Di dalam kamar bernuansa putih dan merah muda aestetic itu terlihat Anin sedang bermalas malasan di atas kasur dengan earphone yang menyumpal di kedua telinga mendengarkan salah satu musik berjudul Serana.
Suasana malam memang paling tepat untuk menggalau mendengarkan musik sambil baca wattpad sampai tidak ingat waktu tanpa di ganggu.
Tok tok tok
"Anin! Di bawah ada Erlan, dia mau ketemu sama kamu." Jihan berteriak dari balik pintu mengetuk ngetuk pintu yang sengaja di kunci dari dalam.
Dengan perasaan kesal Anin menjawabnya sambil sedikit berteriak. "Iya bun bentar lagi Anin ke bawah!"
"Jangan lama lama!" peringat Jihan sebelum pergi dari balik pintu kamar putrinya.
"Iya bunda."
Anin beranjak dari kasurnya, mengikat rambutnya menjadi satu sampai memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus.
Memakai sandal rumahan berbulu itu Anin berjalan menghampiri ruang tamu untuk menemui Erlan.
"Loh kok gak ganti baju," ucap Jihan melihat putrinya hanya mengenakan piyama bermotif dengan wajah tanpa polesan make up.
"Ini udah malem bunda waktunya tidur, memangnya ada masalah?" tanyanya.
"Ya enggak sayang tapi kan ini ada Erlan, memang kamu gak malu?"
Anin mendudukkan bokongnya di sofa. "Buat apa malu, bentar lagi juga kak Erlan bakalan liat Anin kaya gini setiap hari."
Jihan tersenyum. "Udah mengakui nih sekarang hm kalo kalian sebentar lagi satu rumah?"
"Ih bunda." kesal Anin.
Jihan terkekeh geli. "Yaudah, kalo gitu bunda tinggal ya? Kalian betah betah di sini."
"Bunda mau kemana? Temenin Anin aja disini." cegah Anin.
"Udah, kalian berduaan aja di sini, Bunda juga mau berduaan sama Ayah di taman belakang."
"Ih Bunda kok jadi bucin." protes Anin.
"Biarin," balas Jihan tertawa. Lalu pergi meninggalkan kedua pasang remaja di ruang tamu.
"Tumben banget ke sini, ada apa?" tanya Anin memulai duluan.
Erlan menaruh paper bag yang ia bawanya itu di hadapan Anin. "Ini gaun dari mama khusus buat lo, nanti lo harus pake."
"Gaun?" Anin membuka isi paper bag nya, "Cantik banget, ini mama sendiri yang rancang?"
Erlan berdehem. "Gue yakin itu cocok di badan lo."
Anin tersenyum manis, ternyata calon mertuanya itu pandai mendesain. "Tolong bilangin makasih ya buat Nama, ini bagus banget, keren, gue suka!"
"Syukurlah kalo lo suka, Mama juga pasti seneng," ucap Erlan tersenyum tipis setipis tisu, sampai tidak terlihat.
"Ngomong ngomong... nanti lo bakal undang temen temen lo semua?" tanya Anin mengingat tanggal pernikahan mereka semakin dekat.
"Iya, temen deket. Kalau lo gimana?"
"Em... tapi gue masih takut kak kalo harus ngundang Lexa sama Agnes, gue belum siap."
"Gakpapa kalo memang lo belum siap kasih tau mereka, itu terserah lo."
Anin menganggukan kepalanya. "Iya, lain waktu pasti gue bakal ceritain semuanya sama mereka berdua."
"Hm."
Ting
Ponsel Anin berbunyi. Ada sebuah notifikasi pesan masuk, dari seseorang yang baru menyimpan nomornya. Itu Daren. Di kantin kemarin Daren sempat meminta no WA Anin.
"Siapa?"
"Em--- Agnes kak, dia ngajakin gue malam mingguan hehe." bohong Anin.
"Oh yaudah, izin dulu sama bunda, jangan pulang malem."
"Siap!"
°°°°
Club malam yang berpusat berada tak jauh dari rumah, keempat pemuda itu keluar malam, nongkrong di tempat yang seharusnya terlarang di datangi. Tapi tidak ada larangan bagi mereka, ketika sudah bergerak tidak ada yang berani menghalangi sekalipun itu orang tua mereka masing masing.
Kebebasan tapi tahu batasan, itu slogannya. Sebrengsek brengseknya mereka akan dunia malam, tapi tidak melupakan kewajibannya sebagai umat manusia.
"Gue mau satu botol lagi!" pinta Mahen memaksa pada salah satu waiters.
"T-tapi mas, mas sudah minum banyak, memangnya masih kurang?"
"Cepet anj! Gue haus!" paksa Mahen semakin marah, matanya mulai merah dan sayup.
"B-baik mas." waiters itu mengambilkan satu botol minuman beralkohol lagi pada Mahen dari pada kena amuk.
Mahen berjalan sempoyongan menghampiri meja no 13, dia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa merah. "Arghh... panas!"
"Gila nih anak!" Faldo menggelengkan kepala melihat kondisi temannya itu.
"Lexaaargh.... gue sayang sama lo anj!" rancau Mahen dengan mata terpejam tertawa seperti orang kesurupan.
"Kasian gue lihatnya, tapi lebih kasian diri gue sendiri anjir," ucap Devan sembari meneguk minuman soda berwarna merah.
"Gimana kalo kita suruh Lexa ke sini aja?" usul Faldo. "Biar nih anak bisa berhenti minum."
"Jangan." larang Erlan setelah menyalakan rokoknya.
"Kenapa? Bukannya lebih bagus ya, gue yakin Lexa bisa nanganin Mahen."
"Bahaya, yang ada Mahen bisa ngerusak Lexa. Lo liat aja, dia lagi mabuk berat kaya gitu." ucapan Erlan ada benarnya juga.
Faldo mengangguk paham, "Jadi kita harus gimana?"
"Biarin aja dulu sampe bener bener tidur"
Faldo dan Devan hanya menurut, mereka kembali kepada aktivitasnya masing masing. Menikmati iringan musik dj dan banyak minum minum.
Byurr
"Aduhh mas... maaf maaf saya gak segaja," ucap wanita berpakaian minim itu karena telah menumpahkan minumannya di atas paha Erlan dengan sengaja.
Wanita itu semakin gencar membersihkan bekas tumpahan di paha Erlan, membuat Erlan menyingkirkan tangan haram itu. "Jauhin tangan lo!"
"Gakpapa mas... biar saya bersihkan ya." jawab nya sambil berlutut di depan Erlan membuat belahan dada wanita itu terpampang jelas di mata nya.
Erlan mengeram kesal, ia juga tau kalo wanita ini sedang mencoba menggodanya. Tapi tenang, Erlan tidak akan semudah itu terpancing dengan perempuan modelan mereka.
"Sabar, Lan. Calon bini lo bisa lo eksekusi nanti." batin Erlan berucap.
"Sebagai gantinya mas mau gak saya pijitin?" tawar nya.
"Gak!"
"Beneran nih? Saya bisa bikin mas puas loh nanti, gimana?"
"Gak sudi!"
Wanita itu cemberut kesal, tanpa permisi dia mendudukkan bokongnya di paha Erlan dan mengalungkan tangannya dengan manja di leher laki-laku itu, "Ayolah mas, saya tau kamu mau kan?"
Erlan memejamkan matanya menahan amarah, dan....
Bruk
Wanita itu terjatuh karena Erlan mendorongnya kasar.
"Awss... sakit." ringisnya.
"Najis gue di deketin cewek murahan kaya lo!" bentak Erlan membersihkan bekas wanita itu di bajunya.
"Kok mas jahat banget sih? Niat saya kan baik."
"Hffftttt..." Faldo menahan tawanya. "Udah jelas jelas dia gak mau di deketin sama lo, masih aja di bikin ngamuk."
"Makanya jadi cewek mahalan dikit kek." sindir Devan sama sama tak suka.
Merasa di pojokkan wanita itu pun memilih untuk pergi meninggalkan mereka. Ini sudah resiko baginya yang selalu mendapat penolakan dari orang, apalagi anak muda. Terkecuali om om.
Selepas dari itu tiba tiba saja ponsel Erlan berdering dari dalam saku celananya, tertera nama calon mertua di sana kemudian mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum, Lan."
"Wa'alaikumsalam, bun. Ada apa?"
"Kamu bisa tolong cariin Anin? Dia belum pulang sampai sekarang juga, bunda khawatir."
"Bisa bun, tapi Anin pergi sama temen temennya kan?"
"Nah itu masalahnya nak. Tadi Anin sempat pamit pergi sama temannya, tapi ternyata ART bunda lihatnya Anin di jemput sama cowok entah siapa, bunda jadi takut Lan"
Mendengar itu Erlan menggepalkan tangannya kuat kuat. "Iya bun, Erlan cari Anin sekarang"
"Makasih ya nak, hati hati."
Erlan menyambar jaketnya bergegas keluar dari dalam club meninggalkan Mahen, Faldo dan Devan tanpa sepatah kata.
"Sial, Anin bohongin gue."
Malam ini seharusnya Erlan bersenang senang bersama yang lain. Namun tugas dari bunda Jihan jauh lebih penting, ini menyangkut perempuan yang nanti akan di nikahinya. Erlan tidak terima kalau sampai Anin kenapa kenapa tanpa sepengetahuannya sendiri.