Another World: The Tales of L...

By stellabloomix

170 18 30

Gaelira, anak SMA yang memiliki kehidupan super tenang dan bisa dibilang sempurna, ayah ibunya sangat menyaya... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13

chapter 4

7 1 0
By stellabloomix

Ryanna tersenyum kecut, pekerjaan yang temannya maksud ternyata adalah membantu Estelle merapikan dokumen dan buku-buku. Gaelira tampak sangat menikmati pekerjaannya, sementara Ryanna benar-benar sangat bosan.

“Sebenarnya kalian bisa menerima pekerjaan yang lebih baik setelah kalian naik kelas nanti, untuk sekarang aku akan memperkerjakan kalian sebagai asistenku, dan tenang saja, upahnya besar kok.”

Itulah yang Estelle katakan saat Gaelira dan Ryanna datang untuk meminta pekerjaan.

“Baiklah, sudah selesai, sekarang kalian kembalilah ke asrama kalian, ini bayarannya.” Estelle menyerahkan masing-masing satu kartu pada Gaelira dan Ryanna.

“Apa ini?” tanya Ryanna.

“Ini alat pembayaran di sini, aku memasukkan saldo sebanyak satu juta di kartu itu, kartu itu sudah atas nama Gaelira dan Ryanna, jadi tenang saja, itu sudah jadi milik kalian, jika kalian bekerja di luar nanti, kalian tinggal menyerahkan kartu itu pada orang yang memberi upah pada kalian, upahnya akan masuk ke situ nantinya,” jelas Estelle.

“Wow, ini keren! Jadi kami tidak perlu membawa uang?” Gaelira menatap Estelle penasaran.

“Uang?” Estelle menatap Gaelira bingung.

“Ah, lupakan saja.” Gaelira tersenyum canggung.

Hahaha ternyata di sini tidak ada yang namanya uang, batin Gaelira dan Ryanna.

Gaelira dan Ryanna berpamitan pada Estelle, mereka kemudian kembali ke asrama mereka.

“kalau tidak ada uang, berarti tidak ada orang miskin kan ya?” Ryanna menatap Gaelira penasaran.

“Tidak ada uang, tapi ada saldo, mungkin saldo ini yang menentukan kaya atau miskinnya seseorang, tapi mungkin juga tidak ada orang yang tidak memiliki rumah di sini,” ucap Gaelira mengira-ngira.

“Begini saja, bagaimana jika kita keluar ke ibu kota besok? Kita bisa melihat-lihat kondisi dunia luar dan kebetulan juga besok kita libur,” celetuk Ryanna.

Gaelira tersenyum, “ide bagus, ayo kita keluar besok.”

*

Di sinilah mereka sekarang, di ibu kota yang terlihat sangat ramai. Ada banyak toko-toko dan juga perumahan di sekitar, meski tidak semua rumah sama, tapi tidak ada satu pun rumah yang tampak reot atau tidak terurus.

Bahkan setlah berkeliling hampir tiga jam, Ryanna dan Gaelira belum melihat satu pun pengemis atau semacamnya. Semua itu memberi kesan bahwa pemerintah di kerajaan ini melakukan tugas mereka dengan baik, bahkan bisa di lihat bahwa mereka memiliki lowongan pekerjaan yang cukup untuk semua orang.

“Kalau saja bumi seperti ini, pasti akan sangat menyenangkan,” lirih Ryanna.

“Anna, dunia ini memang unggul dalam mengurus perekonomian, tapi, mereka juga memiliki kesulitan tersendiri yaitu perang yang tak pernah usai. Memangnya kau belum dengar kabarnya? Dua hari yang lalu para vampir lagi-lagi mencoba menerobos perbatasan, akibatnya ada tiga orang penjaga yang gugur dalam pertarungan mereka,” ucap Gaelira panjang lebar.

Ryanna menghela nafas pelan, “kau benar, tidak ada yang sempurna di dunia ini.”

“Sudahlah, kita sudah cukup lama berkeliling, ayo kembali ke academy,” ajak Gaelira.

Ryanna mengangguk.

Kedua gadis itu berjalan kembali ke academy, langkah mereka terhenti ketika tiba-tiba ada asap hitam yang muncul di tengah jalan. Gaelira dan Ryanna kebingungan, tapi orang-orang di sekitar mereka terlihat ketakutan, mereka semua langsung menunjukkan posisi siaga, membuat Gaelira dan Ryanna semakin bingung.

“Hei kalian, menjauhlah dari sana!”

Gaelira menoleh, ia berniat menarik Ryanna menjauh, seperti yang orang tadi teriakkan, tapi terlambat, asap hitam itu sudah sepenuhnya berubah menjadi makhluk mengerikan yang seakan siap untuk menghabisi dua gadis malang itu.

“Sial, bagaimana bisa ada iblis di sini. Hei, ayo tolong mereka!” salah satu penduduk berteriak.

“Wah, wah, apa ini? Sepertinya perjuanganku untuk menyelinap ke sini tidak sia-sia, aku langsung bertemu dengan jiwa sebersih dirimu, kekuatanku pasti akan langsung bertambah, hahaha.” Iblis itu tertawa menyeramkan.

Gaelira membeku, ia tidak tahu harus melakukan apa, ia belum belajar cara untuk mengalahkan makhluk di depannya ini, di tambah lagi ia juga harus melindungi Ryanna.

Penduduk sekitar sudah mencoba membantu mereka dengan melemparkan bola-bola sihir untuk mengalihkan perhatian iblis itu agar keduanya bisa melarikan diri, tapi iblis itu tampaknya hanya tertarik pada kedua gadis itu, ia bahkan bisa dengan mudah menangkis semua serangan dari penduduk sekitar.

Gaelira terkejut ketika sebuah bola cahaya meluncur melewatinya dan mengenai iblis di depannya. Iblis itu terpental, dan salam sekejap, Gaelira dan Ryanna sudah berpindah tempat ke tengah kerumunan.

Gaelira mengedipkan matanya beberapa kali mencoba memfokuskan pandangannya yang mendadak kabur, Gaelira terjatuh, membuat Ryanna berteriak panik. Sesaat kemudian, pandangannya gelap, Gaelira kehilangan kesadarannya di tengah situasi yang gila ini.

*

“Pukul mundur mereka semua!”

Gaelira kebingungan, ia tidak tahu kenapa ia tiba-tiba berada di tengah-tengah medan perang. Ada api, panah, pedang, tombak, semuanya tampak sangat kacau di sekitarnya, Gaelira bahkan tidak tahu di mana dia sebenarnya.

“Bawa dia pergi!”

Gaelira menoleh, ia melihat sang ratu yang sedang menyerahkan seorang anak perempuan yang ia perkirakan berusia sepuluh tahun, pada seorang peri berpakaian maid.

Maid itu berlari pergi, dan atensi Gaelira beralih pada iblis di kejauhan yang sedang mengarahkan panahnya pada sang ratu.

Gaelira berlari, ia mencoba memperingatkan ratu, tapi suaranya tidak mau keluar, sampai seseorang tiba-tiba berlari melewatinya dan langsung memeluk sang ratu. Panah itu melesat mengenai orang itu, menembus tubuhnya dan melukai ratu yang berada di pelukannya.

"Tidak!”

*

Gaelira terbangun dengan nafas tak beraturan, ia mengambil air di depannya dan langsung meminumnya sampai habis.

“Mimpi macam apa itu?” lirih Gaelira.

“Kau menghabiskan air minumku.”

Gaelira menoleh dengan cepat, ia berteriak kaget melihat Alaric duduk di sampingnya dan sedang menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

“Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Gaelira bingung.

“Kau pingsan dan ini ruang kesehatan, aku sedang menunggumu bangun,” jawab Alaric tanpa nada.

Gaelira memegangi kepalanya, “bicaralah dengan benar, aku tidak mengerti!”

“Kenapa mendadak bicara non-formal?” tanya Alaric.

Gaelira mengerutkan keningnya, “apa itu penting sekarang?”

Alaric hanya mengangkat bahunya acuh, membuat Gaelira benar-benar geram dengan pangeran satu itu.

“Ah, kau sudah bangun? Syukurlah!”

Gaelira terdiam ketika Ryanna mendadak memeluknya.

“Kau ini kenapa?” tanya Gaelira bingung.

“Kau yang kenapa! Kau tiba-tiba pingsan tadi! Apa kau tahu sepanik apa aku melihatmu pingsan seperti itu?” omel Ryanna.

Gaelira terdiam sejenak, ia kemudian berteriak, “ah, iblisnya ...”

“Tenang saja, dia sudah mati, pangeran Alaric dan pangeran Aero kebetulan ada di sana, mereka yang menolong kita tadi,” jelas Ryanna.

“Halo, aku senang kau baik-baik saja.” Aero muncul dari belakang Ryanna.

Aero adalah kakak kandung Alaric, sifatnya sangat berbeda jauh dari adiknya, ia adalah orang yang sangat ramah dan mudah berbaur dengan orang lain.

“Terima kasih sudah menyelamatkan kami, pangeran,” ucap Gaelira tulus.

“Sama-sama,” balas Aero lembut.

“Bagaimana kondisimu?” tanya Aero.

“Aku baik-baik saja, sepertinya tadi aku hanya pingsan karena shock," jawab Gaelira seadanya.

“Boleh aku tahu siapa namamu?” tanya Aero lagi.

“Ah, maaf, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Gaelira Fildaera, kau bisa memanggilku sesukamu,” ucap Gaelira memperkenalkan diri.

“Hmm, kau berbicara santai padaku?” Aero menatap Gaelira dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Gaelira tersadar, “ah, maafkan saya, itu keluar begitu saja dari mulut saya.”

“Oh, tidak masalah, aku bukannya marah atau apa,” ucap Aero menenangkan.

Gaelira tertawa canggung.

“Aku suka kalau kau berbicara santai denganku, omong-omong, salam kenal, El.” Aero mengulurkan tangannya, mengajak Gaelira untuk berjabat tangan.

Gaelira menjabat tangan Aero, “El, ya, aku suka panggilan itu.”

Aero tersenyum, “benarkah? Baguslah kalau kau menyukainya.”

“Kalau begitu, salam kenal juga, Aero.”

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 226K 44
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
532K 49.7K 20
[BUKAN TERJEMAHAN!] Deenevan Von Estera adalah Grand duke wilayah utara yang terkenal tertutup. Dia adalah pemeran antagonis dari cerita berjudul "Be...
114K 3.5K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...
2.4M 171K 49
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...