Percobaan 44

By nataliafuradantin

51.1K 2.6K 382

Jata benar-benar kehilangan kesabaran. Setelah enam bulan menikah, Puput tetap perawan. Tentu saja, harga dir... More

Sebelum Semuanya Dimulai
Prolog: Bayangan Kelam
1. Suami Istri Baru
Cast
2. Malam Pertama
3. Bulan Madu
Mimpi Buruk
4. Gairah Tak Kesampaian
5. Lobster
Canyon Keramat
Demam
8. Mata Merah
Mandi
Laba-Laba Jantan
11. Peringatan
12. Kurapan?
Ini Cinta?
14. Terluka
15. Asrul
16. Makanan Busuk
17. Saran Papa
18. Video Hebat
19. Penyusup
20. Buku Reproduksi
Siapa Dia?
Gangguan
Bau Belerang
Lamaran Asrul
25. Penumpang Hitam
Perawan?
Mimpi Buruk (Lagi)
28. Psikiater
29. Dokter Azizah
30. Hati Perempuan
31. Tangan Cinta
32. Kunjungan si Cantik
33. Gagal Menjadi Manusia
34. Matang Kaladan
35. Bicara Sendiri
36. Peluk Aku
37. Pasangan Mesum
38. Jurang Kelam
39. Makhluk Itu Lagi
41. Wina Lagi
42. Pindah Tidur
43. Dukun Billy
44. Sepasang Korban
45. Ritual Billy
46. Janji
47. Torpedo
48. Kunjungan Sang Petinggi
49. Godaan Asrul
50. Mimpi di Siang Hari
51. Amplop Billy
52. Terjerumus
53. Petaka
54. Suami yang Payah
55. Bahaya dan Aib
56. Penjelasan
57. Kesepakatan
58. Berbaikan
59. Mesra Lagi
60. Utusan Khusus
61. Dia Kanaya
62. Buaya Besar
63. Janji Dengan Asrul
64. Serangan Kepada Matias
65. Ikatan Leluhur
66. Ayah dan Anak
67. Ikatan Naga
68. Perubahan
69. Kekerasan
70. Bilah
71. Latihan Jata

40. Orang Loksado

251 27 7
By nataliafuradantin


Setelah berpikir keras beberapa hari, akhirnya Jata memencet juga nomor telepon yang diberikan oleh Gani. Sebelumnya, ia sudah mengirim pesan teks dan mendapat balasan untuk segera menelepon lelaki bernama Dehen yang tinggal di dekat Danau Loksado[1]. Suara orang itu lembut dan terkesan ramah sehingga Jata merasa nyaman.

Jata menceritakan problemnya. "Saya sering diganggu penampakan makhluk halus. Juga sering mencium bau-bau dan suara-suara yang tidak ada sumbernya."

Lelaki yang suaranya berat seperti berusia lima puluhan itu terdiam sejenak. "Lalu apa yang bisa saya bantu?"

"Begini, Pak. Saya sebenarnya masih ragu apakah yang saya alami ini benar akibat gangguan makhluk halus atau gangguan jiwa."

Dehen kembali terdiam. Kali ini lebih lama dari yang pertama. "Sejauh pengalaman saya, orang yang terkena gangguan jiwa, gambarannya tidak seperti kamu, Dik."

"Jadi menurut Bapak saya ini terkena gangguan makhluk halus? Sudah pasti seperti itukah, Pak?"

"Iya. Saya yakin sekali. Dari penerawangan saya, semua yang kamu alami disebabkan oleh makhluk dari dunia lain."

"Bapak bisa bantu saya?"

Dehen kembali terdiam. "Mohon maaf sekali, Dik. Yang ini jauh lebih besar dari kemampuan saya. Saran saya, datanglah ke hulu Sungai Kahayan[2]. Di sana banyak orang pintar yang bisa menyembuhkan. Siapa tahu salah satunya cocok untuk membantu masalahmu."

"Bapak tahu dengan siapa saya harus ketemu?"

"Wah, saya tidak kenal orang dari hulu. Tapi coba tanya ayahmu. Sepertinya beliau punya banyak kenalan. Ayahmu tinggal di Pangkalan Bun, kan?"

"Iya benar, Pak." Dalam hati Jata bertanya-tanya, dari mana Dehen bisa tahu ayahnya tinggal di Pangkalan Bun.

"Sudah ya. Saya cuma bisa membantu sampai di sini. Saya harus segera pergi. Mereka mulai mendatangi saya."

"Maksud Bapak, mereka mendatangi Bapak untuk?"

"Iya itulah. Mereka mau menyerang saya karena membantumu."

"Pak, saya boleh bertanya satu lagi?"

"Boleh, tapi cepat ya. Mereka semakin dekat."

"Kalau boleh tahu seperti apa wujud makhluk yang akan menyerang Bapak?"

Dehen terkekeh sejenak. "Saya tahu kamu masih belum yakin telah melihat makhluk halus. Masih bingung, itu semua betulan, atau halusinasi. Bukan begitu? Baiklah, saya beri tahu ciri-ciri makhluknya. Kulit wajahnya hitam. Rambutnya panjang tidak teratur. Giginya runcing-runcing, kuning, dan berkerak. Matanya merah menyala. Tangannya kurus-kurus, panjang, dan hitam. Kukunya juga panjang dan hitam. Mereka memakai jubah hitam dan berjalan melayang di atas tanah. Gimana? Cocok dengan gambaran yang kamu lihat?"

"Cocok sekali, Pak! Memang seperti itu yang saya lihat."

"Dan kalau mereka datang, mereka memberi energi negatif. Orang yang didatangi bisa sedih tanpa sebab, atau bahkan bunuh diri."

"Benar banget! Itulah yang terjadi pada saya. Mereka bikin saya depresi berat."

"Makhluk kegelapan biasanya terbentuk karena emosi negatif semasa menjadi manusia. Jadi jangan heran kalau mereka membuat kamu merasa begitu."

"Terima kasih banyak, Pak. Setidaknya saya tahu saya tidak gila.

"Tapi kalau kamu tidak segera mencari penyelesaian, kamu benar-benar akan menjadi gila. Memang seperti itu tujuan mereka, mau menyiksa kamu. Kalau tidak gila ya dibuat sakit parah hingga meninggal dunia."

Jata menelan ludah. "Kenapa mereka mau menyerang saya?"

"Itu yang saya tidak tahu. Sudah saya bilang, mereka ini jauh lebih besar dan lebih kuat dari kekuatan saya."

"Penduduk sini bilang, kalau melihat makhluk itu, sebentar lagi akan mati. Apa benar?"

Dehen terkekeh kembali. "Nggak usah harus melihat makhluk apa pun, semua orang akan mati, Dik. Hanya Tuhan yang tahu kapan dan dengan cara apa."

Jawaban yang sama sekali tidak menjawab, batin Jata. 

"Kemudian, masalah impoten saya bagaimana, Pak?"

"Kalau soal itu, kamu bisa mandi berendam dengan air garam. Lemparkan juga garam di sekeliling rumah dan kolong rumah. Kalau melihat atau mendengar bunyi-bunyi yang mengganggu, segera siram kepala dengan air bercampur garam. Saya tidak tahu itu bisa membantu kasusmu atau tidak. Tapi berdasarkan pengalaman saya, air dan garam bisa membantu untuk menetralisasi pengaruh dunia gaib."

"Apa pindah rumah bisa mengatasi masalah?"

"Saya tidak yakin. Kalau makhluk gaibnya kelas prajurit sih bisa."

"Jadi yang mengganggu saya ini kelas apa?"

"Kamu kira-kira sendiri. Dia bisa mengikuti kamu sampai ke seberang lautan, kan? Nah kelas apa itu yang bisa menyebrang sampai jauh keluar dari wilayahnya?"

Jata kembali dibuat kagum oleh kemampuan penerawangan lelaki itu. Ia tidak pernah menceritakan kejadian di Bali, namun Dehen menyebutkan dengan akurat.

"Istri saya bagaimana, Pak? Apakah dia juga diganggu?"

Dehen kembali terdiam, kemudian terbatuk-batuk dengan suara yang keras.

"Ini aneh sekali. Saya tidak bisa membaca istri kamu. Dia seperti tersembunyi di dalam dunia yang sangat gelap. Saya tidak bisa menjangkaunya."

Jatah benar-benar merinding mendengarnya. "Kalau mendengar keterangan Bapak, masalah istri saya lebih berat dari masalah saya."

"Saya tidak bisa menjawab. Tapi dia benar-benar hilang dari pandangan saya. Kemungkinan masalahnya jauh lebih berat dari punya kamu."

Jata masih ingin bertanya lagi, namun Dehen seperti ingin mengakhiri pembicaraan itu.

"Sudah, ya. Saya tidak bisa melanjutkan lebih lama lagi pembicaraan ini. Mereka semakin dekat. Sekarang sudah sampai di dinding rumah saya. Kalau diteruskan, mereka akan masuk ke rumah dan menyakiti saya bersama keluarga saya.

"Oh, ya. Sesekali bakarlah sesuatu, misalnya jagung atau ikan, di depan pintu depan. Sambil membakar, masukkan garam ke dalam api. Itu biasanya bisa menghalau mereka sementara. Paling tidak bisa menjauhkan prajurit-prajuritnya untuk sementara waktu."

Jata mengucapkan banyak terima kasih. Walaupun lega mendapat kepastian bahwa gangguan itu bukan halusinasi, ternyata masalahnya jauh lebih besar daripada gangguan jiwa. Kalau sudah begini dan kalau boleh memilih, ia lebih memilih menjadi pasien psikiater daripada menghadapi jenderal makhluk halus. Siapa dirinya, hingga harus berhadapan dengan kekuatan gelap sebesar itu?

Jata kemudian menelepon ayahnya. Begitu diangkat, lelaki itu langsung melempar pertanyaan. "Kamu sudah pindah rumah?" cecar lelaki itu.

"Belum sempat, Pa."

"Kamu ini! Kalau dikasih tahu orang tua segera dilaksanakan!"

"Pa, kata orang dari Loksado, makhluk yang mengganggu kami tidak mempan dengan cara pindah rumah. Harus dihadapi dengan orang yang punya kekuatan besar."

"Orang dari Loksado itu tidak bisa membantu?"

"Nggak bisa, Pa. Kata dia kekuatan makhluk ini jauh lebih besar dari kekuatannya."

Matias terdiam beberapa saat. "Papa juga sudah bertanya ke tokoh-tokoh Dayak di sini. Mereka juga tidak bisa berbuat banyak, sama seperti kata orang Loksado itu. Yang mengganggu kalian ini luar biasa kuat."

"Mungkin juru kunci Istana Kuning bisa membantu, Pa?"

"Papa juga sudah bertanya pada dia. Tapi makhluk-makhluk ini termasuk muda dan baru diciptakan. Sehingga ketua-ketua zaman dulu tidak mengerti perangainya. Sama seperti di dunia manusia, kan. Generasi muda sekarang tidak bisa diatur oleh generasi tua. Begitu juga di dunia mereka."

Ayah dan anak itu terdiam sesaat.

"Papa kepingin menjenguk kalian."

"Papa nggak sibuk di kantor?"

"Papa bilang ke direksi, mau check up ke Banjarmasin."

"Enak benar bisa kerja seperti itu, minta cuti semaunya sendiri."

"Begitulah kalau sudah menjadi orang yang dibutuhkan. Daya tawarnya tinggi. Kamu nanti juga akan merasakan. Tapi semuanya harus dirintis sejak muda. Track record-mu harus bagus, baru kamu bisa mempunyai daya tawar yang tinggi. Papa kan sudah bilang berkali-kali sama kamu.

"Papa mulai mikir kalau sebaiknya kalian pindah dekat Papa saja di Pangkalan Bun. Paling nggak banyak keluarga kita di sini yang bisa membantu. Di Banjarbaru kalian punya siapa? Jauh dari siapa-siapa, kan?"

________________________

[1] Danau Loksado adalah danau di daerah Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Merupakan objek wisata alam yang kerap digunakan untuk arung jeram.

[2] Sungai terpanjang di Kalimantan Tengah


☆Bersambung☆

Buat yang nggak sabar nungguin apdetan, langsung cuuus aja ke Dreame.

Cerita ini udah tamat di sana. Sobat bisa memanfaatkan koin gratis di aplikasi itu.

Selamat maraton!

Continue Reading

You'll Also Like

346K 29.8K 26
#bukanceritareligi "Jodoh itu cerminan diri. Bukan dengan mata manusia biasa pantulan diri kita terlihat. Tapi cermin Allah yang menilainya. Allah ya...
2.8M 240K 29
Seorang perempuan cacat yang harus menikah dengan seorang pria sempurna yang ternyata adalah orang yang bertanggung jawab atas kemalangan yang menimp...
174K 12.1K 33
(Tersedia versi Pdf) Kalina Fathira diremehkan keluarga sang suami, karena statusnya yang dianggap rendah dibandingkan dua menantu yang lain. Sikap...
567 116 5
Ammar melihat sendiri jenazah istrinya diusung keranda. Namun, sekarang wanita itu berdiri di depannya dan membuat Ammar nyaris kena serangan jantung...