THE VILLAIN (BibleBuild)

By biy_yourmamagula

110K 13.3K 1.9K

Pensiun dari dunia Ice Skating akibat cedera kaki, Build merasa bahwa seluruh tujuan hidupnya hilang. Kondisi... More

0. Prolog
1. The Rising Star, Build Jakapan
2. I Wish I Was You, Pete
3. I Am Pete Jakapan
4. The Night Club
5. By The Way, I'll Change The Story
6. Something's Wrong
7. The Unspoken Truth
8. Ain't Your Omega (M)
9. Unpredictable Secret
10. Desire (M)
11. Q-Time With Phi Mile
12. Mr & Mr(s) Ratanaporn
13. The Man Who Can't Be Moved
14. Who's Nirmala?
15. Lies Over Lies
16. Have You Ever Loved Me?
17. Tasted Like a Real Heaven (M)
19. Are You Coming Back, Pete Jakapan?
20. Start, Now! (Jak's POV)
21. The Forbidden Name
22. Jealousy, Jealousy
23. Adopted Son?
24. Lana, The Last Nirmala
25. Accident

18. I Got You

3.5K 387 66
By biy_yourmamagula

Terusik dengan lolosan sinar mentari pagi, kelopak mata Jakapan yang semula tertutup perlahan membuka meski terasa berat. Butuh beberapa waktu bagi pria omega itu untuk menyadari bahwa ruangan di hadapan pandangannya saat ini total berbeda dengan apa yang ia rekam terakhir kali dalam ingatan. Lampu, televisi, pendingin ruangan, bangunan-bangunan tinggi di luar jendela, ranjang empuk, hingga bed cover kusut beraroma detergen, semuanya sudah cukup untuk membuktikan bahwa ia telah kembali ke dunia modern yang sempat ditinggalkan hanya untuk semalam.

"Tunggu, seperti ada yang aneh." Merasakan sensasi dingin pada tubuh bagian atasnya, Jakapan melirik ke arah bawah untuk mendapati bahwa ia berada dalam kondisi half naked.

"BRENGSEK!!! SIAPA YANG BERANI MEMBUKA BAJUKU?! APA SEMALAM AKU BENAR-BENAR DIPERKOSA?! DASAR WICHA SIAL-"

"Aku apa?"

Secepat kilat Jakapan menoleh ke arah pintu kamar mandi dimana sosok yang menjadi sasaran umpatan-nya tengah berdiri melilitkan handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya. "Kau! kau-"

"Apa? aku baru selesai mandi dan kau sudah sangat berisik. Apa begini kebiasaanmu setiap pagi? bangun tidur dan langsung memanggil namaku dengan penuh semangat? apa kau sangat merindu padaku?" Senyum jahil Wichapas pamerkan saat perlahan ia berjalan mendekati ranjang.

Jakapan yang masih dalam mode penuh pertahanan pun seketika teringat dengan satu hal penting dan segera berlari menuju cermin besar yang berdiri di samping lemari pakaian. Buru-buru ia memiringkan wajahnya ke sebelah kiri demi memastikan perkataan yang pernah dikatakan oleh papi mertuanya. 

"Kemurnian seorang omega dilambangkan oleh tanda berupa titik hitam yang tercetak jelas di bagian belakang telinga kanan mereka."

"Titiknya masih ada.. lalu..  lalu, yang tadi malam?"

"Apanya yang masih ada? apanya yang tadi malam?" Wichapas tiba-tiba saja berdiri di belakang Jakapan dan memberi kejutan pada tubuh si pria omega yang spontan langsung menghadap kearahnya.

"Kau-" ujar Jakapan seraya menatap sang suami tepat pada kedua netra. "Apa yang kau lakukan sampai kita berakhir disini? kenapa aku bangun tanpa mengenakan pakaian? kenapa pula kau mandi di pagi hari? kenap-"

"Satu-satu, Jak. Aku bukan mesin penjawab kuis berhadiah." Wichapas berujar seraya menyelipkan poni panjang sang istri pada salah satu daun telinga.

Jakapan menepis pelan tangan Wichapas dan mengamati perawakan si pria alpha dari ujung kepala hingga kaki. 'Iris mata berwarna hitam yang sangat pekat, hidungnya, bibirnya, rahang dan tulang pipinya, pria itu juga memilikinya.' Diskusi batin dalam diri Jakapan terus berlanjut saat ia menajamkan indera penciumannya demi memastikan hal lain. 'Petrichor dan pinus yang begitu mendominasi hingga timbul suasana mencekam, feromon pria itu juga rasanya sama.'

Wichapas yang merasa sedang ditatap aneh oleh Jakapan pun mulai merasa tak nyaman. "Jak.. kau, kenapa melihatku begitu? apa ada yang salah denganku?" tanyanya gugup.

"Tidak mungkin itu semua hanya sekedar mimpi." Jakapan menggeleng penuh ketidakpercayaan.

"Jakapan, apa maksud-"

"We were having sex last night! tadi malam kita ada di sebuah ruangan aneh, naked!" Jakapan yang masih dilanda kebingungan pun maju satu langkah mendekati Wichapas. "Lengan kekar ini, semalam aku sangat kesakitan sampai harus meremasnya dengan kuat. Punggungmu.. punggung lebarmu-" Dengan cekatan ia beranjak menghadap bagian belakang tubuh suaminya. "Kemana bekas luka yang kubuat? tadi malam.. saat.. saat kita pertama kali melakukannya.. aku mencakar punggungmu hingga berdarah!" nada bicaranya mulai terdengar frustasi dan mengkhawatirkan.

"Jakapan, tenang dulu. Apa yang kau bicarakan?"

Seakan tuli dan tak menghiraukan ucapan Wichapas, Jakapan kembali berjalan menghadap cermin. "Tubuhku tidak memiliki bekas apapun. Bahkan.. bahkan luka gigitan di leherku.. hilang! Pria itu.. kalau dia benar-benar bukan dirimu, lalu-"

"Pete Jakapan Ratanaporn!" Tanpa memperdulikan izin dari yang bersangkutan, Wichapas menarik Jakapan ke dalam pelukan erat hingga wajah sang istri tenggelam di atas dada bidang miliknya. "Calm down, cobalah bernafas dengan benar. Kau baru bangun, jangan memaksa otakmu untuk bekerja terlalu keras." Usapan penuh kelembutan ia berikan sebagai penenang.

"Ini gila.. semua yang terjadi padaku hanya keanehan semenjak datang kesini." Lirih suara Jakapan dalam berujar. Tubuhnya masih kaku tanpa memberikan balasan untuk memeluk sang suami.

Wichapas perlahan melepaskan diri dan beralih kedua tangannya menangkup wajah Jakapan. "Apa kau sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan itu segera mendapat anggukan pelan sebagai tanggapan dari lawan bicaranya. "Wah, lihatlah siapa yang berdiri di hadapanku saat ini? kemana babi hutan yang selalu siap untuk menyeruduk setiap kali melihat ke arahku? hm? kenapa sekarang aku malah berhadapan dengan seekor anak anjing lucu?" Ejekan demi ejekan Wichapas lontarkan hingga sukses membuat sang istri mendengus kesal.

"Tidak lucu, leluconmu jelek! kau menyebutku mirip babi?"

Komentar pedas yang diberikan Jakapan seraya melepaskan diri dari Wichapas mengundang kekehan kecil dari si pria alpha. "Oh benarkah? lalu kenapa lesung pipi-mu terbentuk saat ini? jelas-jelas kau sedang mengulum senyum, dasar omega tinggi hati." Satu tangannya beralih menepuk pucuk kepala Jakapan seakan sang istri merupakan seorang bocah. 

"Ou.. rupanya babi kecil ini merajuk- aw! Jak! sakit! sakiiit!"

Cubitan keras yang Jakapan berikan kepada Wichapas kian semakin hebat tatkala pria manis itu memelintir bagian pinggang sang suami tanpa ampun. Andai saja ada pihak ketiga yang menyaksikan interaksi diantara mereka, pastilah orang itu akan menolak fakta bahwa sepasang suami-istri yang masih saling membenci hingga tadi malam, secara mengejutkan malah terlihat akrab setelah pagi tiba. 

"Okay, okay, aku menyerah, maafkan aku." Wichapas beralih menahan kedua pergelangan tangan Jakapan hingga tergantung di atas kepalanya. Sebuah pergerakan sensual yang merupakan peringatan tanda bahaya bagi si pria omega dengan sejuta kenangan erotis bersarang dalam kepala cantiknya.

"Jangan menyentuh diri anda, Yang Mulia. Biarkanlah saya, Xavier si pria hina ini yang menjamah sekujur tubuh cantik anda." 

Pecah sudah rona di kedua pipi putih Jakapan tatkala kilas ucapan kotor dari pria yang sangat mirip dengan suaminya itu kembali hadir. Cukup lama Jakapan abai sebelum tersadar bahwa ia dan Wichapas sama-sama bertelanjang dada tanpa pakaian atas apapun yang melekat pada mereka.

"K-kau, jangan macam-macam! Aku bisa menghajarmu lebih parah daripada aku menghajar Phi Mile!"

Ancaman yang dilontarkan untuk menutupi kegelisahan itu rupanya tak mempan untuk diberikan bagi Wichapas. Buktinya, pria alpha itu masih mempertahankan posisi penuh keambiguan diantara mereka dan memajukan wajah hingga hembusan nafas panas terasa jelas menggelitik telinga kiri si pria omega. "Jakapan, tadi malam.." Menggantung kalimat dalam bisikan, Wichapas meluangkan sedikit waktu untuk memberi seringai kecil.

"Apa kau bermimpi basah sambil membayangkanku?"

Ucapkan selamat tinggal pada kewarasan Jakapan yang merasakan degup jantungnya menggila layaknya mengikuti lomba lari marathon. Tak ada energi lebih untuk mengelak karena pertanyaan yang diajukan oleh sang suami baru saja memberikan jawaban baru atas kebingungan dalam diri. Jadi, pria bernama Xavier itu.. hanya khayalanku? tadi malam aku benar-benar bermimpi basah sambil membayangkan Wichapas? pikirnya putus asa.

"Hahaha." Wichapas melepaskan genggaman tangannya dan tertawa begitu lepas untuk pertama kali.

"Jangan tegang begitu, Jak. wajahmu nanti semakin mirip dengan babi."

Ingin sekali rasanya Jakapan menendang suaminya dengan keras. Tokoh utama novel yang seharusnya selalu membenci dan menatapnya seperti kotoran itu entah bagaimana ceritanya bisa berakhir dengan sikap akrab layaknya seorang kawan lama. Jakapan yakin, sangat amat yakin bahwa Vegas Wichapas Ratanaporn di hadapannya telah keluar dari alur cerita yang semestinya terjadi.

Tok Tok Tok

"Oh, sarapan kita sudah tiba." Tanpa menghiraukan tatapan penuh selidik yang dihadiahkan sang istri, Wichapas segera membuka pintu kamar dan menyambut kereta makanan sebelum kembali dengan seutas senyum.

"Daripada kau melanjutkan agenda marah-marahmu, lebih baik kita sarapan terlebih dahulu."

Kedua mata monolid milik Jakapan memicing untuk menangkap pergerakan gesit Wichapas dalam menata beberapa piring makanan dan dua gelas jus jeruk yang nampak menyegarkan. Perubahan drastis yang ditunjukan sang suami sudah masuk ke dalam tahap tidak wajar hingga membuatnya sedikit curiga. Terlebih, saat ia menyadari ada dua menu kesukaannya yang begitu menggugah selera.

"Ini-"

"Tom Yum Seafood and Cinnamon Pancake? oh iya, aku juga sudah pesan agar mereka menambahkan banyak madu. Apa kau.. tidak suka?" Wichapas menyela dengan nada khawatir yang dibuat senatural mungkin.

Jakapan menggeleng ribut. "Tidak! aku.. aku sangat menyukainya!" Andai saja Wichapas tak menahan tangan kiri Jakapan yang hendak menyambar makanan manis di atas piring, pria manis itu pasti sudah memadu kasih dengan cita rasa.

"Tadi pagi kepala pelayan sudah mengantarkan pakaian milikmu, kenakanlah. Semalam kau muntah dan mengotori semuanya termasuk pakaianku. Berterima kasihlah pada suami yang mengurus tingkah laku bodohmu itu." Wichapas berujar seraya menyerahkan sebuah tote bag ke arah Jakapan.

Bukannya mengambil benda yang disodorkan padanya, Jakapan malah berjalan maju dan meletakan telapak tangannya pada dahi sang suami. "Tidak panas," gumamnya kemudian.

"Ya memang tidak panas, aku tidak sakit," Timpal Wichapas dengan kesal.

Jakapan menurunkan tangan dan melipatnya di depan dada. "Lalu kenapa kau bertingkah aneh sejak tadi? menenangkanku, bercanda denganku, memberiku sarapan, menyediakan pakaianku." Seketika kedua matanya membola seakan kejutan terpampang di hadapannya.

"Wicha.. kau sakit, ya? apa kau.. apa kau akan mati?"

"Sembarangan!" Wichapas mendelik seraya beranjak melepaskan lilitan handuk untuk mengenakan satu-persatu potongan pakaian miliknya tanpa rasa malu. Tak memperdulikan bahwa sang istri sudah menjerit dan berlari menuju kamar mandi demi menghindari pemandangan memalukan di hadapannya.

"Jak, keluarlah! aku sudah selesai." Beberapa menit setelah Wichapas berujar, akhirnya yang dipanggil pun memunculkan diri dengan tatap penuh permusuhan. "Apa kau mau terus menatapku seperti itu? bukankah kau sudah tidak sabar menyantap sarapanmu?" Tanpa memandang ke arah Jakapan, Wichapas yang sudah lebih dulu menyantap sarapan dapat menangkap pergerakan ragu dari sang istri untuk duduk di hadapannya.

"Wicha, soal tadi malam-"

"Makan, Jak. Kita bicarakan soal ice skating dan hal lainnya nanti. Aku tidak ingin bertengkar denganmu dulu hari ini." 

Wichapas yang sudah tahu arah pembicaraan Jakapan pun segera menyela dan mendapat anggukan patuh untuk tanggapannya. Gelengan kecil ia berikan saat mendapati bagaimana lahapnya Jakapan menyantap makanan manis sebagai pembuka menggunakan kedua tangan.

"Swepertinya akwu melupwakan swatu hwal.. apwa, ya?"

"Jangan bicara kalau sedang mengunyah, kau bisa mati tersedak. Aku tidak ingin jadi duda di usia muda." Kalimat Wichapas mendapat delikan tajam sebagai respon dari si pria omega yang kembali sibuk mengisi penuh mulutnya dengan surga dunia.

Satu sudut bibir si pria alpha diam-diam naik untuk pamerkan senyum penuh kemenangan. Batinnya bersorak saat diperoleh validasi akurat atas seluruh dugaan dan kecurigaan. Hanya dengan menyajikan seafood dan kayu manis, yang seharusnya menjadi bahan sumber kebencian dari seorang Pete Jakapan Ratanaporn, Wichapas dapat berujar yakin dalam hati tanpa suara.

'I got you, Build Jakapan Puttha.'

*****

"APA SI EMIL ITU SUDAH GILA?! PERJANJIAN BODOH MACAM APA YANG DIA TAWARKAN PADAMU?!"

Nattawin menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan untuk meredam lengkingan berisik dari Thanayut si omega penuh kehebohan. "Phi, namanya Mile.. M-I-L-E! kau bisa dituntut oleh Tuan Akara karena sudah merubah nama anak sulungnya sembarangan," timpalnya lelah.

"Halah, siapa lah itu namanya, aku tidak peduli!" Thanayut kembali membuntuti arah gerak Nattawin yang sibuk mengamati motor merah milik Jakapan di garasi pribadi miliknya.

"Kau tidak bercanda, phi? mana mungkin Jakapan memiliki motor ini dan mengendarainya? dia tidak pernah belajar motor, apalagi yang ukurannya sebesar ini." Si pria alpha memamerkan ketidakpercayaan-nya lewat garukan tanpa rasa gatal di bagian tengkuk.

"Tapi itu kenyataannya, Jak kecilku sendiri yang meminta agar motor ini dibawa dari sebuah kedai makanan minggu lalu." Thanayut mendengus kesal sebelum akhirnya kembali menatap tajam ke arah si pra alpha yang lebih muda. "Jangan dulu bahas soal motor ini! kau harus selesaikan dulu ceritamu barusan!" protesnya kemudian.

Nattawin duduk di atas jok motor dan menyandarkan punggung lebarnya pada dinding. "Apalagi, phi? begitulah adanya. Saat aku di Vietnam, entah darimana Mile bisa mendapatkan nomor pribadiku dan melakukan panggilan. Awalnya aku tidak tertarik, kau tahu sendiri bagaimana buruknya hubunganku dengan pria itu sejak dulu. Tapi ya, mau bagaimana lagi? dia berkata kalau ada hal penting tentang Jakapan yang harus dia katakan. Tentu saja aku tak mampu untuk mengabaikannya." Menurunkan pandangan dengan sedikit sendu, Nattawin memainkan gelang yang digunakan pada pergelangan tangan kanannya. Sebuah aksesoris yang dibuat oleh kumpulan batu alam berwarna hitam yang dihadiahkan oleh Jakapan sebagai tanda persahabatan diantara mereka.

"Hoiiih, tapi perjanjian yang dia tawarkan tak masuk akal! anggap saja dia putus asa dan meminta bantuanmu untuk menjauhkan Naphat dari Wichapas. Semua orang sudah tahu bagaimana dua alpha buta itu selalu saja bertengkar satu sama lain demi memperebutkan seorang beta yang entah-apa-bagusnya." Thanayut berkacak pinggang dan berdiri di hadapan Nattawin yang masih belum kembali mengangkat pandangannya.

"Tapi, menawarkan untuk merebut Jakapan untukmu itu tidak terdengar masuk akal. Apa dia berpikir bahwa perasaan dapat semudah itu dijadikan mainan?! dia seharusnya sadar kalau hati manusia itu bebas untuk berlabuh di dermaga pilihannya! dalam kasus ini, Jakapan memilih Wichapas." Tak mendapatkan respon apapun dari yang lebih muda, Thanayut kembali buka suara. "Lagipula, apa dia lupa kalau kau itu bersahabat dengan adiknya? ide gila darimana yang tiba-tiba memberikannya inspirasi bahwa kau akan bersedia untuk diajak bekerja sama demi memiliki Jakapan? kau juga tidak tertarik akan penawaran itu, kan?" tanyanya kemudian.

Hening.

Tak ada kalimat bantahan apapun yang terlontar dari si pria alpha. Pandangan yang menunduk pun masih tetap enggan untuk beranjak naik dan membalas tatap dari si pria omega yang mulai khawatir. "Iya, kan? kau.. tidak tertarik dengan penawaran itu, kan?" Pertanyaan itu kembali terulang, kali ini diajukan dengan nada yang sedikit berhati-hati.

"Natt! jawab aku!" Thanayut yang sudah habis kesabaran pun mengguncang bahu Nattawin dengan kuat hingga si pria alpha perlahan terkekeh dalam lirih seraya mengucap kalimat yang timbulkan kejutan.

"Bagaimana kalau aku tertarik akan penawaran itu? bagaimana kalau aku setuju untuk mendapatkan bantuan darinya agar Jakapan berakhir menjadi milikku selamanya?"

"KAU APA?! KAU.. KAU! NATTAWIN! TIDAK MUNGKIN, KAN?!"

Nattawin turun dari motor dan menyimpan kedua tangan di saku celana. Lelucon receh dan ekspresi jenaka yang selalu ia tampilkan di hadapan semua orang luntur tak bersisa. Tatapnya dingin, wajahnya keras dan feromonnya menusuk kuat hingga berikan gangguan bagi kebebasan bernafas. Sebuah sikap yang secara implisit mengatakan bahwa dia adalah seorang alpha tangguh dengan ambisi besar untuk bertarung melawan alpha lainnya. "Phi Thana, kau pikir aku menunggunya lebih dari 10 tahun itu untuk apa? menyerah?" ujarnya serius.

Thanayut membeku di tempatnya dan menggeleng tak percaya. Sejak menjadi kakak kelas dari Jakapan dan Nattawin di bangku sekolah menengah atas, ia tak pernah tahu kalau ada perasaan terselubung yang dilibatkan diantara keduanya. Nattawin yang ia kira murni menyayangi Jakapan sebagai seorang sahabat nyatanya menyimpan rahasia sebesar ini dengan rapi dan tak tersentuh. "Natt, kau.. tidak, ini tidak benar." Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, Thanayut sebisa mungkin bersikap tenang.

"Okay, anggap saja kalau kau memang mencintai Jakapan selama ini. Anggap saja aku yang bodoh ini sudah tahu semua-"

"Phi, bukan begitu maksudku-"

"Diam dulu!" Thanayut mulai geram dan kembali membungkam Nattawin yang coba menyela ucapannya. "Anggap saja fakta bahwa kau mencintai Jakapan adalah sebuah hal yang sudah diketahui semua orang. Tapi kau harus ingat, Natt. Kau sudah terlambat, Jakapan sudah mengikat janji suci pernikahan dengan Wichapas. Meski aku tahu seberapa brengsek pria alpha itu, aku tetap tidak dapat loncat pada harapan atas perceraian diantara mereka. Apa kau tahu? semalam Jakapan mabuk dan Wichapas datang menjemputnya," ujarnya kemudian.

"Tunggu, tunggu." Nattawin beralih menatap tajam ke arah Thanayut. 

"Jadi, foto itu.. Jakapan.. apa dia melakukannya saat mabuk?!"

Thanayut yang tak mengerti arah pembicaraan dari Nattawin pun mengernyit bingung. "Semalam Jakapan mabuk dan aku menghubungi Wichapas untuk menjemputnya pulang-"

"Kenapa phi tidak menghubungiku?! harusnya phi tidak membiarkan bajingan itu membawa pulang Jakapan! SIALAN!" Sebuah tinjuan keras diberikan Nattawin pada dinding hingga memerah buku-buku jarinya.

Thanayut perlahan mundur dalam ketakutan akan amarah Nattawin. Ia benar-benar dibombardir dengan banyak hal baru yang sebelumnya tak pernah ia tahu ataupun saksikan. Jujur saja, ingin sekali rasanya ia kabur dan membawa pergi Jakapan sejauh mungkin dari para alpha seram di sekelilingnya.

"Pria keparat itu pasti berbuat macam-macam pada Jakapan saat ia mabuk dan tak sadar. Foto itu diambil tanpa kehendak ataupun izin darinya. Apa dia juga melakukan sesuatu pada handphone milik Jakapan? panggilanku tak lagi dapat terhubung dengannya."

Melihat bagaimana Nattawin mondar-mandir dengan gelisah sembari melihat handphone dalam genggaman tangannya, Thanayut kembali memberanikan diri untuk mendekat. "Apa kau benar-benar serius untuk merebut Jakapan? apa kau sudah menyetujui penawaran yang diberikan Mile?" Pertanyaan itu tak memperoleh jawaban apapun dari si lawan bicara. Meski begitu, Thanayut dapat menangkap kobaran api penuh keyakinan yang menyala terang dari kedua netra sang alpha dan sampaikan satu kesimpulan akhir, Nattawin akan berjuang untuk saat ini.

*****

"Phi, Fiat bosan sekali, Fiat ingin main keluar. Sampai kapan kita mengurung diri dan bersembunyi?" Pria omega belia yang semula sibuk berguling-guling di atas kasur sebuah apartment pun menatap penuh harap pada seseorang di hadapannya.

Pria beta yang semula melamun sambil menatap kosong ke arah jendela balkon pun seketika menoleh dan tersenyum. Dibuatnya langkah hingga ia mendekat dan turut berbaring di samping si pria manis yang mengajaknya bicara. "Tunggu sebentar lagi, ya? phi masih menunggu panggilan dari beliau. Fiat tahu sendiri bagaimana tadi malam terjadi suatu hal yang tak terduga dan membuat kondisi phi menjadi tidak aman," ujarnya lembut.

Pria omega yang diberi pengertian pun menutup wajahnya dengan bantal sebagai pertanda bahwa ia merasa kesal. 

"Selalu saja begitu! apa sih sebenarnya yang Phi Naphat takutkan? dia kan bukan anaknya. Posisi phi seharusnya lebih kuat karena phi adalah darah dagingnya! rasanya tak adil jika dia memanjakan pria itu sedari bayi tanpa syarat apapun tapi malah membuat phi melakukan ini dan itu demi pengakuan yang entah akan diberikan atau tidak pada akhirnya. Aku jadi meragukan tentang janji yang ia berikan pada phi." 

Kalimat yang terlontar dari lisan si pria manis menohok tepat perasaan Naphat yang sudah lebih dulu dihantui rasa takut dengan alasan serupa. Mimpi buruk dan penderitaan hidup yang segera ingin ia akhiri nampaknya kian semakin sulit untuk diusir saat ada perubahan sikap dalam diri seorang Pete Jakapan. Semuanya terlalu drastis, terlalu cepat dan terlalu mengejutkan hingga ia harus banting setir untuk menyusun rencana baru.









Let's talk about it here, untuk sekalian menjawab kebingungan kalian, barangkali ada yang sama 🤗

Ok, biy setuju tentang pendapat bahwa "Jakapan terlalu fokus sama alur novel" sampai kesannya dia tutup mata kalau Wicha ini jelas-jelas beda. Tapi, bukan artinya Jakapan beneran buta. 

Let's say.. he knew, tapi dia nolak untuk berteori aneh-aneh karena yang ada di pikiran dia saat ini cuman:

"Gue mau hidup, gue gak mau mati, gue harus selametin orang-orang terdekat gue."

Kenapa dia susah banget buka hati atau langsung jatuh cinta sama Wicha kayak karakter-karakter isekai atau transmigrasi lain?

Well, kalau biy boleh sebut, sebelum jadi Pete, Build gak pernah tertarik sama siapapun, cowok atau cewek, itu juga udh di mention di chapter-chapter sebelumnya. Jadi, ya, buat jatuh cinta, apalagi sama orang yang jadi sumber trust issue terbesar dia.. butuh waktu dan proses. 

Wicha sama Jakapan ini kendala utamanya emang di komunikasi sama kepercayaan, dua-duanya saling curiga, saling mendem dan bingung tapi gak ada yang mau ngalah untuk terbuka lebih dulu. Maka dari itu, ditunggu prosesnya ya, teman-teman ^^ 

Cerita ini emang slow burn, tapi lebih rumit. Kalau boleh jujur, inti permasalahan dari cerita ini berkali-kali lipat lebih rumit daripada cerita He's My Queen karena bukan cuman ngelibatin manusia yang jahat, tapi juga konsep kehidupan, takdir, penghakiman di afterlife dan pencipta alam semesta.

Jadi ya.. mari kita bersama-sama mengawal ini semua sampe Wicha-Jaka punya 4 "puppies"  ⁄(⁠⁄⁠ ⁠⁄⁠•⁠⁄⁠-⁠⁄⁠•⁠⁄⁠ ⁠⁄⁠)⁠⁄

Continue Reading

You'll Also Like

586K 24.8K 40
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.5M 25.3K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.8M 198K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
779K 77.5K 25
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...