli.

"Lalu aku bertemu denganmu...."-Aether.

Pengelana itu tersenyum.

"Kau sangat pintar, cekatan dan kuat. Kau selalu mementingkan kebutuhan dan perasaan orang lain terlebih dahulu. Namun, aku selalu merasa kau menyembunyikan sesuatu yang membuatmu terkekang sampai tak ingin memberitahuku. Jujur, aku sedikit sedih karena kau masih belum mempercayaiku untuk berbagi rahasia. Tapi sekarang mengerti mengapa kau tidak mengatakan apapun....."-Aether.

Aether terus mengusap kepalaku dengan lembut, ia lalu berlutut di depanku sambil menggenggam tanganku yang lebih kecil darinya.

".....Yuuki, aku tidak ingin ada rahasia lagi antara kita. Aku ingin mengenalmu lebih baik dan begitu juga sebaliknya. Bisakah kita mulai dari awal?"-Aether.

Tanya sang pengelana dengan penuh harapan, berharap ia bisa mengetahui isi kepala sang peri di hadapannya ini.

Aku tertegun, tak menyangka seseorang kembali mencoba masuk ke hatiku. Bahkan di dunia ini pun ada saja yang tidak ingin aku kesepian.

Aku terisak seketika, tak kuasa menahan air mata yang timbul pada kelopak mataku. Aether benar-benar.....

"Aku minta maaf.......maaf telah menipumu.......aku tidak mau sendirian....."-Aku.

Ucapku sambil terisak, aku kembali menangis seperti anak kecil. Aku menggenggam tangan Aether, takut dia pergi saat melihatku seperti ini. Tetapi, ia memelukku dengan begitu erat. Ia membiarkanku membenamkan wajahku di pundaknya sambil mengelus-ngelus rambutku.

Aku kira aku kehilangan semua yang aku punya saat Nee-chan pergi. Namun nyatanya, milikku yang berharga masih di sini, yang kini sedang memelukku.

Aku tidak sendirian......

Continue Reading

You'll Also Like

61.2K 8.7K 22
ꗃ𓂃 ❝ ʟᴀʜ?! ʏᴏᴜ ᴀ ɢɪʀʟ?! ❞ ═════════════════ ⌗⸝⸝ ʟᴏᴏᴋɪꜱᴍ x ꜰ!ꜱᴇɴᴊᴜ! ʀᴇᴀᴅᴇʀ'ꜱ ═════════════════ ๛ ᴡᴀʀɴɪɴɢ!ㅡʜᴀʀꜱʜ ᴡᴏʀᴅ, ꜱᴘᴏɪʟᴇʀ, ᴄʀɪɴɢᴇ, ɢxɢ(?), ᴏᴏᴄ(...
7K 835 6
Dalam pertarungan dengan Kenjaku, (Y/n) Gojo terkirim ke universe berbeda oleh teknik kutukan Kenjaku. ----------- Disclaimer: Jujutsu Kaisen is belo...
my older sister By zii

General Fiction

19.4K 398 3
Kecelakaan yang terjadi pada hari itu, menjadi awal mimpi buruk bagi seorang gadis bernama Freya skela hardana. Kecelakaan yang terjadi dengan tiba-t...
13.2K 1.6K 31
Mayad? Maaf aja ya, kita semua di dunia ini, di sini itu cuma calon mayad semua Jadi jangan pada sombong:)