Iridescent

By RaraCitra023

2.2M 199K 6.9K

Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "A... More

00| Blurb
01| Start
02| Be brave
03| How we
04| Talk that
05| About us
06| Xavierous
07| Beautiful Ghost
09| Still Try
10| New Version of Us
11| Hate you
12| Be Selfish
13| Sweet Male Lead
14| Danger!
15| Revenge
16| What?!
17| Stay with me
18| How about me?
19| Typa Girl
20| Kai, Thanks
21| Aurora's Past
22| Why You-?
23| War Is Coming!
24| Hallo, Daniel!
25| Nothing-
26| War Begins!
27| I'm Sorry
28| Please,
29| Goodbye, Marsel
30| Who is Vanilla?
31| Endings must Happen
32| The Truth
33| Next Chapter
34| Never like past
35| Two Characters
36| Karma

08| Party

70.8K 6.2K 205
By RaraCitra023

Alunan musik jazz dibarengi dengan indahnya dekorasi ballroom hotel bernuansa emas dan putih berhasil menghadirkan kesan glamor bagi undangan pesta. Dreescode bertema putih membuat semua orang berlomba memamerkan pakaian mewah mereka untuk menunjukkan seberapa kuasa dan mampu mereka. Tak jarang orang mengenakan topeng mewah untuk memikat kolega besar yang mereka pikir menguntungkan.

Aurora melamun di sudut ballroom, memainkan gelas berisi jus dengan pandangan kosong. Beberapa manit lalu memang Aurora telah datang ke pesta kakek Allaric bersama keluarganya, namun Aurora masih belum menemukan sosok Allaric di dalam pesta. Pikiran Aurora semakin kacau karena pada kehidupan sebelumnya pun Allaric terlambat dan berakhir di permalukan di tengah pesta.

Aurora benci. Ketika ia berusaha menjauh dari Allaric, perasaannya seolah memberontak dan memilih mendekat pada laki-laki yang pada akhirnya bukan miliknya. Aurora pun tak mengerti pada dirinya sendiri, kenapa ia harus sepeduli ini pada Allaric meski ia jelas tahu jika Allaric tidak pernah menaruh setitikpun perasaan padanya. Aurora tersenyum kecut menyadari fakta yang selalu menamparnya keras.

Aurora mengalihkan padangannya pada pintu besar ballroom setelah terdengar pintu di buka. Nampak Allaric begitu gagah dan menawan dengan setelan jas putih yang jelas Aurora tahu jika jas Allaric adalah pasangan dari gaunnya.

Netra Aurora memicing, manik hazel itu menemukan luka baru selain di sudut bibir Allaric. Ada luka yang masih segar di pelipis Allaric. Pikiran Aurora kacau seketika, harusnya hanya sudut bibir, lantas mengapa ada luka lain di wajah Allaric. Dengan tergesa Aurora bergegas mendekati Allaric tanpa peduli pada gelasnya yang tumpah di atas meja.

Aurora menghentikan langkahnya di samping Allaric, kemudian menahan lengan Allaric hingga kini dapat Aurora lihat manik abu yang menatapnya lekat.

"Kenapa?" Tanya Aurora sambil menyentuh luka di pelipis Allaric.

Allaric menahan tangan Aurora, "Berantem kemarin"

"Bohong, lo kemarin cuma luka di sudut bibir"

Allaric menghela napas, "Lo nggak perlu tau"

Aurora termangu, benar, harusnya Aurora tidak perlu tahu apapun tentang Allaric. Dengan cepat, Aurora menarik diri dari Allaric. "Lo bener, gue pergi sekarang" ujar Aurora yang kemudian menjauh dari Allaric yang menatapnya kelu.

Aurora berusaha mengendalikan dirinya, hatinya berdenyut nyeri menyadari lagi-lagi kenyataan menamparnya keras. Siapa dirinya bagi Allaric, tak pernah ada Aurora dalam daftar orang penting bagi Allaric.

Aurora tersenyum menyapa beberapa orang dan kembali duduk di kursi yang disediakan untuk keluarganya. Ia meraih ponsel dalam tas nya.

Oxyzen Club

Anonim~
Gue tadi di jalan liat Allaric lagi berantem guysss!! Gila keren bangett parahh!
Anehnya dia berantem lawan preman sama cewek gitu, tapi ceweknya nggak keliatan mukanya. Gila sih, mereka kompak bangett!

@****
Valid nggak nih?

@****
Tau tuh, nyebarin gosip mulu

Anonim~
Valid woii, gue ada buktinya. Sorry blur guys
Send a picture

Cukup. Kini Aurora mengerti, bohong jika dirinya tidak terbakar api cemburu namun ia berusaha menekannya kuat-kuat. Aurora jelas mengerti siapa perempuan yang bersama Allaric, dia jelas masa depan laki-laki itu, Vanilla.

'Berhenti, Aurora. Apapun yang kamu lakuin percuma, takdir Allaric bukan kamu' bisiknya dalam hati.

Pandangan Aurora beralih pada pusat pesta atau lebih tepatnya kakek Allaric, netra hazel itu tertegun ketika manik abu menatapnya lurus. Aurora mengalihkan pandangannya pada genangan air dalam gelasnya yang sejak tadi hanya bergoyang ke kanan kiri karena gerakan Aurora.

Lagi-lagi Aurora merasa de javu ketika kakek Allaric mulai memusatkan pandangan pada Allaric. Tak lama, kalimat yang mungkin akan Allaric benci akan meluncur dari bibir kakeknya. Aurora berusaha diam, mengepalkan jemari tangannya dan berusaha menahan hatinya untuk tidak peduli pada Allaric meski tamparan keras menggema di aula yang sejenak menjadi lenggang.

'Enggak, Aurora. Berhenti peduli, berhenti peduli' tekan Aurora dalam hatinya dengan mata yang tanpa ia sadari telah berembun.

"Dasar berandalan!—"

Hening. Suara tamparan itu menggema tanpa cela memasuki telinga setiap tamu undangan dengan jelas. Sudut bibir Allaric yang telah terluka semakin mengeluarkan liquid merah segar yang membuat siapapun meringis perih melihatnya.

Aurora bangkit, manik hazelnya terpaku pada tatapan nanar Allaric yang menatap hampa pada lantai marmer hotel. Aurora berusaha menekan perasaannya, namun sepertinya itu adalah hal yang sia-sia. Kakinya berkhianat dan memilih untuk melangkah mendekat pada Allaric. Langkah itu semakin dekat, suara heels beradu dengan lantai marmer seolah terabaikan dengan tatapan tajam kakek Allaric pada cucunya.

"Berandalan sepertimu tidak bisa dibanggakan!"

Aurora tepat berada dibelakang Allaric ketika teriakan itu menggema. Kedua orang tua Allaric nampak berusaha menenangkan kakek Allaric yang masih menatap murka pada cucunya itu.

'Aku telah jauh mengubah segalanya, tapi jika memang laki-laki didepanku saat ini bukan untukku. Izinkan aku menemaninya hingga takdirnya hadir dan menggantikan aku' bisik Aurora pada hatinya

Jemari Aurora meraih tangan dingin Allaric. Senyum tulus Aurora berikan pada Allaric yang menatapnya terkejut.

'Aku akan menggenggam kamu, setidaknya sampai Vanilla datang untuk kamu'

Aurora berusaha menenangkan Allaric melalui tatapannya, genggaman tangannya pada Allaric pun mengerat tanpa ia sadari.

"Mohon maaf atas insiden kecil yang terjadi, silahkan lanjutkan acaranya" suara Brandon —daddy Allaric dengan suara keras.

Mendengar itu, Aurora dengan sigap menarik Allaric mengikutinya. Namun belum saja mereka keluar dari pesta, Allaric lebih dulu menghentikan langkahnya yang turut memaksa Aurora untuk berhenti pula.

"Jangan ikut campur"

Aurora terpaku, ia masih belum berbalik untuk menatap Allaric dibelakangnya. Senyum pedih ia hadirkan untuk dirinya sendiri. Hatinya seolah diremas kuat dengan kalimat singkat yang lolos dari bibir Allaric, logika Aurora berkecamuk. Aurora sibuk menertawakan dirinya sendiri dalam hati, memangnya siapa dirinya bagi Allaric? Hanya seorang tunangan karena urusan bisnis keluarga, tidak lebih dan tidak akan menjadi lebih.

"Luka kamu harus diobatin"

Allaric melepaskan genggamannya pada Aurora, menatap Aurora dengan pandangan yang sulit diartikan. "Pergi" ujar Allaric dingin

Aurora berbalik, "Cukup ikutin gue"

Allaric berbalik, bersiap untuk berlalu meninggalkan Aurora, namun cekalan tangan Aurora menghentikan langkahnya.

"Bisa nggak, sekali aja lo anggep gue ada, Ar? Bisa nggak, sekali aja lo hargain apa yang gue lakuin?" Gumam Aurora yang hanya mampu di dengar oleh Allaric

"Cukup denger dan ikutin. Gue sadar diri, Ar. Gue nggak akan pernah minta lebih" -bahkan untuk minta bisa selalu genggam tangan kamu pun aku nggak pernah berani, Ar. Lanjut Aurora dalam hati

Allaric hanya diam dengan posisi masih membelakangi Aurora hingga ia tidak melihat liquid bening yang telah lolos dari pelupuk mata Aurora. Allaric tak mampu melihat senyuman pedih Aurora.

"Rooftop" Allaric berlalu begitu saja setelah mengatakan satu kata tersebut.

Aurora mendongak untuk menghalau air mata mengalir deras di pipinya. Netranya menemukan langit yang terang dengan bintang yang bertaburan tak terhitung jumlahnya.

Aurora bertanya pada dirinya sendiri, harusnya ia rela seperti ini. Harusnya ia tidak menanyakan itu pada Allaric, bukankah akan lebih mudah jika Allaric selamanya bersikap seperti ini padanya. Aurora tidak akan memiliki kenangan manis untuk diingat, kenangan manis yang hanya akan menambah dukanya ketika ceritanya dan Allaric usai. Ia akan meninggalkan Allaric tanpa hal indah yang terekam dalam ingatannya. Senyuman manis terbit dari bibir Aurora, hati yang semula patah berusaha ia sambung kembali.

"Langitnya jahat banget, aku lagi sedih malah terang. Harusnya hujan gitu, biar pas galaunya" gumamnya random sebelum akhirnya menuju rooftop menyusul Allaric. Tak lupa ia menghapus air matanya dan menyiapkan senyuman terbaiknya.

■■■

24 Mei 2023

To be continue🐾

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 68.5K 40
Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigrasi ke dalam novel...
3.6M 351K 94
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
134K 8.6K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
1.9M 147K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...