Look at Me, Please

By rbwidya

100K 2.6K 53

Rosalind Fredella Zvonimira mencintai Ravindra Yoshi Callum sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Akan tetapi, R... More

Part 1 - Love Sick
Part 2 - Cry For Love
Part 3 - Mistake
Part 4 - The Plan
Part 5 - Cry Again
Part 6 - Love Is Only You
Part 7 - Good Bye My Love
Part 8 - Ravi's Promise
Part 9 - Seven Years Later
Part 10 - Best Luck
Part 11 - Meet Again
Part 12 - I Still Think About You
Part 13 - Apology
Part 14 - Back To Home
Part 15 - I'm Curious
Part 16 - The Truth Is Revealed
Part 17 - Love Never Ends
Part 18 - Deep Disappointment
Part 19 - Ravi's Special Part
Part 20 - Direct Confrontation With You
Part 21 - Rafa, Alfa, Agnes?
Part 22 - I Love You
Extra Part 1 - Complete Happiness
Extra Part 2 - Perfect Love

Part 23 - Best Wishes For Us (END)

4.6K 50 0
By rbwidya

"Udah selesaikah?" tanya Danesh tiba-tiba saat melihat aku dan Ravi keluar bersamaan dari dalam Toilet.

Aku juga melihat Alfa yang sudah tertawa cekikikan dan tampak sangat segar sembari mengunyah biskuit cokelat yang ada di tangannya.

Sepertinya Alfa memang tidak benar-benar sakit, berarti Alfa yang muntah-muntah tadi merupakan bagian dari skenario mereka juga. Astaga! Aku yang benar-benar panik tadi pasti akan jadi bahan candaan Alfa di kemudian hari. Bisa-bisanya mereka membuat skenario seperti itu.

"Pasti udahlah Bang. Lihat aja itu wajah malu-malu tapi mau calon kakak ipar aku. Hehehe... sukses kan Bang skenario buatan aku? Makanya jangan batu dibilangin!" tutur Alfa sembari mengedipkan sebelah matanya ke arahku yang kali ini malah membuatku kesal dengan tingkahnya.

Apa-apaan bilang aku malu-malu tapi mau. Dasar Alfa! Ada-ada saja tingkah jahilnya. Awas saja kamu ya Alfa, aku pasti akan sesegera mungkin membuat kamu dan Rafa bersatu kembali seperti dulu. Jangan sampai si Rafa keduluan sama Danesh.

"Iya deh adik Abang yang paling cantik. Makasih banyak ya atas bantuanmu selama ini. Tapi udah ah jangan goda calon kakak iparmu seperti itu. Nanti ribet urusannya kalau bidadari cantik di samping Abang ini marah." goda Ravi ke arahku yang seketika membuatku terkekeh mendengarnya.

"Aihhh... Bang, lihat tuh si Kakak malah ketawa loh!" seru Alfa sembari menunjukku.

"Alfa! Udah cukup ih! Kamu tuh senang ya lihat aku kayak gini? Ternyata ini semua tuh rencana kamu ya. Nyebelin ih kamu Alfa! Kamu tahu nggak tadi sepanik apa Kakak lihat kamu kayak gitu." tegurku kepada Alfa.

"Kakak?" tanya Alfa menatapku dengan raut tak percaya.

Alfa kemudian menambahkan lagi "Ciee... ini kode loh Bang dari Kak Rosa biar dihalalin cepat-cepat. Yeah... berarti Tante Astrid nggak bakal sedih-sedih lagi karena anak bujangnya yang belum laku-laku. Akhirnya ya Bang. Sesuatu banget ini sih. Hehehe."

"Alay banget sih kamu Klenting Alfania. Siapa juga yang kode? Udah ah aku lapar nih, kita order makanan aja yuk!" ujarku dengan nada memelas.

Jujur saat ini aku memang tiba-tiba merasa sangat lapar. Sepertinya energiku banyak terkuras hari ini.

"Yaudah Nesh minta tolong order makanan untuk kita ya. Gw mau telepon Om Elard dan Om Mahen dulu buat mengabarkan kalau Rosa dan Alfa nggak bisa pulang malam ini." ujar Ravi.

Kemudian Ravi menatapku dan membelai lembut puncak kepalaku sembari berkata "Sayang, sebentar aku telepon papa kamu dan Om Mahen dulu ya. Biar Danesh atau Alfa yang order makanannya."

"Iya Rav, makasih banyak ya. Nanti selesai kamu call papa. Aku juga mau langsung call papa. Danesh, minta tolong order secepatnya ya makanan kita. Ini cacing di perut aku udah bunyi-bunyi minta asupan. Hehehe." ucapku.

Setelah selesai makan malam bersama, kamipun menghabiskan waktu untuk bertukar cerita. Aku dan Alfa bergantian untuk tidur karena sebelumnya di saat Ravi dan Danesh turun ke bawah untuk mengambil orderan makanan kami, aku dan Alfa sudah sepakat untuk gantian tidur karena biar bagaimanapun kini ada 2 orang pria dewasa dan 2 orang wanita dewasa di dalan 1 kamar yang sama.

Tentu saja seharusnya itu tidak etis, walaupun posisinya aku dan Danesh sepupu jauh, sedangkan Ravi dan Alfa sepupu dekat. Jadi aku dan Alfa sepakat untuk bergantian tidur dengan pembagian jam. Kami juga menyetel timer agar kami lebih tahu di jam berapa kami bisa berganti.

Sebenarnya aku sih oke-oke saja meskipun kami tidak memakai timer, tapi Alfa yang terus memaksa agar memakai timer karena Alfa merasa tidak enak denganku.

*****

"Alfa! Mana laporan keuangan pembangunan Perumahan bersubsidi yang ditanggung jawabi oleh DARR Company? 2 hari yang lalu aku udah minta kamu untuk kirim ke emailku loh." tanyaku kepada Alfa yang sedang bermain Mobile Legend di ponselnya.

Saat ini aku, Alfa, dan Ravi memang sedang berada di perjalanan menuju rumah Ravi. Siang ini aku dan Ravi ada janji temu dengan Mami Astrid yang sekarang sudah kupanggil Mami tidak lagi Tante seperti dulu dan tim Wedding Organizer yang juga sebenarnya milik Mami Astrid.

Aku dan Ravi akhirnya memutuskan untuk menikah setelah 3 bulan yang lalu Ravi, Mami Astrid, Papi Keenan, dan Jimmy datang ke rumah untuk melamarku. Saat itu juga aku langsung mengiyakan lamaran tersebut karena 2 bulan setelah percakapan kami di Toilet Hotel, Ravi mulai menjelaskan semuanya secara lebih detail dan tidak lelah untuk meyakinkanku kalau dia benar-benar mencintaiku. Akupun luluh dengan perjuangannya.

"Astaga Kakakku sayang. Maafkan daku. Aku benar-benar lupa Kak. Sekarang aku langsung kirim ke email Kakak ya. Maaf sekali lagi ya Kak. Pokoknya Kakak jangan marah ya. Aku nggak akan ulangin lagi kok." Alfa mencoba bernegosiasi denganku.

Akupun tersenyum mendengar penuturan Alfa barusan.

"Iya Alfaku sayang. Kakak nggak marah deh sama kamu. Tapi kamu jadi kan temani Rafa jadi pasangan bridesmaid-groomsmen di wedding Kakak dan Bang Ravi? Kakak nggak terima penolakan loh."

"Dih... kalau nggak terima penolakan kenapa masih nanya Kak? Terserah Kakak dan Abang lah. Astaga... yang ada nih ya Abang pasti akan ngadu yang nggak-nggak ke Mommy dan Daddy kalau aku nggak turutin mau kalian. Lagian kenapa juga si Rafa harus putus dengan Agnes sih? Jadi aku yang repot kalau gini."

"Hei dilarang menggerutu ya adik kecil. Lagian kenapa kamu dan Rafa nggak pacaran lagi aja sih? Kan seru tuh." ujar Ravi yang kemudian ikut serta dalam pembicaraanku dan Alfa.

"Ihh... Apaan sih Bang. Ogah banget. Jangan coba-coba untuk jadi Mak Comblang deh Bang! Maaf ya Kak, bukannya aku mau jelek-jelekin adik Kakak itu, tapi aku udah terlanjur sebel banget sama adik Kakak yang satu itu."

"Sebal beneran atau sebal pura-pura dek? Abang doain kamu CLBK sama Rafa. Kamu tahu nggak kemarin waktu Abang sama Kak Rosa double date dengan Kak Dana dan Bang Jack, Rafa tiba-tiba datang dan ikut gabung bareng kami berempat. Ternyata Kak Dana yang telepon Rafa dan suruh Rafa ikut gabung sama kami. Kak Dana juga interogasi Rafa panjang lebar. Kak Dana dan Bang Jack udah maafin Rafa kok dek. Malah mereka berdua mendukung Rafa untuk balikan lagi sama kamu." ucap Ravi masih mencoba meyakinkan Alfa.

"Iya Alfa sayang. Kak Dana dan Bang Jack udah mendukung kalian berdua untuk celebek-celebek kok. Kakak sama Abangmu ini juga dukung banget kok, biar kamu jadi adik ipar Kakak." ucapku dengan penuh semangat.

"Loh emang kalau aku nggak jadi dengan Rafa juga aku bukan adik ipar Kakak? Ya tetap adik ipar toh kakakku sayang. Lagian udah ah jangan dekat-dekatin aku sama Rafa lagi. Aku juga harus jaga hati yang lain Kak, Bang. Kak Dana juga nggak ada cerita sama sekali ke aku mengenai pertemuan kalian kemarin dengan Rafa. Jadi, tolong Kak, Bang stop untuk coba comblangin kami berdua. Aku sedang mencoba untuk menata hatiku kembali untuk menerima pria lain di dalam hidupku dan maaf itu bukan Rafa. Rafa cukup menjadi masa laluku." ucap Alfa dengan nada serius.

Aku dan Ravipun berpandangan mata sebentar dan menggelengkan kepalaku, memberi kode kepada Ravi agar tidak melanjutkan pembicaraan ini. Ravipun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti akan kode dariku.

"Alfa, maafkan Kakak dan Abang kalau begitu. Kakak yakin kamu tahu apa yang terbaik untuk hidupmu." ucapku.

"Dek, Abang benar-benar minta maaf sama kamu ya. Abang dan Kakak janji untuk stop jodoh-jodohin kamu dan Rafa lagi. Abang tahu kamu sedang mencoba untuk menerima Danesh dalam hidupmu. Apapun hal positif yang kamu lakukan, Abang dan Kakak akan selalu mendukungmu." ungkap Ravi.

"Bang, Kak, maafkan Alfa. Tapi memang buat Alfa, Rafa itu hanya masa lalu, kenangan buruk yang sudah aku tutup rapat-rapat. Sekarang aku mau fokus dengan hubunganku dengan Bang Danesh. Maafkan aku sekali lagi Kak, Bang." ujar Alfa.

Sebelum aku dan Ravi menjawab Alfa, tiba-tiba ponselku berdering dan tertera nama 'Shanly' di layar ponselku. Akupun menjawab panggilan tersebut dan ternyata Shanly mengatakan bahwa ia sudah sampai dengan selamat di Bali tadi pagi.

Shanly juga mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepadaku, Papa, Mama, Rafa, dan Alfa yang sudah banyak membantu Shanly dan keluarganya ketika Pak Broto, ayahanda Shanly meninggal dunia.

Shanly memutuskan untuk resign dari Elalov Company 1 minggu yang lalu. Shanly, ibu, dan ketiga adiknya memutuskan untuk pindah dan menetap di Bali mengikuti sahabat ibu Shanly.

Di Bali, Shanly juga langsung mendapat pekerjaan baru sebagai Sekretaris Utama Perusahaan milik sahabat ibu Shanly.

Dari pengamatanku sewaktu membantu Shanly di rumahnya saat itu, aku memang melihat kalau sahabatnya Bu Broto itu sangat baik kepada Shanly dan keluarganya.

Jujur saja saat itu aku dan Alfa sempat terpana melihat ketampanan Om Jomblo, kalau kata Shanly itulah namanya. Malahan saat itu aku dan Alfa mendengar Shanly selalu memanggilnya Om Blo.

Saat aku dan Alfa serius menanyakan namanya, Shanly dengan tegas menjawab 'Om Jomblo'. Aku dan Alfa memang sempat mengira bahwa Shanly sedang bercanda dengan kami.

Tapi kenyataannya memang sedari dulu Shanly dan ketiga adiknya tidak pernah tahu nama sebenarnya Om Jomblo tersebut. Sedari kecil mereka berempat selalu memanggil sahabat ibunya tersebut dengan panggilan 'Om Jomblo' seperti yang selalu dijawab oleh ayah dan ibu Shanly ketika Shanly dan ketiga adiknya terus bertanya siapa sebenarnya nama asli si Om Jomblo tersebut.

Aku dan Alfa yang saat itu mendengar penjelasan Shanly pun tambah melongo. Kami sangat bingung kenapa ayah dan ibu Shanly begitu merahasiakan nama asli sahabatnya tersebut. Tapi sudahlah kami juga saat itu tidak mau ambil pusing dengan persoalan nama saja.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 36.5K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.6K 178 19
Kumpulan cerita pendek #1 >>> aboutlife [03-08-2020] © dindatwou - 2020
1M 111K 39
Selamanya status Amanda hanyalah seorang pemain figuran dalam cerita hidup Reynaldi. Tidak lebih. Membantu duda tampan itu membesarkan kedua anaknya...
816K 32.6K 59
Kesetiaan adalah harga mati bagi Sebagian orang. Namun bagaimana kata setia hanya menjadi omong kosong belaka? Dinar Aprilia Santoso, harus menelan p...