Kakak Pramuka Cantik!

By gracemirr

72K 5.2K 442

"Hani!" "Oy! Nape deh." "Kalonya gue bilang beneran suka sama kak Kinar lu gimana?" "HAH!? KAK KINAR PELATIH... More

1. Cantik!?
2. Cewek gue?
3. Niatnya sih bercanda
4. Lowbet
5. Ngambek
6. Ngambek (2)
7. Panas ya?
8. Panik
9. Adek cemburu
10. Sakit
11. Main ToD
12. Satu minggu
13. Persami
14. Persami (2)
15. Persami (3)
16. Pulang
17. Gabut deh
18. Cemburu lagi
19. Cowok
20. Ragu
21. Gak tau
22. Ketikan cinta
23. Cerita cinta Kinar
25. Rumah
26. Clara dan malamnya
27. Candu
28. Masalah terus
29. Rumah sakit
30. Mati lampu [END]
Cerita baru??
mau nanya

24. Pantai

1.5K 131 18
By gracemirr

Kalau kalian tanya reaksi Clara gimana? Oh, sudah jelas dirinya salah tingkah. Sekarang saja Clara sedang rebahan di kasur, ia berusaha menutupi wajahnya yang merah padam dengan tengkurap.

Kinar pun sudah lelah membujuk Clara untuk melihat ke arahnya, namun hasil Kinar membujuk Clara tak mempan-mempan. Kinar jadi ikutan rebahan di samping Clara, ia sudah tak ada tenaga lagi.

"Kak Kinaaarrr!" Rengek Clara, ia merubah posisinya jadi telentang, "Kamu mah kata-katanya manis mulu!"

Kinar yang mendengar itu hanya terkekeh pelan, matanya menatap ke arah langit kamar.

"Bukan manis, Ra. Tapi dari hati, aku ngucapinnya dari hati, secara tulus buat kamu."

Seraya Clara mencoba bangun dari tidurnya, tangannya menutup wajah, ia malu dengan kata-kata yang selalu Kinar keluarkan.

"Kamu ada bilang kan? Kalonya kamu gak mau jatuh cinta lagi gara-gara si Angel-Angel itu?" Tanya Clara.

Kini ia tak lagi menutup wajahnya, melainkan ia menatap Kinar serius, ada perasaan mengganjal di isi hatinya yang belum tersampaikan.

"Hm, iya. Kenapa?"

"Apa coba, alasan yang bikin kamu gak mau jatuh cinta lagi?"

"Karena... Aku gak mau patah hati yang kedua kalinya."

Clara mengangguk kecil, tubuhnya mengarah lebih dekat ke arah Kinar, jarak mereka hanya terpautkan 5 cm.

"Kalo semisalnya kamu yang nyakitin aku gimana?"

"Maksudnya, Ra?"

"Kamu yang nyakitin aku, alias kamu yang bikin aku patah hati."

***

Clocks - Coldplay

Lagu yang sedang mengalun di ponsel Kinar. Hari ini, pukul 4 subuh, Kinar terdiam di balik pintu belakang rumahnya. Kakinya melangkah keluar, sekedar mencari angin subuh, sedang langit masih terlihat gelap.

Setelah kejadian Clara mengucap kata-kata itu, ia tak bisa tidur, bahkan sampai sekarang. Padahal besok dirinya ada kegiatan Pramuka.

Ucapan Clara masih terbayang di otak Kinar. Tak bisa membayangkan jika dirinya menyakiti Clara. Apa yang akan di katakan teman-temannya nanti jika berani menyakiti Clara? Kepikiran untuk mengkhianati Clara pun ia tak ada.

Sungguh. Itu karena Kinar duluan memulai jatuh cinta ke Clara. Ia harus bertanggungjawab, terutama clara yang sudah menaruh rasa ke dirinya, tak mungkin Kinar se-brengsek itu. Ia takkan menyakiti Clara.

Helaan napas keluar dari mulut Kinar, ia sudah cukup lelah dengan kantuknya yang tertahan. Ia tak bisa tidur lantaran memikirkan Clara.

"Kamu yang nyakitin aku, alias kamu yang bikin aku patah hati."

Lagi. Masih terbayang suara Clara di benaknya. Padahal mereka belum memulai hubungan loh, tapi kepala Kinar sudah berisik memikirkan masalah ini.

"Nggak. Gue gak mungkin kalo sampe nyakitin Clara." Monolog Kinar.

Kinar memilih masuk ke dalam rumah, tak lupa mengunci kembali pintu belakang rumahnya. Berjalan tenang ke arah kamar. Di bukanya secara perlahan pintu kamar, agar tak menimbulkan suara yang berlebihan, ia hanya takut Clara terganggu dari tidurnya.

Kinar tak sempat menghidupi lampu kamarnya, sekarang hanya ada kegelapan, pintu kamar pun sudah ia tutup kembali. Perlahan kakinya mengarah ke kasur, tangannya meraba wajah Clara, hingga berhenti ke pipi Clara.

Cup!

Sebuah kecupan bibir mendarat di dahi Clara. Lembab nya bibir Kinar menyatu dengan dinginnya kulit Clara. Ia sengaja memakan waktu yang lama untuk kecupan ini, agar dirinya bisa menyakinkan Clara.

Setelah di rasa kecupannya cukup di dahi Clara, kini wajahnya menjauh, ia tersenyum tipis di balik gelapnya ruangan.

"Sleep well, Clara. Aku sesuka itu sama kamu." Ucapnya dengan lembut.

Selesai mengucapkan kata-kata manisnya, Kinar merebahkan tubuhnya di samping Clara. Matanya berusaha menutup, berharap ia bisa tidur kembali.

***

Selang satu hari setelah kejadian itu, hubungan keduanya semakin dekat, layaknya sepasang kekasih ketika bersama. Bedanya mereka tak ada status.

Ya, itu semua karena Clara tak mau membahas kejadian kemarin. Walaupun dirinya tak tahu, jika Kinar memikirkan ucapannya setengah mati di setiap malamnya. Apa lagi ketika saat-saat ia ingin tertidur.

Pukul 4 sore, setelah keduanya kembali ke rumah masing-masing, Kinar menghubungi Clara.

"Ra!"

Suara Kinar di ponsel Clara terdengar panik. Hal itu membuat Clara ikutan panik, "Kenapa?!"

"Pantai yuk!"

Clara yang mendengar itu langsung memutar bola matanya malas, ia mengira Kinar terjadi apa-apa disana, ternyata si gadis SMA tersebut ingin mengajaknya ke pantai.

"Sekarang banget?"

"Iya! Biar bisa ngeliatin senja!"

"Kamu semangat banget. Kayaknya disini yang jadi anak kecilnya kamu deh, bukan aku."

"Kamu ikut gak, Claraaaa? Aku tuuuu lagi senang tauuu. Soalnya aku udah lama banget gak ke pantaiiii!"

Suara Kinar, benar-benar seperti anak kecil yang kegirangan. Kok ada ya? Orang segemas Kinar? Hati Clara yang awalnya tertutup rapat jadi terbungkam oleh kehadiran Kinar. Setiap saat, setiap bersama Kinar, Clara merasakan senang dan bahagia. Semuanya bercampur aduk.

"Kok diem, Claraa?"

Ciri khasnya Kinar, selalu memanggil Clara seperti, ia berasa di anggap anak kecil oleh Kinar. Padahal sekarang yang menjadi anak kecil adalah Kinar.

"Iya?"

"Kamuuuu ikuuuttt gak, Claraaa..."

"Iya, aku ikut."

"Okey, adek kecik! Aku otw ya."

Tut

Panggilan telepon mereka langsung di matikan oleh Kinar. Bukan Kinar namanya kalau tidak memaksa, paling tidak dia keras kepala. Namun bukan Clara namanya kalau tidak menerima ajakan Kinar, ia akan selalu menerima apapun yang Kinar lakukan.

Setidaknya selama ada Kinar di sisi Clara, ia bisa merasa bahagia ketimbang terkekang dengan mantannya yang dulu.

***

Suara angin yang bergemuruh beserta ombak pasang menerpa telinga dan anakan rambut. Kaki Kinar dan Clara berada di atas pasir pantai, keduanya saling berpegangan tangan. Mungkin orang-orang di sekitar mereka menganggap keduanya hanyalah teman biasa.

Tapi sebenarnya mereka adalah teman yang saling menyukai. Lagi-lagi hubungan tanpa status. Namun itikad baik dari Kinar yang memperlakukan Clara layaknya kekasih, bisa di bilang jika Kinar sangat menyakinkan Clara.

Komitmen? Tidak. Mereka sedang tidak melakukan komitmen.

"Clara!" Panggil Kinar setengah teriak, lantaran suara ombak yang terlalu kencang menerpa keduanya.

Sekarang, entah kenapa ia merasakan jika sifat keduanya jadi terbalik. Clara yang cerewet berubah jadi kalem, sedang kinar yang kalem berubah jadi cerewet. Apa yang membuat mereka bisa sampai seperti ini?

"Iya?"

Jawaban template yang selalu Clara kasih. Ada alasan tertentu mengapa ia menjawab seperti ini, atau bahkan kenapa ia menjadi kalem akhir-akhir, lantas mengapa? Itu semua karena Clara sedang menahan degup jantungnya. Jujur saja, Clara selalu salah tingkah.

Clara berusaha menutupnya dengan cara menjadi pendiam, atau bahkan jawabannya yang selalu cuek. Padahal ia hanya berusaha menutupi rasa malunya itu.

"Aku beneran senang tauuu! Bisa ke pantai lagiii! Apa lagi kalo sama kamuuu!"

Kinar. Ia bertingkah layaknya anak kecil karena merasa aman dan nyaman di saat bersama Clara, tandanya ia benar-benar menerima akan hadirnya Clara. Kinara hanya menumpahkan sisi anak kecilnya ke orang yang ia sayang, selebihnya ia tak pernah mengeluarkan sisi anak kecilnya ke orang lain, terkecuali orang tersayangnya.

Kinar kangen di manja oleh mamanya, apa lagi papanya. Maka dari itu, ia ingin meminta semuanya ke Clara, gadis SMP yang terkadang bisa bersikap dewasa.

"Iya, a-aku juga senang kok!" Jawab Clara dengan gugup.

Masih saja ia tak bisa menyembunyikan rasa malunya ke Kinar.

"Eh btw! Mundur dikit yuk! Kita cari tempat yang sekiranya enak buat duduk, sekalian mau liat senja."

Kinar mengajak Clara mundur beberapa langkah, di lihat ada beberapa pohon di tepian pantai, segera ia membawa Clara ke bawah pohon. Sekarang pemandangan di depannya adalah lautan pantai, ombak terus bergelombang menghampiri mereka. Untung saja jarak laut dengan tempat yang mereka duduki lumayan jauh.

Di pantai ini memang banyak orang-orang yang menikmati liburan mereka, namun di tempat yang mereka duduki tak ada siapa-siapa di sampingnya. Hal seperti ini sungguh nyaman menurut Kinar, ia bisa mengeluarkan sisi manjanya ke Clara.

Posisi Clara kali ini terduduk menghadap laut, sedang Kinar rebahan di pasir beralaskan bajunya sebagai tikar, kepalanya ia taruh ke paha Clara.

Cantik.

Itu yang ada di pikiran kiamat sekarang. Bahkan menatap Clara dari bawah saja masih terlihat cantik, apa lagi jika sudah saling bertatapan dengan jarak yang dekat.

"Claraaaa..." Kinar memanggil dengan nada manjanya yang khas.

"Kenapa?"

"Dengerin aku nyanyi ya."

Clara mendongak ke bawah, sesekali tangannya mengusap rambut Kinar, "Emang mau nyanyi apa?"

"And if I was a fool for you,
I’d wait 500 million hours on a park bench out on the moon."

Nada dari lagu ini pun sudah bisa di tebak. Sampai-sampai Clara tak sadar jika ia ikut bersenandung kecil.

"But in full view of what you are, you’re a goddess you’re my rock star.
I fell in love with... Claaaara. even though I barely met her.
Even though we’d break our hearts before we’d even start."

Clara terdiam cukup lama. Lirik lagu yang harusnya Alexandra tiba-tiba saja di ubah menjadi namanya. Kenapa sih ada orang se sweet Kinar? Tangan Clara secara spontan menutupi wajah Kinar.

"Kok muka aku di tutupin, Claraa!" Rengek Kinar, dengan suaranya yang tertahan.

"Kamu kenapa sih selalu bikin aku baper, kak?!" Sewot Clara.

"Emangnya kamu sekarang lagi baper?"

"Iya!"

Kinar tertawa rendah, wajahnya yang di tutup Clara ia buka secara perlahan. Keduanya saling bertatap mata, semiliar angin terdengar menerpa.

"Aku sayang kamu, Clara."

Clara terdiam, hamparan debu pasir masuk ke dalam matanya. Kinar yang melihat itu buru-buru mendudukkan diri, ia memegang kepala Clara, mulutnya meniup mata Clara yang kemasukan pasir.

"Pasirnya masih ada kah?" Tanya Kinar dengan khawatir.

Clara mengucek-ucek matanya, Kinar langsung menahan tangan Clara, "Jangan di kucek! Ntar jadi makin parah." Larang Kinar.

"Aku panik!" Jawab Clara.

"Diem!" Kinar menahan tangan Clara yang ingin menyentuh matanya, ia menatap sebentar mata Clara yang kelilipan. "Matanya buka dikit!"

Clara membuka perlahan matanya. Merah, hal itu yang dapat di lihat Kinar dari mata Clara. Kinar meniup pelan mata Clara, "Gimana?" Tanyanya khawatir.

"Agak mendingan dikit."

Kinar tersenyum, ia kembali meniup mata Clara yang merah. Terakhir ia mencium dahi Clara, sengaja.

"Iiihhh! Kak Kinar!!!" Sewot Clara. Kinar hanya tertawa, ia kembali rebahan di paha Clara.

"Matanya masih sakit? Kalo masih sakit mending kita balik aja deh, atau gak kita ke warung bentar nyari obat tetes mata."

Clara menggeleng, "Udah, gak usah. Gak terlalu sakit. Kamu gak mau nikmatin senja di pantai gitu? Katanya tadi nervous banget mau ke pantai. Masa jadi batal sih cuma gara-gara mata aku doang?"

"Kesehatan kamu lebih penting, Clara. Aku gak mau ya kalo mata kamu kenapa-napa. Ntar pantainya yang aku salahin, sekalian aku blacklist dari daftar pantai yang pernah aku temuin."

"Ngaco banget!"

"Hahahaha!"

Kinar berdiri dari rebahannya, ia mengulurkan tangan seraya membantu Clara berdiri, bahkan tangannya itu membersihkan sisa pasir yang berada di sekitar celana Clara. Tak peduli bahwa sekujur badannya pun di tempeli oleh pasir.

"Baju kamu, kak! Banyak pasirnya ituuu! Jangan cuma aku doang di perhatiin."

Kinar melihat ke arah bajunya, "Loh? Kok aku baru nyadar ya," Ia buru-buru membersihkan bajunya itu, saat Clara ingin membantu ia langsung menepis, "Gak usah. Aku bisa sendiri kok."

"Halah!"

"Udah," ucap Kinar setelah membersih bajunya sendiri, ia melihat penampilan Clara saat ini yang di kuncir asal, bahkan anakan rambutnya bertebaran karena angin pantai, "Kamu cantik banget, Clara."

"Kamu lebih cantik, kak!"

"Enggak ih! Kamu lebih cantikkkk!"

"Iya, terserah! Ntar kalo aku terusin debatnya kita gak jadi liat senja!"

Kinara hanya tertawa, ia menggenggam tangan Clara, "Ya udah, ayo kesana. Bentar lagi ada sunset."

Kinar berjalan sembari membawa Clara menuju lautan pantai, tak terlalu dalam. Langit di sekitarnya sudah menunjukan langit senja, dengan kata lain warna langit yang oren. Matahari terlihat terbenam di depan sana.

"Kamu mau aku fotoin gak?" Tanya Kinar, sembari satu tangannya mengambil ponsel dari saku celana, sedang satu tangannya masih setia menggenggam tangan Clara.

"Boleh."

Clara melepas tautan tangan mereka. Kini ia membelakangi Kinar yang sudah siap dengan kamera di ponselnya. Clara menatap ke arah lautan, matahari yang terbenam sangat cocok dengan latar belakang Clara di foto kan Kinar.

"Cantik." Gumam Kinar.

"Satu, dua, tiga." Ucap Kinar sembari memotret Clara.

Kinar tak henti-hentinya berkata cantik, sampai-sampai ucapan Kinar di dengar oleh Clara.

"Cantik mulu dari tadi! Apanya sih yang cantik?!" Kesal Clara.

Kinar menghiraukan kekesalan Clara, ia memilih memotret lautan ketimbang adanya Clara. Clara saja sudah ada di sampingnya.

"Kamu." Jawab Kinar.

Pipi Clara bersemu merah, "Dih!"

Kinar memasukan ponselnya ke dalam saku celana, ia menatap Clara di sampingnya, tangannya menyuruh kepala Clara bersandar ke bahunya.

"Ntar kalo kita udah pacaran kita kesini lagi, ya?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

21.6K 874 19
KARENA KETIDAKPERCAYAANNYA DENGAN ANAK ANGKAT, MEMBUAT ALIZA HAMPIR KEHILANGAN SANG ANAK SEKALIGUS CINTANYA.
14.3K 1.8K 26
Ini tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseo...
18.9K 875 10
(GxG) Vernanda bukanlah lesbian. Namun secara tidak terduga siswi yang sering kali ia bully di sekolah, Aden, menaruh hati padanya karena Vernanda ti...
1.9M 47.7K 11
Baca You're Mine full + extrapart hanya di Karyakarsa. Jika kamu tidak bisa mencintaiku. Maka aku akan membuatmu sangat membenciku. Karena bagiku me...