120 Minutes (Kookv)

By PenaArunika

11.6K 1.2K 183

Taehyung itu sendirian. Sudah terbiasa sendirian sejak usianya masih belia. Ayah dan Bundanya sibuk bekerja... More

Wise man said...
Pertama Kali Bertemu
Bertemu Lagi
Hari Bahagia (?)
Rencana Berpetualang
Apa yang Dijalani & Apa yang Orang Lain Lihat
Keinginan Taehyung
Belanja & Kenyataan
Teman-Teman Jeongguk
Menyatakan Cinta & Panggilan Baru
Berpelukan Sepanjang Hari
Musim Panas yang Panas, dan Sedikit Perih
Buku Catatan Ggugi, Foto, dan Kamera
Bertemu Luka
Kurang Enak Badan
Sebuah Undangan Biru di Atas Nakas
Catatan Ggugi, Lagi
Malam Natal dan Peta Petualangan
Masa Lalu Ggugi
Salah Paham
Berkali-kali Patah
Tolong Dengarkan Ggugi
Sedikit Merindu
120 Minutes: Petualangan (1)
120 Minutes: Petualangan (2)
Penjelasan 4 Kunci Kotak Petualangan
Kenyataan (Taehyung PoV)

Lagu Favorit Taehyung

442 58 3
By PenaArunika

Jeongguk dan Ibunya baru saja berbincang dengan Seokjin di ruangannya. Ibunya sangat merindukan Taehyung, dan akhirnya Jeongguk menanyakan perihal anak remaja itu kepada Seokjin selaku pemilik cafe.

Baru saja dirinya tenang mendengar kabar kalau anak itu sedang mengerjakan tugasnya di dapur, ia kembari khawatir melihat Taehyung berdiri lemas di mejanya dengan Eunha dan dua remaja lainnya yang sudah sigap menahan Taehyung agar tidak jatuh ke lantai.

“Ada apaan ini?” Jeongguk bersuara tegas. Seluruh perhatian kini berpusat padanya. Ibunya berteriak memanggil nama Taehyung, perempuan yang sudah menganggap Taehyung seperti anak kandungnya sendiri itu kini mengambil alih tubuh remaja tersebut dan membawanya duduk di kursi kosong lainnya.

Sedang Jeongguk masih menatap marah ke arah sepupunya. “Apa yang kau lakukan Hyejin?” tanya Jeongguk. Entah kenapa suara lelaki dua puluh satu tahun itu cukup membuat suasana semakin menakutkan.

“A-aku hanya berkata sejujurnya tentang apa yang terjadi.”

“Apa?! Kau tahu apa?!”

“Hei, kenapa kau jadi marah padaku, Kak?!”

“Karena kau sok tahu, Hyejin.”

Yang lain terdiam, Hyejin pun menjadi bungkam. Pandangan Jeongguk kini mengarah kepada seorang wanita yang sedari tadi hanya duduk manis seolah sedang menonton sebuah drama—orang tua Hyejin.

"Kau tahu Bi? Kau adalah orang tua yang buruk. Kau tahu anakmu sedang mengurusi hidup orang lain yang bahkan tidak ia ketahui dengan benar, dan kau hanya diam? Ibu macam apa Kau?” ujar Jeongguk sembari menahan amarahnya sekuat yang Ia bisa.

“Aku hanya membiarkan anakku melakukan apa yang dirinya mau, kenapa kau jadi mengaturku?” sialan. Jeongguk tidak mengerti dengan pola pikir wanita yang adalah adik dari Ayahnya itu. Baru saja Jeongguk akan bicara lagi, suara laki-laki yang kini sedang menemani Taehyung bersama Ibunya terdengar begitu panik memanggil Taehyung. ternyata anak itu jatuh pingsan pada pelukan Ibu Jeongguk.

Di saat yang bersamaan, Yoongi dan Seokjin juga datang menghampiri Taehyung, dan hal itu membuat Jeongguk ikut beranjak dan menghampiri remaja yang tengah pingsan tersebut.

“Beri dia ruang.” Ujar Seokjin.

“Kak, kita harus bawa Taehyung ke rumah sakit!” ujar Eunha panik.

Yoongi pun ikut panik, dirinya dan beberapa orang di sana yang tak Jeongguk kenal ingin menggendong Taehyung, sebelum Jeongguk menahannya.

“Biar saya dan Ibu saya yang membawanya. Kalian tenang saja. Lanjutkan tugas kalian masing-masing, Seokjin akan sangat butuh bantuan kalian di cafe ini. Dan kalian...” Jeongguk menggantungkan perkataannya di akhir.

“A-ku Jimin, Kak. Aku teman akrab Taehyung sewaktu sekolah.” Jelas laki-laki bertubuh kecil bernama Jimin itu. Jeongguk hanya mengangguk.

“Kau di sini saja, selesaikan acaramu dengan teman-temanmu. Biar saya dan Ibu saya yang membawa Taehyung.” ujar Jeongguk lagi, kali ini dia sembari mengangkat tubuh Taehyung, mendekap Taehyung yang tengah pingsan.

Setelahnya Jeongguk dan Sang Ibu pergi, meninggalkan keramaian dan kerusuhan yang terjadi di dalam cafe. Dalam hatinya Jeongguk berharap, semoga lelaki manis dalam dekapannya akan baik-baik saja.

***

Jeongguk tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya, lelaki 26 tahun itu begitu mengkhawatirkan Taehyungnya hingga menyetirnya menjadi sedikit kacau, bahkan ia sempat menyerempet seorang wanita seusia Ibunya yang tengah menyebrang di daerah dekat tempat Taehyungnya tinggal.

"Jeongguk?! Kau menabrak siapa?" Di kursi belakang, Sang Ibu berteriak panik. Jeongguk segera turun dari mobil untuk memeriksanya.

“Astaga, Nyonya Kau baik-baik saja?” tanya Jeongguk panik, ia segera keluar dari dalam mobilnya untuk mengecek keadaan wanita yang baru saja ia serempet dengan mobilnya.

Wanita itu menganggukkan kepalanya, kemudian tersenyum tipis, kemudian bangkit berdiri dibantu oleh Jeongguk.

“Maafnya saya, Nak. Saya yang melamun.” Ujar wanita itu sembari membersihkan dress coklat susunya yang sedikit kotor. Jeongguk tetap saja merasa tidak enak.

“Nyonya, maaf saya sedang buru-buru, Adik saya sakit dan saya harus mengantarnya ke rumah sakit sekarang juga. Jadi ini kartu nama saya, jika nanti ada yang Nyonya rasakan akibat perbuatan lalai saya tadi, anda bisa menghubungi saya.” Jelas Jeongguk sembari memberikan kartu namanya pada Nyonya tadi.

“Terima kasih, Nak. Semoga Adikmu cepat sembuh, ya.”

“Terima kasih, Nyonya.” Ucap Jeongguk.

Ia segera berlalu dari tempatnya sekarang, Taehyung yang utama untuk saat ini.

***

Jeongguk harus pergi ke kantornya setelah mengantar Ibunya dan Taehyung ke rumah sakit karena alasan penting yang tak bisa ditinggal. Jadi, pria itu memutuskan untuk langsung kembali ke rumah sakit setelah urusan pekerjaannya selesai.

Like a river flows,
Surely to the sea,
Darling so it goes,
Some things, Are meant to be..

Langkah Jeongguk terhenti di depan ruang rawat 102. Ia terpaku mendegar suara Taehyung yang bernyanyi di temani Ibunya, kemudian dirinya mendengar suara Taehyung yang tertawa kecil di akhir nyanyiannya.

Jeongguk membuka pintu perlahan, Taehyung masih tertawa kecil di dalam pelukan hangat Ibunya. Tangan kurus bocah lelaki itu terpasang infus, terlihat nasal kanula terpasang di hidungnya. Taehyung tampak menyedihkan untuknya, tetapi wajahnya yang bahagia di dalam dekapan Sang Ibu membuatnya menghangat.

“Kau sudah enakan, eoh?” tanya Jeongguk membuat Taehyung dan Ibunya menoleh ke arah Jeongguk. “Lho, kapan kamu sampai?” tanya Nyonya Jeon kepada anak semata wayangnya.

Pria berusia kepala dua itu meletakkan kantung putih berisikan roti dan beberapa susu di atas meja, kemudian menghampiri Ibunya dan Taehyung yang masih saja saling mendekap. “Aku baru saja tiba, dan mendengar Taehyung bernyanyi.” Ujarnya kemudian tangannya terangkat untuk mengelus surai Taehyung, membuat anak itu memejamkan matanya.

“Kau suka lagu itu?”

“Humm, dulu Ayah suka memutarnya saat aku kecil.”

“Oh ya? Ngomong-ngomong di mana orang tuamu?” Jeongguk sepertinya salah bertanya, karena Taehyung tidak merespon pertanyaan keduanya, ia hanya terus memejamkan mata, kemudian kini berpindah ke dalam dekapan Jeongguk. Anak itu memeluk Jeongguk, menyembunyikan kepalanya di balik dada bidang milik Jeongguk.

“Ibu kak Jeongguk dari tadi menemaniku tanpa istirahat. Aku mau beliau istirahat, dan kak Jeongguk mendongengkanku.” Ujar Taehyung. Jeongguk masih terdiam.

“Aku punya buku, kau boleh isi apapun yang kamu mau, Kak.”

“Oh iya? Di mana bukunya?”

Taehyung tampak begitu semangat, kemudian merogoh sesuatu di bawah bantalnya. Ia memberikan Jeongguk sebuah buku diary biru dengan wajah yang begitu ceria meskipun sedikit pucat. Jeongguk menerimanya, kemudian Ia pandangi dengan lamat buku yang kini berada di tangannya.

“Jadi saya boleh menuliskan apapun di sini?” tanya Jeongguk meyakinkan, Taehyung menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Sebuah senyuman manis terukir pada bibir Jeongguk. “Baiklah kalau begitu saya akan menuliskan sebuah puisi untukmu, tapi tidak sekarang. Kau tahu? Saya butuh membuat puisi paling indah untukmu, ya meskipun saya tidak mahir berpuisi.” Ujar Jeongguk sembari mencubit pelan pipi Taehyung yang menirus. Taehyung mengangguk.

***

“Taehyung sakit apa, Bu?” Jeongguk menghampiri Ibunya yang kini sedang menyantap roti di sofa kamar rawat Taehyung. ya, setelah Jeongguk membuat bocah delapan belas tahun itu tertidur, dirinya segera menghampiri Yuna untuk bertanya perihal kondisi kesehatan Taehyung.

Yuna meletakkan bungkus roti miliknya yang sudah kosong itu kembali pada kantung putih, kemudian ia meneguk sebotol air putih dan tersenyum ke arah putra semata wayangnya.

“Tidak buruk, hanya saja yang membuat Ibu sedih—Dokter berkata kalau makannya tidak rutin, Taehyung juga terlalu kelelahan, dan tadi siang ia sempat terguyur hujan deras. Apa orang tuanya benar-benar tidak memperhatikannya? Kudengar dari Jimin, anak ini suka menceritakan tentang orang tuanya yang super sibuk hingga tak pernah bisa datang ke acara sekolah dulu.” Yuna menjelaskan.

Jeongguk terdiam, ia mencoba mencerna perkataan Ibunya sembari memperhatikan wajah damai Taehyung yang tengah tertidur. “Saya bahkan tidak pernah tahu apa yang anak itu alami, Bu. Dia terlalu menyimpan semuanya rapat-rapat. Saya harus bagaimana?”

Hening, Ibu Jeongguk pun tidak semudah itu membuat Taehyung terbuka dengan apa yang Ia alami.

Malam itu, Jeongguk menginap di ruang rawat Taehyung. Ia tidur di samping laki-laki yang begitu dia sayangi, dengan lagu can’t help falling in love yang mengalun indah sepanjang malam.

(Jungkook X Calvin Klein, nangissss ㅠㅠ)

Continue Reading

You'll Also Like

539K 45.6K 69
"Daddy, mau mana?" "Jangan tinggal Taetae, Taetae tatut." Daddy! JK Kid! Taehyung
129K 10.1K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
110K 11.4K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...