(End) My Posesif New Family

Galing kay Night_yin

859K 42K 669

Menceritakan kisah seorang gadis kecil yang cantik nan imut yang memiliki segudang bakat tersembunyi di dalam... Higit pa

Bab 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
Perkenalan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
2.24 (end)

1.8

25.7K 1.2K 3
Galing kay Night_yin


Sudah semalaman Lyra tidur di kasur milik putra sulung keluarga Xender itu. Walaupun satu hari telah berlalu namun belum ada tanda tanda bahwa gadis kecil itu akan membuka matanya.

"Apa begitu berat, Baby? Daddy mohon pada mu untuk bertahan sebentar lagi hmm" ucap Dayn sambil menatap sendu Lyra. Ia ingin mengetahui apa saja beban hidup yang telah di hadapi gadis kecil ini dari lahir. Kenapa sebegitu bencinya keluarga kandungnya itu pada putri mereka yang manis ini.

Kini adalah jadwal Dayn yang menjaga Lyra. Sedangkan putra putranya yang lain sedang melanjutkan kegiatan mereka seperti berangkat ke kantor dan mengurus sekolah mereka.

Ketika Dayn hendak bangkit untuk mematikan infus Lyra karena cairan infus itu hampir habis. Tiba tiba saja tangannya di tarik oleh orang yang sedang tidur di depannya itu.

"Baby?!"

"Hiks...paman? Hiks..." Tangis Lyra ketika ia melihat paman baik di depannya itu.

Karena Lyra sudah beberapa kali ke mansion ini, maka baik hubungan dirinya dengan putra putra Xender maupun dengan kepala keluarga Xender itu sendiri sudah semakin dekat.

Jika Lyra mengetahui bahwa dirinya telah masuk ke kediaman titisan iblis itu, ia akan berpikir dua kali mengenai keluarga itu, yang ia tau bahwa keluarga Xender itu semuanya sangat baik dan tidak kejam seperti yang dikatakan diluar sana.

Dayn yang melihat anak itu menangis segera mendudukan nya di pangkuannya sambil sesekali mengusap punggung bagian atas yang tidak di kenai memar itu dengan lembut.

"Sshh.....Paman di sini. Jangan menangis lagi, nanti kepala mu pusing" ucap Dayn.

Lyra pun berusaha untuk menghentikan tangisannya itu dengan di dukung oleh pelukan hangat itu.

Tidak butuh waktu lama tangisan itu telah berhenti.

"Sudah tenang?" Tanya lembut Dayn.

Bagi dirinya, itu adalah pengalaman pertama dirinya merangkul calon anak perempuan nya itu. Pengalaman pertama itu membuat hatinya menghangat dan mengingat tentang kebahagiaan dirinya dan juga istrinya tentang kelahiran putra pertama mereka.

Lyra yang di tanya seperti itu menganggukkan kepalanya.

"Paman?"

"Mm? Ada apa?"

"Abang Eden dimana?" Tanya Lyra.

"Abang mu sedang bersekolah, Baby" jawab Dayn.

"Hmm. Paman apa bersekolah itu menyenangkan?" Tanya tiba tiba Lyra.

Dayn yang mendengar itu sempat terdiam dan kemudian memandang wajah penuh tanya Lyra.

"Tentu. Sekolah itu menyenangkan, kau dapat memiliki banyak teman dan juga banyak aktivitas yang menyenangkan kan. Kenapa Baby menanyakan itu? Apa sekolah Baby tidak menyenangkan?" Ucap Dayn.

Lyra yang di tanya itu hanya menunduk sedih dan menggeleng kan kepalanya.

"Lyra tidak bersekolah, paman" ucap lirih Lyra.

Dayn yang mendengar itu otomatis terdiam sempurna dan menatap heran gadis kecil di pangkuannya ini.

Lyra yang mengetahui keterdiaman Dayn itu tersenyum tipis dan langsung mendongakkan kepalanya menatap Dayn.

"Lyra pernah masuk sekolah pada usia lima tahun, tapi setelah itu ibu Lyra menyuruh Lyra untuk berhenti sekolah dan menyuruh Lyra untuk ikut bimbingan belajar saja. Sebenarnya Lyra juga agak iri dengan kak Sirena~" lirih Lyra di bagian akhir.

"Iri? Kenapa?" Tanya Dayn yang sangat penasaran dengan masa lalu gadis kecil ini.

"Hehehe....kak Sirena itu pintar dan selalu mendapat kan nilai bagus di setiap pelajaran. Waktu Lyra masih sekolah Lyra dapat melihat ayah dan ibu tersenyum lebar ketika melihat rapor kakak yang mendapatkan nilai yang bagus. Maka dari itu Lyra juga ingin mendapatkan senyuman ibu dan ayah. Tapi ketika Lyra telah berhasil memenangkan suatu pertandingan, ibu marah dan membentak Lyra. Hiks....Lyra dapat piala sedangkan kak Sirena tidak...hiks tapi kenapa hanya kak Sirena yang dapat senyuman ibu dan ayah, tidak dengan Lyra hiks" tangis Lyra kembali pecah ketika ia mengingat masa lalunya itu.

Dayn yang mendengar itu masih penasaran mengenai masa lalu Lyra. Pertandingan apa yang di maksud Lyra.

Namun semua itu ia akan tanya kan nanti karena ia tidak ingin membuat Lyra kembali sedih. Kini Dayn kembali menenangkan Lyra.

"Baby kenapa mencari Abang Eden hmm?" Tanya Dayn berusaha mengalihkan pembicaraan awal tadi.

Mendengar itu Lyra menghapus air matanya dan menatap dalam Dayn.

"Ikan ikan itu.....mati....Lyra mau minta maaf sama Abang Eden" jelas Lyra.

Dayn yang sudah mengetahui hal itu tersenyum tipis. Ia mengusap pelan rambut Lyra.

"Mau ikut paman ke suatu tempat?" Tanya Dayn pelan.

Lyra bingung akan pertanyaan Dayn tersebut.

"Kemana?" Tanya Lyra.

"Ada hal yang ingin paman dan Abang mu tunjukkan" ucap Dayn.

Lyra dengan ragu ragu mengangguk mengiyakan ajakan Dayn. Entah kenapa dirinya tidak merasa takut dan curiga terhadap paman di depannya ini.

"Baiklah tapi sebelum itu kita selesaikan infus mu dulu hmm" ucap Dayn dengan menurunkan Lyra di kasur itu. Kemudian ia menelpon seseorang untuk naik ke atas.

Tidak beberapa lama Vans telah tiba di kamar itu dan melepaskan infus yang di pakai Lyra tadi.

"Selesai" ucap Vans setelah melepas infus Lyra.

"Eh mau dibawa kemana?" Tanya Vans ketika melihat Dayn akan mengendong Lyra ke luar dari kamar itu.

"Kebawah" ucap singkat Dayn.

"Hoo~...tunggu sebentar. Sebaiknya anak ini minum vitaminnya dulu" ucap Vans sambil memberikan satu sachet vitamin cair yang telah di buka pada Lyra.

Lyra yang di sodorkan seperti itu segera membuka mulutnya dan meminum vitamin itu dari tangan Vans.

Setelah selesai Dayn segera membawa Lyra ke ruang tengah yang ada di lantai satu.

Setibanya di sana Lyra dapat melihat adanya Abang Gray nya yang sedang bersama laptopnya.

"Abang!" Panggil Lyra semangat dan melupakan rasa sakit yang ia rasakan.

Gray yang mendengar ada yang memanggilnya segera melirik ke arah tangga, dimana ia dapat melihat calon adiknya itu tengah berada di pelukan Daddy nya.

Segera ia berdiri dari duduknya dan meninggalkan pekerjaannya hanya untuk mengecek keadaan calon adiknya itu.

"Lili? Kenapa turun?"

"Apa semuanya baik baik saja?" Pertanyaan itu ia tujukan pada Vans dan Daddy nya mengenai keadaan Lyra saat ini.

"Mm. Semuanya baik baik saja. Infusnya telah habis dan demam anak ini telah turun" jelas Vans yang di angguk pahami Gray.

Kini Gray dapat tersenyum tipis ketika bisa melihat kembali wajah cerah calon adiknya itu.

"Paman kita mau kemana?" Tanya Lyra.

Tanpa menjawab Dayn segera berjalan menuju ke arah belakang tangga itu. Di sana sudah terdapat aquarium besar dan juga beberapa ikan cantik di dalamnya.

"I-ini?!" Kaget Lyra ketika melihat aquarium besar itu ada di dalam rumah itu.

"Hm. Abang Eden mu menyiapkan ini semalaman. Ia memberikan mu aquarium dan ikan ikan ini" jelas Dayn dengan senyum tipisnya ketika melihat wajah terkejut nan gemas Lyra.

"Ta-tapi...Lyra tidak bisa merawatnya dengan baik...ikan ikan yang kemaren saja ma--"

"Tidak Baby. Kamu adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan layak mendapatkan semua ini" potong cepat Dayn.

"Bagaimana bisa?" Bingung Lyra.

"Sebelum itu apa kamu merasa sangat bersalah tentang ikan ikan itu?" Tanya Dayn yang di angguki Lyra.

Melihat itu dan tersenyum teduh.

"Apa kamu mengingat bagaimana perjuangan mu datang ke mari untuk ikan ikan itu? Dengan terus berjuang dengan kaki kecil mu itu untuk melalui badai hujan" sambung Dayn.

Lyra pun mengingat kejadian semalam. Ia memang berusaha untuk menyelamatkan ikan ikan itu setelah sang ibu memecahkan kaca aquarium kecilnya.

"Apa itu bisa dibilang tanggung jawab?" Tanya takut Lyra.

"Tentu. Kamu bertanggung jawab terhadap ikan pemberian dari Abang mu itu. Dan ketika dirimu gagal, kamu tidak takut untuk meminta maaf secara langsung" jelas Dayn.

Lyra yang mendengar itu hanya dapat  mengangguk setuju. Baginya jika paman dan Abang Eden nya itu menganggap dirinya memang pantas mendapatkan semua itu maka ia akan bertekad untuk lebih berusaha dalam menjaga pemberian dari mereka.

Dayn pun segera mengendong Lyra mendekati aquarium itu. Di sana ia dapat melihat raut wajah gembira calon putrinya itu.

Setelah puas melihat ikan ikan itu. Kini Lyra telah di bawa Dayn ke ruang makan.

"Hidangkan makanan hangat yang ringan" perintah Dayn pada para maidnya.

Di sana telah terdapat maid yang bekerja sebagai mata mata di kediaman Agatra itu. Karena kejadian itu Lyra harus berada di kediaman Xender itu selama masa pemulihan, maka maid itu telah kembali ke tempat tuannya.

Maid itu bukanlah orang yang sembarangan di pilih Dayn untuk calon putrinya itu.

Dulunya maid itu merupakan pelayan kepercayaan dan terdekat istri tercintanya itu. Namun ketika istrinya itu telah tiada maid itu tetap setia bekerja padanya untuk membantunya dalam mengurus putra putranya itu.

Sekarang Dayn sendiri yang mengutus maid itu untuk menjadi pelayan pribadi calon putrinya itu, yang di terima dengan senang hati oleh maid itu.

"Baik tuan" jawab maid itu.

"Eh? Bibi?!" Kaget Lyra ketika ia mengetahui siapa bibi itu.

Sedangkan maid itu hanya tersenyum dan membungkuk hormat.

"Salam nona muda" ucap hormat maid itu.

Dayn yang dapat melihat wajah penasaran Lyra ingin sekali mencium pipi putih itu namun ia urungkan karena ia tidak ingin membuat calon putrinya itu merasa tidak nyaman dengan dirinya.

"Dia adalah pelayan pribadi mu, Baby. Paman sendiri yang memerintahkannya untuk selalu berada dan memantau dirimu di sana" jelas Dayn.

Lyra yang mendengar itu tersentak kecil, ia kira maid itu merupakan pelayan di keluarga nya yang di perintahkan oleh ayahnya untuk merawat dirinya. Namun ternyata itu adalah bentuk perhatian dari orang asing ini.

Lyra yang tidak tau harus berbuat apa, segera memeluk erat paman di depannya itu. "Terimakasih" itu adalah kata yang pantas ia ucapkan untuk paman asing ini.

Lyra merasa bersyukur, bagaimana jika maid itu tidak ada di sana. Maka dirinya akan terus bekerja dan mungkin kelaparan. Ia tau bahwa semenjak dirinya di usir dari mansion nya sendiri seluruh maid dan bodyguard di sana sudah di perintahkan oleh ayah dan ibunya untuk menjauhi dirinya.

Sedangkan Dayn yang dapat serangan mendadak itu membuat detak jantung nya berdetak kencang dan tiba tiba cairan bening keluar begitu saja dari kedua matanya.

Ia pun segera memeluk erat calon putrinya atau yang telah ia anggap sebagai putri nya sendiri itu.

Sedangkan maid tersebut telah masuk ke dapur untuk menyiapkan makanan hangat buat tuan dan calon nona mudanya itu.

Beberapa saat kemudian mereka memulai makan siang mereka dengan sesekali Dayn ikut menyuapi Lyra yang tengah duduk di samping Gray.

.
.
.
.

Kini Lyra menatap bingung Abang abangnya yang tengah duduk di sekitarnya. Mereka semua tengah duduk santai di balkon lantai dua mansion itu.

"Abang Gray. Kapan pulang?" Tanya Lyra.

Karena biasanya ia akan di antar Gray pulang ke kediamannya ketika pada pukul tiga sore.

Tapi kini jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan belum ada tanda tanda Gray akan mengantarnya pulang.

Mendengar pertanyaan Lyra, otomatis ketiga putra Xender itu menatap Lyra.

"Lili tinggal di sini" ucap singkat Ruel dan ia memilih melanjutkan permainan gamenya. Sebenarnya Ruel masih tidak terima dengan keputusan Daddynya itu untuk mengembalikan Lyra ke keluarganya setelah masa pemulihan ini.

"Hanya sementara selama masa pemulihan mu, Baby" jelas Dayn yang baru gabung dengan keluarga kecilnya itu.

"Baby, ada yang ingin Paman bicarakan" ucap Dayn yang tengah duduk di samping Lyra.

Sedangkan ketiga putranya itu ketika mendengar nada serius Daddy, segera duduk dengan tegap dan mendengar apa yang akan Daddy nya itu bicarakan.

"Tentang apa paman?" Tanya Lyra.

"Pertama kamu akan tinggal di sini selama masa pemulihan mu berlangsung. Setelah Vans mengizinkan mu pulang, Paman sendiri yang akan mengantarkan dirimu pulang ke rumah mu hmm" ucap Dayn yang di angguk ragu ragu oleh Lyra.

Lagi pula dirinya juga masih sulit untuk berjalan, jangankan berjalan untuk berdiri saja masih ngilu.

"Selanjutnya, apa kamu merasa sesak tinggal di sana?" Tanya pelan Dayn agar tidak melukai perasaan gadis kecil itu.

Lyra yang ditanya seperti itu menatap bingung Dayn.

Melihat wajah bingung anak kecil di depannya itu, Dayn hanya bisa menghela nafas pelan sebelum menjelaskannya.

"Baby jika dirimu tidak kuat menerima semua perlakuan mereka. Paman mohon jangan pernah melakukan tindakan yang dapat membahayakan dirimu sendiri lagi. Jika kamu mau, paman dan putra putra paman setuju ingin menjadikan dirimu sebagai keluarga paman" jelas Dayn.

Deg!

Lyra yang sudah memahami apa perkataan Dayn itu tersentak kecil sebelum ia tersenyum tipis.

Jujur dirinya merasa sangat bersyukur bahwa ada beberapa orang yang masih menerima dan memperhatikan dirinya.

"Terimakasih kasih paman. Lyra benar benar berterima kasih pada paman dan juga seluruh keluarga paman terhadap apa yang telah paman lakukan buat Lyra dan juga mau merawat Lyra yang bukan siapa siapa paman. Tapi....Lyra masih memiliki keluarga Lyra. Walaupun mereka seperti itu, Lyra akan terus menunggu sampai saat dimana ibu dan ayah mau melirik Lyra karena prestasi Lyra sendiri. Jadi--...." Jelas panjang Lyra. Ia pun menunduk takut karena akan melukai perasaan paman di depannya itu setelah menolaknya.

Dayn yang tau maksud dari anak kecil ini tersenyum tipis dan mengelus kepala Lyra lembut.

"Paman paham. Jika kamu bisa menunggu, maka paman juga akan menunggu mu, Baby. Asal kamu tau tangan ini akan selalu terbuka untuk menyambut dirimu, Baby" ucap Dayn.

Lyra yang tidak mendapatkan amarah dari Paman di depannya itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum manis sebagai ucapan terimakasih kasihnya.

Beda halnya dengan Ruel dan Eden yang masih sedikit tidak terima ketika calon adiknya itu menolak untuk tinggal dengan mereka.

"Tapi sebelum itu kamu harus berjanji untuk tidak melakukan hal berbahaya lainnya ketika dirimu merasa sedih. Paman akan tetap menyuruh maid itu untuk selalu bersama dirimu dan ......ingat untuk telepon salah satu dari kami jika ada hal yang mendesak. Paham?" Ucap Dayn sambil menyerahkan ponsel Lyra yang telah diberikan oleh maid itu sebelum ia pulang ke tempat tuannya.

Lyra menerima ponsel itu dan mengangguk antusias akan ucapan paman itu.

Dayn yang melihat itu terkekeh gemas begitu juga Gray. Segera ia mengendong tubuh kecil itu untuk kembali masuk ke dalam. Karena angin malam akan tiba dan itu tidak baik buat tubuh kecil ini.

Mereka semua pun kembali masuk ke dalam mansion mewah mereka itu.

Lyra di letakkan di kamar Gray, karena ia masih sedikit gugup jika tidur sekamar dengan Dayn, maupun dua Abangnya yang lain.

Kini Gray sedang berada di kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan Lyra tengah duduk di kasur milik Abang nya itu sambil menonton tv.

Sebenarnya Lyra kini tidak bisa fokus untuk menonton tv, karena sekarang ia tengah memikirkan tentang kejadian beberapa hari yang lalu dan juga tentang perkataan Dayn tadi.

Apa sebegitu bebankah dirinya di keluarga kandungnya sendiri? Ia juga pernah memenangkan beberapa penghargaan musik ketika usianya masih lima tahun tapi orangtunya tidak pernah sedikit pun meliriknya. Ia juga pernah berusah belajar dengan baik seperti kakaknya itu, namun tetap masih tidak pernah dilirik oleh orang tua nya sendiri.

Kakak nya juga kadang kadang menjebak dirinya sehingga selalu di marahi oleh ayah dan ibunya terhadap kesalahan yang tidak pernah ia perbuat. Sedangkan Abang nya....

Namun tiba tiba ia mengingat bahwa ia masih memiliki satu Abang nya lagi, yang merupakan Abang kandungnya sendiri.

Hanya Abangnya itu yang satu satunya anggota keluarga nya yang masih mau mendengarkan dirinya walaupun juga agak cuek. Lyra juga tidak mempermasalahkan hal itu, ia berpikir bahwa Abang nya itu terlalu sibuk buat masa depan nya yang akan menjadi seorang dokter.

Lyra langsung saja mengambil ponselnya dan langsung saja mengirim pesan pada Abang kandungnya itu.

Abang Rafa

"Abang?"

"Lyra harus apa bang?"

"Lyra harus apa buat mendapatkan perhatian ibu dan ayah"

"Lyra....cape bang"

"Lyra mau pelukan ibu, Lyra mau ajak ibu pergi jalan jalan ke taman, mau banyak cerita tentang kehidupan Lyra"

"Lyra mau duduk di dekat ibu kayak kak Sirena, Lyra mau kayak kak Sirena yang bisa dikasih senyuman sama ibu"

"Abang. Apa kelahiran Lyra tidak pernah di tunggu tunggu oleh ibu dan ayah? Apa Lyra hadir karena suatu kesalahan?"

"Apa....ibu menyesal melahirkan Lyra?"

(Kling)

(Beberapa saat sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya Lyra)

"Nggak usah ngaur"

"Ibu tidak pernah menyesal, melahirkan anak anaknya"

"Itu Abang sama kak Sirena saja"

"Berbeda dengan Lyra"

"Lyra selalu di asingkan bahkan di nomor dua kan saja nggak pernah bang. Hanya Abang dan kak Sirena saja yang ada di kehidupan ibu"

"Lyra selalu tidak terlihat, atau memang nggak pantas di lihat sedikit pun"

(Rafa pun offline)

"Hehehehe tidak apa apa jika ucapan Lyra di anggap tidak penting. Tapi terimakasih kasih Abang karna masih mau membaca pesan Lyra"

"Abang yang semangat belajarnya ya. Lyra akan tunggu Abang ehh bukan Lyra akan tunggu calon dokter keluarga Agatra ini pulang hheheheeh"

"Tetap jaga kesehatan Abang ya, jangan terlalu memaksakan diri. Calon dokter harus tetap sehat oke! Da da Bang"

"Lyra kangen Abang Rafa"

Setelah itu Lyra memutuskan mematikan poselnya dan memilih untuk tidur karena merasakan sakit di punggung karena terlalu lama duduk menyandar.

Tidak berapa lama kemudian Gray pun telah selesai mandi, ia dapat melihat calon adiknya itu telah terlelap di kasurnya dengan keadaan tv masih menyala.

Ia pun tersenyum tipis dan mematikan tv itu sebelum mengecup kening Lyra.

Cup~

Namun ia di hentikan ketika ia melihat air mata Lyra mengalir begitu saja dari kedua matanya yang sengaja tertutup itu.

Tanpa menganggu tidur Lyra, Gray mengelapnya dengan lembut dan mengecup kedua mata lembab itu.

"Abang tau kamu pasti bisa" bisik Gray sebelum ia mematikan lampu tidur yang ada di dekat Lyra.

Setelah itu ia pun naik ke kasurnya dan tidur di samping Lyra sambil memeluk calon adiknya itu.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.8K 268 43
"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menja...
31.4K 993 30
bagaimana jika kalian di jodohkan oleh seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit tempat kalian bekerja. syok sudah pasti. mau menolak tidak bisa k...
918K 76.7K 35
"Papa?" ujar gadis kecil itu sambil mengerjapkan matanya bingung "Iya, panggil aku papa mulai sekarang." Karena aku akan menjaga mu mulai dari sekara...
286K 13.8K 27
Amora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. M...